Pada postingan kali ini Molzania ingin menceritakan tentang pengalaman Molzania saat salah memilih jurusan kuliah. Ternyata fatal banget loh akibatnya bagi Molzania dulu. Dampaknya dirasakan hingga sekarang. Jadi gini ceritanya, dulu itu pas kelas 3 SMA, sejujurnya Molzania masih belum memiliki keinginan untuk masuk kuliah di jurusan apa. Rencana sih ada. Tapi jurusan tersebut belum ada di Kota Palembang.
Dari SMP, Molzania berkeinginan untuk kuliah di Jurusan Hubungan Internasional. Soalnya dulu cita-cita Molzania pingin jadi diplomat. Selain itu, Molzania juga kepingin masuk jurusan sastra asing, terutama sastra Jepang atau Jerman. Secara tuh dulu Molzania pingin banget, banget, banget tinggal di luar negeri. Hmm… sampe sekarang sih cita-citanya.
Namun akhirnya Molzania harus mengubur semua impian kuliah tersebut. Dikarenakan kondisi fisik Molzania yang nggak memungkinkan untuk kuliah normal, Molzania disuruh orangtua untuk kuliah di Universitas Terbuka.Saat itu mama Molzania sedang sakit parah sehingga ayah nggak bisa nganterin Molzania untuk pergi dan pulang kuliah.
Kesalahan fatalnya Molzania dipilihkan jurusan Akuntansi sama mama. Harapannya sih bagus, supaya Molzania bisa jadi akuntan publik, which is Molzania bisa punya kantor sendiri. Saat itu, Molzania masih kurang paham seperti apa kuliah mandiri di Universitas Terbuka. Apalagi jurusan yang dipilihkan untuk Molzania itu adalah Akuntansi yang banyak pake banget itung-itungannya.
Andai waktu bisa diputar kembali. Rasanya Molzania ingin kembali ke masa itu lagi. Ingin banget bilang sama diri Molzania yang dulu kalau keputusan kuliah di jurusan Akuntansi itu adalah hal terbodoh. Dari semester pertama, Molzania sudah merasakan berbagai kesulitan kuliah di sana. Dari SD, Molzania paling benci sama pelajaran Matematika. Meski nilainya nggak jelek-jelek amat, tapi Molzania lumayan sulit jika mengerjakan hitung-hitungan.
Puncaknya itu kelas 1 SMA. Nilai matematika anjlok seanjlok-anjloknya karena guru matematika Molzania nggak pernah hadir di kelas. Sekelas termasuk Molzania dipaksa untuk belajar sendiri itung-itungan yang susahnya minta ampun. Nah darisitu Molzania sudah berkata dalam hati kalau nanti kuliah nggak mau masuk jurusan yang ada Matematika. Namun saat kelas 3 SMA itu Molzania purely lupa tentang keinginan tersebut dan malah iya-iyain aja semua perintah mama.
Akhirnya bisa ditebak, IPK hanya bagus pada semester pertama. Iya, semester pertama IPK Molzania 3,4 dan itu cuma bayangan aja. Semester pertama Molzania banyak ambil mata kuliah yang mudah-mudah seperti PPKN, agama, bahasa Inggris, dan sebagainya. Nilai-nilai mata kuliah dasar tersebut membantu untuk mendongkrak nilai pada semester pertama tersebut. Lagian UT dulu masih ada kuliah tatap muka yang dominasi nilainya mencapai 50% untuk nilai akhir. Pokoknya pas semester pertama itu murni keberuntungan.
Nilai Molzania makin anjok dan terus jatuh pada semester-semester berikutnya. Saat itu, sulit sekali rasanya kuliah di UT. Kuliah tatap muka dihapus. Nilai pure cuma ngandelin kelas online yang dosennya saja tidak aktif di sana. Biarpun maksain diri untuk baca modul yang segambreng, nggak ada yang masuk pelajaran di otak. Menjelang semesteran pasti Molzania makin depresi. Bukannya belajar, Molzania malah asyik main internet. Saat itu dunia blog dan kuis online menjadi tempat pelarian sempurna. Disini Molzania bisa menghasilkan sejumlah uang yang nominalnya lumayan untuk ukuran kantong mahasiswa.
Molzania tetap bertahan hingga akhir. Nilai C dan D berhamburan di transkrip nilai. Yang penting lulus aja udah, nggak mikirin nilai sama sekali. Menjelang semester tujuh, Molzania putuskan untuk rehat kuliah selama satu tahun penuh. Sepanjang tahun tersebut, ada keinginan untuk pindah kuliah. Tapi dimana? Biayanya pasti mahal kalau pindah ke swasta. Pun akhirnya Molzania bertanya-tanya pada sejumlah pihak kampus, nilai-nilai Molzania di UT kecil-kecil semua. Jadi harus ngulang dari awal dan memakan waktu bertahun-tahun.
Singkat kata, Molzania udah muak sama pelajaran Akuntansi. Dengan berat hati, Molzania tetap melanjutkan kuliah di Universitas Terbuka. Pada tahun 2015, Molzania lulus dengan IPK jauh dibawah rata-rata. Masalah selanjutnya adalah IPK segitu nggak ada harganya. Boleh dibilang ijazah Molzania di UT sama sekali nggak terpakai. Mau masuk kerja CPNS/BUMN, tapi minimum IPK tidak terlampaui. Selalu gagal di tahap verifikasi berkas.
Seandainya waktu bisa diulang, Molzania ingin memilih jurusan yang sesuai dengan passion. Mau ngulang kuliah, udah trauma duluan sekarang. Di UT sendiri sebenarnya ada jurusan sastra Inggris dan Komunikasi. Memang nggak menjamin jurusan pilihan akan bagus, tetapi setidaknya kalau sesuai passion dan minat belajar akan menyenangkan. Jadi untuk adik-adik yang masih SMA, pikirkan baik-baik jurusan kuliah kalian. Kalaupun nantinya merasa salah pilih jurusan, usahakan berhenti sejak awal. Jangan pernah salah pilih jurusan kuliah, karena itu pertimbangkan baik-baik sedari dini. 🙂
Sama aku pun salah jurusan dn ipk bener2 anjlok bngt, lulus 2015, prnh krj sekali tapi smpe saat ini susah cari krj, cpns pun ipk jadi pertimbangan :'(
mudah2an bisa menemukan jalan keluar. kalo molzania sih nggak kerja sama orang, tapi kerja sendiri hehe
I feel. U mba, saya pengennya masuk art atau sastra eh karena pmdk jadi masuk bisnis tapi Alhamdulillah cum laude 3,6 sih cuma ya disyukuri aja sekarang ngeblog n melukis juga di rumah… Aku juga gasuka mtk n akuntansi, ketemu pas kuliah tapi alhamdulillah dpt A hehehu emang sih kadang pengen muter waktu tapi klo dipikir enak juga salah jurusan, kita lunya life skill yang kita suka dan menghasilkan dibanding orang lain yang ga punya passion atau skill tambahan mueheheh
Alhamdulillah, mbak. Molzania mah boro-boro, nilai matkul yang ada matematikanya semua dapet C atau D. wkwk