berkebun. Di halaman kami yang sempit, ditanami segala jenis tumbuh-tumbuhan.
Ada pohon salak, pokat, kurma, arbei dan jeruk. Setiap hari aku melihat beliau
menyirami tanaman-tanaman kesayangannya itu agar tak layu.
Saking
gemasnya, ayah sering mengibaratkan tanaman mama dengan sebutan “anak”. Soalnya
mama tak pernah absen untuk merawat mereka layaknya anak kandung. Pagi maupun
sore jadwal mama untuk berkebun.
Biarpun sempit, tapi halaman kami penuh dengan tanam-tanama |
Aku
heran. Kok mama mau-maunya memelihara tanaman? Kan repot plus ribet. Ternyata
oh ternyata setelah kutanyakan salah satu alasannya karena mama ingin berbagi.
“Suatu hari kalau tanaman ini berbuah, mama mau membagikan hasilnya ke para
tetangga dan kerabat. Biar mereka juga bisa merasakan manfaat buah ini, “ jelas
mama dengan wajah sumringah.
Setiap
bulannya, mama menyempatkan diri membeli pupuk kandang dari tukang tanaman yang
lewat depan rumah. Harganya dibandrol hanya lima ribu per karung. Setiap kali
tanahnya kering, mama menambahkan pupuk kandang.
Mama mendapatkan bibit-bibit tanaman itu secara tak sengaja. Kalau mama membeli
buah-buahan di pasar, lalu mendapati mereka manis, maka mama akan langsung
menanam bijinya. Setengah tahun ini, tanaman mama tumbuh dengan subur meski
sering juga tanaman itu mendadak layu dan mati.
Kalau
sudah seperti itu, mama akan merasa sedih sekali. Seperti beberapa hari lalu,
pohon arbei mama menguning dan mati. Itu semua disebabkan karena kami
sekeluarga berlibur ke Jakarta selama dua minggu. Akibatnya tidak ada lagi yang
rutin menyirami tanaman mama. Sehingga semua tanaman mama mendadak layu dan
kurus.
Pohon Arbei mama yang layu |
Oleh
karena itu, sepulang liburan, mama kembali ke rutinitas asalnya. Mama berharap
tanaman arbeinya dapat hidup lagi, seperti tanaman bambu airnya. Berbulan-bulan
yang lalu, tanaman itu sempat mati. Saat itu mama baru saja memulai kegiatan
berkebunnya. Jadi mama masih kurang pemahaman tentang cara merawatnya.
Akan
tetapi, mama tidak berputus asa. Ia mencari informasi di internet. Ternyata
perawatannya cukup dengan disiram sekali sehari menggunakan spray air. Semua
caranya mama praktekkan dan berhasil. Perlahan-lahan, tanaman bambu air mama
tumbuh kembali. Sekarang malah lebih subur.
Kegiatan
rutin mama menular ke anak-anaknya. Setiap pagi, saat hari libur, aku dan adik
sibuk berkebun. Kami berusaha membantu mama merawat tanaman-tanamannya. Mama
senang sekali melihat kami mau ikut-ikutan berkotor-kotor ria. Biarlah toh
tangan yang kotor bisa dicuci. Tetapi jika sudah berbuah nanti semua pasti bisa
merasakan manfaatnya.
Tanaman Bambu Air mama |
Tahun
pun berganti. Tidak terasa sekarang sudah memasuki tahun 2015. Kami berharap
tahun ini juga tanaman kami bisa berbuah. Sungguh proses yang panjang dan
melelahkan untuk menumbuhkan sebatang pohon. Namun buah-buah yang dihasilkannya
bisa kami bagikan ke semua orang.
Seperti
yang kita tahu, buah-buahan mengandung banyak vitamin yang bermanfaat untuk
kesehatan. Apalagi buah-buahan yang diambil dari kebun sendiri. Tentunya lebih
sehat karena bebas pestisida. Selain itu dengan adanya tanaman akan membuat
udara di sekitar rumah jadi terasa segar. Lingkungan pun jadi lebih sehat.
jika setiap rumah di Indonesia ini mau memelihara tumbuh-tumbuhan. Maka
lingkungan kita akan jauh lebih sehat. Polusi dan pencemaran udara bisa
dikurangi. Kami sudah membuktikannya tahun kemarin. Lewat website The Nature Conservancy Program Indonesia, kami semua jadi lebih mengetahui manfaat lebih
lingkungan hijau. Dan tahun ini saatnya memperbanyak tanaman buah. Kami bertekad
akan terus merawat tanam-tanaman. Semoga hal ini bisa menginspirasi yang lain
untuk melakukan hal yang serupa.
ofcourse i am 🙂
So you likes gardening like your mom, don't you?