1,606 Views
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Mungkin itulah peribahasa yang tepat untuk menggambarkanku dengan ayah. Ketika aku masih duduk di bangku SD, aku bangga mengatakan kepada semua orang kalau ayahku seorang penulis. Sebuah pekerjaan yang tidak semua orangtua temanku bisa miliki. Dulu ayahku pernah bekerja sebagai seorang wartawan. Tapi pada tahun 1995, ayah terkena PHK. Disaat itu pula, aku anak pertamanya yang sedang lucu-lucunya jatuh sakit, Hati Ayah mana yang tidak teriris melihatnya.
Foto Ulang Tahun Pertama Molzania |
Sakitku bukan sakit biasa. Aku harus diopname di rumah sakit selama tiga bulan penuh. Setelahnya aku masih harus bolak-balik dari Palembang ke Jakarta karena ternyata RS di Palembang tidak memiliki peralatan untuk membantu menyembuhkanku. Aku terkena penyakit radang otak. Sebuah penyakit yang membutuhkan biaya yang tak sedikit. Sementara ayah baru saja terkena PHK dari perusahaan tempatnya bekerja. Karena hal tersebut, ayah dan ibu pun harus pontang-panting mencari uang demi mengobatiku.
Ayah beralih profesi menjadi penulis biografi para tokoh politik di sumsel. Sudah ada beberapa biografi pejabat yang beliau hasilkan. Uang yang ayahku terima dari mereka lumayan besar. Cukup untuk membiayai pengobatanku dan hidup keluarganya selama berada di Jakarta. Setelah aku dinyatakan sembuh, kami pun kembali ke Palembang. Ayah harus berganti-ganti profesi selama beberapa kali. Namun semangatnya untuk terus menulis tak pernah hilang. Menulis untuk berbagi. Berbagi untuk menginspirasi.
Ayah Selalu Menghiburku Dikala Sedih Source by gRc |
Bakat ayah rupanya menurun padaku. Sedari kecil, Aku sudah menyukai dunia tulis menulis. Tulisanku sering dibacakan guru-guruku di depan teman-temanku di sekolah. Mereka bilang tulisanku cukup bagus. Dengan penuh percaya diri, aku mengikuti beberapa lomba menulis. Namun, ternyata aku tak bisa memenanginya satupun. Kondisi ini lantas membuatku down dan kehilangan semangat. Aku merasa tak memiliki bakat menulis dengan baik seperti ayah. Maafkan aku ayah…
Namun ayah terus menyemangatiku. Ayah bilang kegagalan merupakan hal yang biasa. Ketika kita terus mengalami kegagalan, maka suatu hari nanti akan kita temukan pula cara meraih kesuksesan. Dulu sewaktu ayah masih bekerja sebagai wartawan, ayah sering diomeli oleh atasannya karena tulisannya buruk. Ayah tak pantang menyerah. Beliau berusaha memperbaiki tulisannya dengan terus-menerus belajar. Ayah menambah wawasannya lewat membaca dan terus berkarya.
Ayah Mendukungku Sepenuhnya Source by National Center for Fathering |
Usaha ayah perlahan membuahkan hasil. Puncaknya, Ayah berhasil memenangkan penghargaan lomba menulis tingkat internasional. Ayah pun mendapatkan berkesempatan berkeliling Eropa. Melihat kesuksesan ayah, atasannya merasa salut. Berkaca dari pengalaman Ayah, aku pun kembali semangat untuk terus menulis. Saat kuliah, aku menjadi penulis blog. Lalu, aku mulai mengikuti berbagai perlombaan menulis. Aku membangun situs blogku sendiri dari nol dengan modal dari gajiku bekerja sambilan.
Dari kecil aku suka berbagi pengalaman lewat tulisan. Aku banyak menceritakan pengalamanku lewat tulisan di blog. Dari situ, aku pun mengubahnya menjadi sebuah cerita pendek. Cerita-ceritaku berhasil dibukukan lewat sejumlah lomba antologi. Tak hanya itu, aku berhasil memenangkan beberapa lomba menulis nasional. Ternyata, aku memiliki bakat menulis itu. Asal aku mau melakukannya. Sekarang aku ingin terus berbagi. Berbagi untuk menginspirasi. Sama seperti yang telah dilakukan ayah.
*cerita ini diikutsertakan dalam Lomba Cerita “My Dad My Hero” yang diselenggarakan oleh Datsun Indonesia”