1,962 Views
Tepat hari kemerdekaan lalu Molzania diundang ke event Kelas Inspirasi Palembang oleh salah seorang sahabat. Tema acaranya menarik makanya langsung setuju untuk datang. Nama acaranya Festival Kelas Inspirasi. Lokasinya di Palembang Icon Mall. Acara yang diisi dengan sharing bareng para tokoh Komunitas Kelas Inspirasi Palembang berlangsung meriah dan inspiratif.

Seminarnya digelar dari siang hingga sore. Cuaca Palembang yang terik berbanding terbalik dengan keadaan di dalam mall yang dingin karena mesin pendingin. Tapi biarpun begitu, Molzania lumayan membutuhkan usaha yang luar biasa untuk berjalan dengan menggunakan tongkat ke aula di tengah-tengah. Hosh, hosh, hosh, capek tapi tetap semangat.

Sesi pertama kegiatan seminar diisi dengan dua pembicara yang merupakan wakil dari Indonesia Mengajar. Ada kak Elrizky dan kak Ahmad Rofi yang tampil di depan. Kak Elrizky ini seoeang pengajar muda dari Indonesia Mengajar yang sempat tinggal setahun di kota Yapen Papua untuk tugas mengajar. Sementara itu, kak Rofi ini lulusan S2 UPI Bandung yang saat ini berprofesi sebagai dosen dan penyiar radio. Nah kak Rofi ini pernah ikutan acara hari Inspirasi di Kelas Inspirasi Palembang.
Ada banyak pengalaman yang inspiratif dibagi oleh keduanya. Molzania tertarik dengan cerita yang dibagi oleh kak Elrizky. Dia menceritakan bahwa dulu sebelum memutuskan jadi pengajar muda, kak Elrizky merupakan seorang profesional dari sebuah perusahaan (BUMN kalau nggak salah dengar) dan bergaji dua digit. Wow!
Alasannya memutuskan untuk berhenti karena ia merasa kosong dan bosan bekerja di sana. Kak Elrizky membutuhkan sesuatu yang dapat berguna bagi banyak orang. Akhirnya ia mengikuti lowongan menjadi Pengajar Muda dari Indonesia Mengajar. Sempat hopeless bakalan lolos, tapi ternyata keberuntungan memihak padanya. Ia dinyatakan lolos dan ditugaskan di salah satu desa di kabupaten Yapen, Papua.
Jujur Molzania baru kali ini mendengar nama kabupaten Yapen tersebut. Menurut kak ElRizky, kota ini terletak di pulau kecil yang terpisah dari pulau utama Papua. Jadi untuk menuju ke sana harus menempuh perjalanan laut hingga 12 jam. Kalau mau lebih cepat bisa naik pesawat kecil yang memangkas waktu menjadi 2 jam.

Setibanya di sana, kak Elrizky sempat kesulitan untuk beribadah. Maklum di kabupaten itu, kak Elrizky satu-satunya penduduk muslim sehingga harus menunaikan sholat lima waktu dan sholat Jumat. Sementara itu tidak ada satupun masjid di daerah tempat tinggalnya. Akhirnya penduduk pun membangun mushola kecil untuk kak Elrizky.

Baca Juga:  Kenangan Mudik ke Jakarta Lewat Darat
Sementara itu bila shalat jumat tiba, Kepala desa beserta masyarakat sekitar mau mengumpulkan uang agar kak Elrizky bisa pergi ke kota yang ada masjidnya. Untuk mencapai kota, dibutuhkan bensin yang tidak sedikit dan harganya pun mahal (kalau tidak salah kakak ini menyebut Rp. 60.000-an/liter). Dengan bantuan penduduk, kak Elrizky pun dapat sholat Jum’at di kota.

Cerita kak Elrizky seakan menghipnotis Molzania untuk membayangkan berada di Papua. Saat ini Molzania masih sangat tergantung dengan teknologi modern, sementara itu perjalanan panjang kak Elrizky tak terbayangkan. Berada di pulau terpencil di pulau nun di ujung Indonesia berarti siap-siap untuk more struggle with life. Disana pasti susah sinyal dan jauh dari keluarga. Tapi kak Elrizky mampu melewatinya dengan baik.

Pembicara kedua ialah kak Ahmad Rofi yang pernah ikut sebagai inspirator pada Hari Inspirasi yang digelar oleh KIP beberapa tahun lalu. Kak Rofi ini bergabung di sebuah sekolah terpencil di Kota Palembang. Molzania sendiri juga pernah menjadi inspirator pada acara KIP juga. Tepatnya tahun 2016 lalu di sekolah SDN 27 Palembang. Lumayan menantang menjadi seorang inspirator yang difabel. Medan lokasi sekolah yang terletak di pinggiran kota membuat Molzania sempat deg-degan bisa nggak ya menjangkaunya?
Ini tongkatnya ditutup pake emoticon.
Dulu Molzania sempat malu untuk menunjukkan sisi kedisabilitasan diri sendiri

Belum lagi rasa was-was apakah guru-guru dan murid-murid disana mau menerima monster seram bertongkat seperti Molzania. Tapi Alhamdulillah Molzania berhasil melewati semua itu. Anak-anaknya antusias dengan kedatangan Molzania. Disana Molzania mengajari mereka beberapa nama mata uang di dunia. Sayangnya Molzania hanya sempat membagikan foto-fotonya di Instagram. 🙁

Baca Juga:  Meninjau Kesiapan LRT Palembang Era Pemerintahan Jokowi
Di sela-sela acara, penonton disuguhkan berbagai tarian dan nyanyian dari murid-murid SD Pemberantas di Plaju yang juga jadi sekolah tujuan hari inspirasi. Lucu deh melihat aksi adik-adik kecil Molzania ini. Ada pula atraksi pencak silat anak-anak yang menggunakan pedang sungguhan yang bikin ngeri penonton.
Sesi seminar selanjutnya, Molzania berkenalan dengan kak Nesa dan adek Akbar. Kak Nesa ini mahasiswi cantik berprestasi yang sedang berkuliah di Jurusan Manajemen Unsri Palembang. Berkat kejeniusannya, ia pernah mewakili Palembang untuk student exchange ke sejumlah negara. Pernah pula tergabung dalam program Kapal Pemuda Nusantara Sail-Karimata tahun 2016.

Sementara itu adik Akbar merupakan seorang atlet lari yang baru duduk di bangku SMU. Ia juga tergabung dalam tim sepakbola Sriwijaya FC dan menjadi top skorer. Presrasi adik ini sudah sampai ke luar negeri dan sering mewakili Indonesia dalam berbagai turnamen internasional.

Saat ditanya bagaimana bisa mencapai semua prestasi itu? Keduanya kompak menjawab bahwa kuncinya harus tekun berlatih dan belajar. Kak Nessa dan Dek Akbar menyemangati adik-adik dari SD Berantas dan hadirin cilik yang ikut menonton untuk terus sekolah hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Baik, kak! Terima kasih atas motivasinya. ^^

*tulisan ini juga diikutsertakan dalam event Collaborative Blog “Komunitas Emak Blogger” Kelompok Dian Sastro dengan trigger post “Perlombaan 17 Agustus yang Legendaris” karya Puspita Yudaningrum #KEBBloggingCollab 

Pin It on Pinterest

Share This