2,679 Views
Sebagai seorang difabel, tentunya Molzania kemana-mana harus menggunakan mobil pribadi. Selama ini ayahlah yang selalu menjadi supir pribadi Molzania. Sering terbersit dalam benak, enaknya kalau bisa mengemudikan mobil sendiri sehingga tidak lagi merepotkan ayah. Sayangnya ini hanya akan menjadi mimpi di siang bolong karena di Indonesia mobil seperti ini tidak dijual. Kalaupun ada, itu masih di luar negeri dan harganya pasti mahal. Bentuknya pun kecil hanya muat untuk satu orang penumpang.


Mobil Ramah Difabel di Texas, AS.
Sumber : Tribun Kaltim

Molzania sendiri seringkali memimpikan hal tersebut. Terutama bila ayah Molzania tidak bisa mengantar Molzania ke tempat tujuan karena suatu hal. Alasannya lebih sering karena jadwalnya Ayah berbenturan atau harus keluar kota. Kadang suka sebal sendiri, karena keterbatasan Molzania ini membuat acara yang ingin Molzania hadiri terpaksa dibatalkan.


Inginnya sih Molzania menjadi mandiri. Kemana-mana bisa sendiri. Terutama bila harus ke kantor setiap pagi. Karena keterbatasan itu pula membuat Molzania seringkali absen dari kantor. Kalau terpaksa harus absen, Molzania dengan berat hati memberitahukan hal ini pada atasan di kantor. Untunglah beliau mengerti kondisi yang harus Molzania hadapi. Tapi kalau kelamaan liburnya, bisa repot juga kan?


Taksi Online
Sumber : PRFm

Sebenarnya bisa saja pergi ke kantor saat tak ada ayah menggunakan taksi atau menyewa gocar. Toh biayanya juga nggak seberapa. Tapi ini terlalu riskan berpergian sendiri terutama bagi seorang perempuan difabel. Mama Molzania enggan melepas anak gadisnya berpergian seorang diri meski sudah dewasa tanpa ditemani siapapun. 

Keterbatasan ini Molzania alami dari umur tiga setengah tahun. Dulu Molzania pernah koma selama satu hari karena penyakit radang otak. Dan keterbatasan yang Molzania alami ini merupakan gejala sisa dari penyakit yang dialami dulu. Penyakit radang otak membuat Molzania kehilangan keseimbangan saat berdiri. Akibatnya Molzania sering sekali jatuh saat berjalan. Karena hal ini pula, Molzania harus menggunakan tongkat kaki empat saat harus berjalan.

Molzania juga tidak bisa berjalan terlalu jauh. Tongkat kaki empat hanya digunakan untuk berjalan pada jarak pendek. Jika digunakan untuk berjalan jauh keliling mall misalnya Molzania menggunakan kursi roda. Kalau berjalan, Molzania sangat lambat sehingga orang-orang enggan menunggu sementara jarak yang ditempuh masih jauh.


Pameran Mobil GIIAS 2017 di Makassar
Sumber : Oto Multiartha
Baca Juga:  Cara Menurunkan Berat Badan ala Disabilitas. Hingga 10 Kilo++!!

Dikarenakan alasan itulah, Molzania lebih menggunakan mobil pribadi untuk sarana mobilitas. Seringkali Molzania ketika melihat pameran mobil di mall, Molzania bermimpi bahwa suatu hari nanti akan ada mobil dengan teknologi yang ramah untuk difabel dijual disana sehingga orang difabel seperti Molzania mampu mengemudikan mobil sendiri. Tidak hanya itu, mungkin Molzania bisa mengikutsertakan keluarga di dalam mobil itu. 

Kata ayah, untuk mengemudikan mobil kita memerlukan kelincahan kaki. Terutama saat menginjak kopling dan memasukkan persneling. Inilah keahlian yang tidak dimiliki oleh orang-orang berkebutuhan khusus seperti Molzania. Teknologi mobil saat ini masih menggunakan metode konvensional. Mudah-mudahan suatu hari nanti, kopling dan persneling bisa diatur menggunakan tangan saja. Mengingat tangan Molzania jauh lebih lincah daripada kaki. 


Molzania tidak terlalu memahami istilah-istilah otomotif. Apa yang harus ditambah dan diperbaiki untuk mewujudkan mobil impian yang ramah difabel. Tapi yang pasti teknologi mobil yang ramah difabel tidak mungkin tidak bisa diwujudkan di Indonesia. Mengingat teknologi kedepannya akan terus menerus diperbaharui. Hal ini berdasarkan pengalaman pribadi Molzania sendiri. 


Mobil Mini Ramah Difabel Masih Satu Penumpang
Source : Tanda Pagar

Pernah suatu hari, Molzania menemukan orang difabel dengan satu kaki mengendarai mobil mini. Bentuknya mirip seperti bajaj dengan atap terbuka dan bisa memuat dua penumpang. Kursi pengemudi terletak di depan dan satu kursi lagi di bagian belakang. Mobil itu didesain aman untuk dikendarai oleh orang dengan satu kaki. Tentunya hal ini tidak mustahil bisa pula dikembangkan untuk difabel yang cenderung memiliki kaki yang tidak lincah seperti Molzania. Bukan lagi mobil mirip bajaj, melainkan berbentuk minibus. Mudah-mudahan di masa depan, teknologi bisa semakin berkembang sehingga mimpi Molzania bisa terkabul. 


Baca Juga:  New Era, Era Baru Bergaya
Screenshot Twitter


Pin It on Pinterest

Share This