13 Views

Mumpung mau menjelang Ramadan nih. Di Palembang ternyata ada loh tradisi unik yang biasanya digelar pas Ramadan. Tradisinya sudah berlangsung selama ratusan tahun.

Namanya tradisi bubur suro. Kuliner ini hanya ada di Masjid Suro Palembang. Biasanya dibagikan menjelang waktu berbuka puasa. Selama sebulan penuh.

masjid-al-mahmudiyah-palembang

Nah tahun lalu, Molzania berhasil mewawancarai Pak Soleh yang jadi pengurus Masjid Suro seksi pembangunan. Penasaran seperti apa bubur suro Palembang itu? Yuk baca artikelnya sampe bawah.

Bubur Suro Palembang, Tradisi Palembang Unik Selama Ratusan Tahun

Bubur suro ini kuliner asli yang dibuat di Masjid Suro. Tradisi ini sudah muncul sejak Masjid Suro selesai dibangun. Tepatnya sekitar tahun 1800-an akhir. Fyi, Masjid Suro Palembang selesai dibangun pada tahun 1891.

Walaupun sudah era modern, tradisi pembagian bubur suro tetap dipertahankan. Selain di Palembang, tradisi berbagi bubur suro juga ada di Pulau Jawa.

Saat ini, pembagian bubur suro tetap dilanjutkan oleh pengurus Masjid Suro. Dimasak pada siang hari selepas Dzuhur oleh para ibu-ibu warga sekitar, bubur suro akan mulai dibagikan pada pukul lima sore.

“Kita meneruskan tradisi ini karena termasuk kebiasaan baik. Kebiasaan orang lama, kita teruskan. ” terang Pak Soleh. Rupanya bubur suro ini dianggap amanat dari para sesepuh zaman dulu.

Mengobrol dengan Pak Soleh.,

Menjelang berbuka, warga sekitar biasanya akan mulai berdatangan. Mereka membawa wadah masing-masing dari rumah. Sesudah dimasak, buburnya langsung dibagi-bagikan.

Pada waktu berbuka, bubur juga akan dibagikan pada jemaah yang ikut berbuka bersama. Hmm.. nikmatnya berbuka puasa bersama-sama di masjid jadul Palembang ini.

Baca Juga:  Resep Pempek Dos Tanpa Ikan Lembut Langsung Goreng

Kebanyakan yang berbuka di sini kaum laki-laki. Mereka berbuka di samping masjid. Dari sore hari, para pengurus terlihat sibuk menyusun piring dan gelas persiapan berbuka puasa. Makan buburnya dimulai tepat setelah adzan maghrib.

Proses Masak Bubur Suro, Sehari Bisa Untuk 80 Porsi

Menurut keterangan Pak Soleh, pembagian bubur suro ini pernah terhenti. Lalu dilanjutkan kembali oleh pengurus. Pendanaannya sendiri berasal dari masyarakat.

Pada dasarnya, bubur suro ini sejenis bubur dengan cita rasa khas Arab-Palembang. Jadi bisa dibilang ini tergolong perpaduan tradisi Melayu dan Arab. Palembang kan memang kental dengan budaya Melayu dan Arab.

“Pertamanya, kita membuat bubur dari 3 – 4 kilo beras. Lalu naik jadi lima kilo. Sekarang alhamdulillah sudah delapan kilo beras per hari.” ujar Pak Soleh.

Dari beras delapan kilo tersebut, dibagi lagi menjadi dua. Tiga kilo untuk masjid, sisanya untuk masyarakat. Beras segitu bisa menghasilkan bubur suro untuk 80 – 90 porsi.

Proses bagi-bagi bubur suro di masjid.

Proses masak bubur suro dilaksanakan di halaman belakang masjid. Bumbunya sudah disiapkan dari pagi hari oleh para ibu. Nantinya yang memasak bubur itu laki-laki yang juga warga sekitar masjid.

Seperti Apa Rasa Bubur Suro Khas Palembang?

Kita sampai pada part yang paling bikin penasaran. Apalagi kalau bukan icip-icip bubur suro langsung. Siapa yang penasaran seperri apa rasa bubur khas Palembang ini ?

Pas buka puasa di sini tahun lalu, Molzania dikasih dua wadah besar bubur suro untuk dibawa pulang. Untuk Molzania dan mama. Sementara itu di masjid, Molzania dikasih es buah dan buah-buahan. Hmm, seger banget deh.

Es buahnya tidak terlalu manis. Jadi cocok untuk Molzania yang diet. Selain es buah, Molzania juga dikasih buah duku dan rambutan khas Palembang.

Sanpai rumah, Molzania langsung eksekusi. Ternyata bubur suro itu mirip seperti bubur sop. Tapi tanpa kuah. Cita rasanya manis. Di dalamnya ada potongan daging sapi dan tetelan yang besar-besar. Bumbunya kaya akan rempah-rempah.

Baca Juga:  Kuliner Khas Palembang ini Modifikasi Lain dari Pempek

Tekstur buburnya lembut dan berwarna coklat dari kecapnya. Kalau sobat penikmat bubur ayam yang diaduk, pasti nggak akan ada masalah. Soalnya tampilan buburnya memang sudah bercampur satu sama lain.

Molzania sendiri nggak terlalu bermasalah dengan penampilan suatu makanan. Asal rasanya enak di lidah. Meskipun dominan manis, tapi masih bisa dinikmati. Lemak nian alias mantab rasanya.

Sayangnya gak ada sambal yang pasti bikin tambah enak. Bubur ini disajikan tanpa tambahan apapun. Lauknya ya berasal dari isian dalam buburnya itu.

Molzania suka sama dagingnya. Walaupun potongannya besar, tapi tetap lembut untuk dikunyah. Setiap ketemu potongan daging, rasanya seperti menemukan hidden gem. Hehe..

Dikasih Resep Bubur Suro untuk Bikin Sendiri

Sewaktu datang ke sini, Molzania dikasih resep bubur suro palembang sama Pak Soleh. Ternyata bahan-bahannya mudah didapat.

Terdiri dari bumbu sup, kecap asin, daun sop, garam, minyak sayur dan bumbu penyedap. Wah, kita bisa recook sendiri di rumah. Per harinya dibutuhkan biaya sekitar Rp. 300 ribu – Rp. 400 ribu untuk masak bubur saja. Di luar upah memasak.

Sobat yang berencana ke Palembang saat bulan ramadan, bisa banget menyempatkan diri mengunjungi Masjid Suro alias Masjid Al-Mahmudiyah ini.

Biar bisa menikmati sendiri buburnya, sekaligus merasakan pengalaman beribadah di masjid lama Palembang. Arsitekturnya bangunannya juga menarik untuk jadi tempat berfoto dan bertafakur.

Oh ya, Molzania juga sudah buat vlog tentang Review Bubur Suro Palembang.

Simakin di bawah ya:

Ngomong-ngomong, ada yang sudah pernah mencicipi bubur suro khas Palembang?

Yuk, berbagi pengalaman dengan menulis di kolom komentar! ^^

Pin It on Pinterest

Share This