Seperti biasa, hampir setiap tahunnya Molzania mudik ke tempat nenek dari ayah ke Jakarta. Kebanyakan mudiknya pakai pesawat supaya lebih aman dan nyaman. Namun ada suatu momen kenangan dimana Molzania mudiknya pakai mobil lewat jalur darat. Sebuah pengalaman terindah yang takkan pernah dilupakan. Alasannya? Tak lain tak bukan jadi momen paling seru yang ingin sekali terulang, tapi kondisinya sudah berbeda.
Cerita ini ditulis berdasarkan ingatan Molzania saja. Kejadiannya terjadi pada tahun 2003. Saat itu Molzania menginjak usia 11 tahun duduk di bangku kelas 6 SD. Adik Molzania sendiri masih berusia 3 tahun. Mama mengajak serta seorang pembantu cewek yang usianya nggak jauh beda dari Molzania. Dikarenakan usianya lebih tua, maka Molzania memanggilnya dengan nama ‘Ayuk’. Perjalanan dari kota Palembang dimulai pukul enam pagi. Super excited karena itu perjalanan pertama menggunakan mobil pribadi ke Jakarta.
Sepanjang perjalanan Molzania antusias liat pemandangan kiri dan kanan. Walaupun yang dilihat kebanyakan hutan, dan sesekali rumah penduduk. Molzania baru menyadari kalau Sumatera Selatan itu luas banget. Tapi sayangnya ‘Ayuk’ Molzania itu mabuk darat. Perjalanan jadi agak terganggu karena ayuk muntah dan merasa mual. Mungkin karena ini perjalanan pertamanya naik mobil ke tempat yang jauh dalam keadaan yang lama. Alhamdulillahnya Molzania sekeluarga nggak ada yang mabuk darat.
Menjelang waktu makan siang, kita berhenti di pom bensin untuk makan dan shalat di musholla. Mama Molzania udah menyiapkan bekal makan dari rumah. Setelah makan kita melanjutkan perjalanan lagi menuju Lampung. Kemudian lanjut shalat Ashar di masjid terdekat yang kita temukan, sembari membeli camilan ringam. Sepanjang jalan Molzania semakin antusias karena mobil kami memasuki wilayah perbukitan. Entah apa nama bukitnya.
Langit semakin sore dan berubah gelap. Keadaan mulai sepi. Nggak ada bagus-bagusnya lagi pemandangannya saat berpergian di malam hari. Molzania mulai mengantuk. Namun Alhamdulillah kita sudah sampai di Kota Lampung. Kita tidur di villa punya uwak Molzania selama semalam. Esok paginya, langsung bergegas pergi untuk sampai di Jakarta.
Jalanan kota waktu Lampung itu indah banget. Meliuk-liuk naik turun bukit. Dari atas bukit di kejauhan, Molzania lihat laut dan pantai. Indahnya pemandangan waktu itu, masih terekam jelas di ingatan Molzania. Di jalanan, Molzania melihat papan penunjuk jalan yang bertuliskan, “Palembang 1000 km”. Molzania merasa takjub sendiri melihatnya. Ternyata jarak Palembang – Lampung mencapai 1000 km.
Tak lama kemudian, mobil yang kami tumpangi sampai di Bakauheni. Untuk pertama kalinya, Molzania lihat kapal begitu besar yang mampu membawa mobil. Waktu itu sempat penasaran dengan isi kapal itu. Ternyata di dalam kapal itu selain tempat parkir, di atasnya juga ada ruangan untuk istirahat para penumpang. Sayangnya waktu itu, Molzania tidak sempat explore karena untuk memasukinya mesti naik tangga. Molzania susah untuk pergi ke sana, jadi lebih memilih untuk melihat lautan di luar saja.
Dalam khayalan anak kelas 6 SD, berada di lautan seperti halnya kerja seorang pelaut. Mengarungi samudera melintasi ombak-ombak dan badai. Nyatanya lautan waktu itu sedang tenang sekali. Lama kelamaan Molzania merasa bosan memandangi laut. Perjalanan waktu itu kalau nggak salah 1-2 jam. Mendekati teluk Jakarta, Molzania kembali antusias karena melihat Pulau Jawa di kejauhan. Pelan-pelan namun pasti kapal mendekat di Pelabuhan Merak.
“WELCOME TO JAKARTA” pekik Molzania kesenangan. Eitts, ternyata dugaan Molzania salah. Pelabuhan Merak terletak di daerah Banten. Perlu beberapa jam lagi menuju Jakarta. Tak banyak yang Molzania ingat situasi di pelabuhan Merak waktu itu. Tapi kalau nggak salah Pelabuhan Merak waktu itu sangat ramai oleh truk-truk besar berbagai ukuran yang baru pertama kali Molzania ingat.