2,131 Views

Si Molzania itu anaknya nggak ada kebisaan selain prestasi akademik. Cantik nggak? Cacat Iya? Hahaha…

Itulah kalimat hinaan yang sering dilontarkan teman-teman untuk Molzania semasa sekolah dulu. Tidak jarang mereka terang-terangan “menghina” di depan, seolah-olah Molzania hanyalah sebuah boneka. Tidak mendengarkan mereka. Padahal sih jauh di dalam hati, Molzania tahu persis apa yang mereka katakan.
Well, bukan bermaksud menyombongkan diri. Dulu itu Molzania memang seringkali juara kelas. Minimal masuk 3 besarlah. Wajar sih teman-teman menganggap Molzania ini pintar. Tapi ada satu kebisaan Molzania lain yang tersembunyi. Nggak pernah mereka ketahui. Memang dulu pun Molzania tidak mau show off ke mereka. Apa coba tebak? Menulis. Ya, menulis. Hal yang belakangan ini membuat Molzania menjadi seorang blogger.
Berbicara tentang disabled, ya memang dulu Molzania anaknya boleh dibilang nerd. Habis gimana ya? Sehari-hari cuma bisa dirumah. Paling kalo suntuk pelampiasannya hanya nonton tv. Sesekali belajar. Pacar pun tak punya. Siapa coba yang mau pacaran sama cewek disabled? Di sekolah, Molzania sering pula dimanfaatkan untuk dijadikan tempat contekan untuk mereka yang ogah belajar.
Sebagai manusia biasa, ya tentu saja sakit hati. Tapi lagi-lagi Molzania orangnya cuek dan nggak terlalu pedulian. Biarlah orang mau berkata apa. Molzania tahu jauh di lubuk hati Molzania sudah punya kebisaan. Boleh dibilang menulis merupakan passion Molzania. Jadi sama sekali nggak benar kalau seorang disabled nggak punya kebisaan.

Setiap Manusia Terlahir dengan “Rezekinya” Masing-Masing

Kalau nggak dikasih rezeki lagi, berarti meninggal dong. Ya kan? Kata-kata tersebut selalu Molzania camkan dalam hati. Sejak kecil, Molzania seringkali mendapat cemoohan kalau anak disabled pasti masa depannya suram. Bahkan orang terdekat Molzania sendiri sering merendahkan. Mereka tidak hanya melontarkan kata-kata yang menyakitkan, bahkan juga menganggap Molzania sebagai aib. Tahu rasanya seperti apa? 
Padahal mereka sama sekali tidak tahu apa-apa tentang Molzania. Menulis boleh dibilang hal yang sudah Molzania lakukan sejak kecil. Bahkan sejak Molzania belum mengenal huruf, Molzania sudah menulis di komputer. Kebetulan ayah Molzania adalah seorang wartawan, jadi beliau mempunyai komputer di rumah untuk bekerja. 
Sembari meminjam komputer ayah, Molzania melatih imajinasi. Walau nggak bisa baca, tapi dulu Molzania sudah bisa bercerita. Menceritakan tentang apa yang sudah Molzania tulis di komputer. Beranjak kelas 1 SD, Molzania menulis cerita pendek pertama di komputer. Dari situ Molzania terus berlatih menulis hingga sekarang.

Banyak Disabled yang Bersinar di Luar Sana

Molzania ingin seperti mereka. Meskipun nggak sebanyak mereka, setidaknya dari passion tersebut bisa menghasilkan sesuatu. Well, menurut Molzania inilah yang dinamakan passion. Dari kecilpun, ketika seseorang menanyai Molzania tentang passion. Jawaban Molzania selalu sama. Menulis. Tapi tetap saja banyak orang kemudian meremehkan passion tersebut.

Apa sih yang bisa dilakukan oleh “Disabled” selain duduk depan laptop?

Menulis tidak semudah yang mereka bayangkan. Percaya? Bukan satu dua orang yang mendatangi Molzania untuk bertanya bagaimana cara menulis setelah tahu apa yang Molzania dapat dari kemampuan ini. Sendirinya Molzania bingung cara menjawabnya. Dari kecil, Molzania menyukai untuk mengungkapkan pikiran lewat tulisan. Jadi mau bagaimana lagi?
Begini. Setiap orang memiliki passion yang berbeda-beda. Ada yang melukis, memasak bahkan memelihara binatang. Temukanlah satu hal yang menurutmu kamu sangat menyukainya. Hal yang seandainya kamu bosan pun, kamu tak bisa berlepas dari dirinya walau sebentar. Allah SWT Maha Adil. Setiap manusia diberinya kemampuan yang berbeda-beda satu sama lain. Tekuni. Jalani sepenuh hati. Tak lupa berdo’a. Insya Allah rezekimu akan datang sendiri. Salam hangat Molzania. ^_^
Baca Juga:  Pengalaman Bayar Pajak kendaraan Di Palembang

Pin It on Pinterest

Share This