2,687 Views
Hari ini Google Doodle menayangkan sosok perempuan Jepang bernama Katsuko Saruhashi. Tentunya karena telah diapresiasi oleh Google, maka wanita ini bukanlah perempuan biasa. Ia nyatanya seorang ilmuwan kelautan yang telah memiliki banyak temuan yang mengagumkan. Salah satunya ialah Saruhashi Table yang digunakan untuk mengukur konsentrasi asam karbonat dalam air berdasarkan suhu, kandungan pH dan kadar klorinnya.
Lebih jauh yang Molzania baca ternyata kekaguman Katsuko pada air, telah dimulainya sejak kecil. Dulu semasa duduk di sekolah dasar, ia kerap merenung di kelas saat hujan alih-alih menyimak gurunya. Katsuko mempertanyakan kenapa hujan bisa turun dari langit.
Mungkin bagi orang dewasa kedengarannya hal yang biasa saja. Bahkan tak jarang merasa setiap anak yang seusia dengan Katsuko juga menanyakan pertanyaan serupa. Boleh saja berpendapat seperti itu. Tapi Katsuko kecil terus mencari tahu, dan membawa namanya dikenal hingga saat ini.
Google Doodle Katsuko Sarahashi |
Terkait hal tersebut, Molzania pernah mendapatkan pengalaman serupa. Cerita percakapan seorang anak kecil dan ayahnya di dalam pesawat. Diperkirakan usianya antara 7-8 tahun. Ketika pesawat hendak terbang, alih-alih bertanya kapan pesawat tiba, anak tersebut bertanya tentang garis kuning dan putih di aspal bandara. Menurut Molzania pertanyaan ini bukanlah pertanyaan biasa. Hal ini menandakan kalau si anak seorang pemerhati ulung. Hingga hal-hal kecil berupa garis kuning dan putih pun dipertanyakan.
Singkat kata, sang ayah hanya menjawab sekenanya bahwa itu adalah penunjuk jalan. Tentu saja sang anak tak puas dengan jawaban itu. Ia pun berpendapat lagi kalau garis kuning itu menandai belokan pesawat, dan garis putih untuk pesawatnya lurus. Dalam hati Molzania tersenyum ketika menyaksikan pesawat berbelok ke kanan dan diseberangnya ada garis kuning.
Percakapan pun berlanjut ketika pesawat melewati terminal selanjutnya. Pada terminal tersebut, berjejer pesawat dengan nama yang serupa. Si anak pun kebingungan kenapa pesawatnya sama semua. Sementara ia ingat kalau ia naik pesawat tapi berbeda nama. Tadi di terminal tempat pemberhentian pesawat yang mereka naiki, ada banyak pesawat dengan nama yang berbeda-beda. Sejenak ayah si anak terdiam sebelum akhirnya ia pun menjawab, “Karena berbeda perusahaan”
Mendengarnya si anak justru tambah bingung. Anak itu melontarkan pertanyaan kembali, “Perusahaan itu apa?” Kena! Molzania setengah tertawa. Mendengarnya ayah si anak kembali terdiam. Tak mampu menjelaskan pengertian perusahaan yang dapat dimengerti si anak. Padahal pertanyaan si anak sepele, yaitu kenapa pesawat dengan nama serupa berkumpul di terminal. Bukan mempertanyakan nama merknya yang berbeda dari pesawat di terminal awal?
Pada akhirnya si anak kembali menjawab sendiri. Ia mengibaratkan terminal itu sebuah rumah, sehingga kesimpulannya bahwa terminal yang mereka lewati ialah kumpulan dari pesawat dengan merk A. Sesederhana itu. Tapi orang dewasa sering berpikir terlalu jauh. Itulah mungkin perbedaan orang dewasa dan anak-anak. Kita berpikir ruwet, sehingga itu tak jarang malah membelit diri kita sendiri.
Anak-anak biasanya mempertanyakan sesuatu dari apa yang dilihatnya. Itulah sebabnya penting bagi mereka untuk dibiasakan menjelajah lingkungan. Berawal dari hal-hal kecil, mereka dapat belajar akan hal yang besar. Seperti itulah sebenarnya manusia berproses. Tahapan manusia purba belajar berkomunikasi pun dimulai dari kebiasaan mereka berinteraksi dengan alam. Lalu pada akhirnya peradaban berkembang hingga saat. Semuanya dimulai dari hal-hal yang sederhana.