Menurut HiGEIA Journal of Public Health Research and Development ,pada tahun 2020, terdapat sekitar 472.885 orang yang mengalami gangguan disabilitas wicara. Angka ini mencapai 1,6 persen dari total disabilitas di Indonesia.
Disabilitas wicara di Indonesia dikenal dengan nama bisu atau tuna wicara. Benarkah demikian? Di bawah ini Molzania akan mengulas secara lengkap mengenai disabilitas wicara. Baca selengkapnya hingga akhir ya, sobat.
Pengertian Disabilitas Wicara
Disabilitas wicara adalah jenis disabilitas yang memiliki gangguan dalam berbicara. Mereka kehilangan kemampuan dalam melakukan komunikasi secara verbal. Kondisi ini biasa disebabkan kondisi fisik dan biologis.
Dalam Bahasa Inggris, disabilitas wicara dinamakan speech disability. Kondisi di mana seseorang memiliki masalah dalam berbicara.
Jenis disabilitas wicara digolongkan dalam disabilitas sensorik, yang mana penyintasnya mengalami gangguan pada indra pengecap.
Ciri-Ciri Disabilitas Wicara
Berikut beberapa ciri-ciri dari penyandang disabilitas wicara, antara lain:
1. Adanya gangguan pada kualitas suara
2. Adanya ketidakseimbangan pada organ bicara yang menimbulkan suara nasal
3. Suara lemah atau terlalu nyaring
4. Adanya Pitch Nada yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
5. Adanya penyimpangan pada nada suara’
Tentunya untuk mendiagnosis seseorang mengalami disabilitas wicara atau tidak, membutuhkan bantuan dokter. Yang jelas, seseorang dinyatakan disabilitas jika gangguannya sudah jangka panjang dan memengaruhi aktivitas sehari-hari dalam berkomunikasi, berkerja, dan berbicara.
Macam-Macam Disabilitas Wicara
1. Disabilitas Rungu – Wicara
Terkadang kondisi disabilitas wicara dapat dipengaruhi oleh ketidakmampuan untuk mendengar. Oleh karena itu penyintasnya disebut pula disabilitas rungu wicara atau yang disebut dengan istilah bisu. Dalam Bahasa Inggris, bisu dapat disebut juga mute disability atau mutism.
2. Stuttering / Stammering
Kondisi stuttering / stammering dalam Bahasa Indonesia disebut dengan gagap. Penyandang disabilitas ini sering kali mengulang-ulang kata ketika berbicara.
Penyebabnya bisa terjadi karena cedera, kondisi psikologis atau dipengaruhi lingkungan. Di Indonesia telah ada komunitas perkumpulan orang-orang stuttering. Selengkapnya baca di sini.
3. Gangguan Apraksia
Gangguan Apraksia memengaruhi fungsi syaraf di otak yang mengakibatkan seseorang kehilangan kemampuan untuk berbicara. Penyandang apraksia mengetahui apa yang ingin mereka katakan, malah bisa menuliskannya dengan baik, tetapi tidak bisa mengartikulasikannya dengan tepat. Penyebabnya bisa karena kerusakan pada otak atau genetik.
4. Disatria
Disatria adalah gangguan akibat kerusakan syaraf dan otot, yang mengakibatkan bicara menjadi tidak jelas, lambat, tersendat-sendat, dan gerakan mulutnya terbatas. Penyebabnya bisa dari bawaan lahir, stroke, tumor, multiple sklerosis atau cerebral palsy.
5. Cadel
Cadel adalah gangguan fungsional dalam berbicara. Penderitanya kesulitan untuk membunyikan huruf-huruf tertentu. Kondisi ini dapat terjadi sejak usia kanak-kanak. Terkadang dapat sembuh sendiri ataupun membutuhkan terapi wicara.
6. Disfonia spasmodik
Disfonia Spasmodik adalah gangguan kronis pada pita suara dalam jangka panjang. Kondisi ini umumnya dialami oleh orang dewasa usia 30-50 tahun. Gangguannya dapat ditandai dengan suara yang serak, gemetar, tegang atau gelisah. Penyebabnya bisa karena
7. Cluttering
Cluttering adalah gangguan bicara yang menyebabkan seseorang berbicara terlalu cepat, atau terlalu tersendat. Biasanya dialami oleh seseorang yang mengalami sindrom Asperger.
8. mutism selektif
Secara umum, orang yang mengalami gangguan mutism selektif dapat berbicara. Namun terkadang untuk situasi tertentu, dia memilih diam. Umumnya penderitanya masih berusia kanak-kanak. Kondisi ini erat kaitannya dengan kondisi psikologis.
9. Afasia
Afasia adalah gangguan bicara akibat kerusakannya kemampuan berbahasa pada otak. Kondisi ini sering dialami oleh para penderita stroke, tumor otak, cedera otak traumatis atau penyakit otak degeneratif. Afasia berbeda dari distraksi dan apraksia karena sudah berhubungan dengan pusat bicara dan bahasa pada otak.
10. Keterlambatan Bicara
Dalam bahasa medis, keterlambatan bicara disebut juga alalia. Umumnya orang-orang mengenalnya dengan speech delay. Gangguan ini sering dialami oleh anak-anak. Cirinya ditandai dengan ketidakmampuan berkomunikasi verbal secara normal.
11. Autisme
Penderita autisme juga dapat mengalami disabilitas wicara. Umumnya gejala yang dialami adalah kebisuan, pengulangan vokalisasi atau echolalia, dan intonasi nada bicara yang tidak biasa.
Penyebab Disabilitas Wicara
1. Gangguan Kelancaran Bicara
Gangguan kelancaran dalam berbicara ini meliputi gangguan emosi, gangguan pada organ berbicara, kerusakan otak dan syaraf.
2. Kelainan pada artikulasi
Kelainan artikulasi ini mencakup ketidakmampuan mengucapkan huruf / kata tertentu, bicara terlalu cepat atau lambat, dan lain-lain.
3. Kelainan Pada Suara
Penyebab kelainan pada suara ini dapat terjadi akibat penyakit pada pita suara, tumor, kanker, kelainan pada pitch tinggi / rendah atau kerusakan pada sistem syaraf pusat.
Nah itulah penjelasan lengkap mengenai disabilitas wicara. Punya pertanyaan atau tanggapan? Tulis saja di kolom komentar ya.. 🙂
Sumber Artikel :
Daryati. dkk. 2019. Pengembangan Sakura (Sistem Konsultasi Tuna Wicara) Upaya Memperbaiki Pelayanan Kesehatan Disabilitas. HIGEIA 3 (3) (2019).
Dysphonia International. Is SD a disability? Diakses pada 31 Juli 2024. https://dysphonia.org/sd-disability/
Mutiara, Sella. dkk. 2023. Karakteristik Dan Model Bimbingan Atau Pendidikan Islam Bagi ABK Tuna Wicara Di Masyarakat Kelurahan Lubuk Lintang Gang Macang Besar RT 07 RW 03. JKIP : Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan, 4(1): 113 – 124
Turley, Rebecca. 2024. 10 Most Common Speech-Language Disorders & Impediments. Diakses pada 31 Juli 2024. https://www.speechpathologygraduateprograms.org/2018/01/10-most-common-speech-language-disorders/
ternyata banyak juga jenis disabilitas wicara ya, Kak Moli. Ohya, baru tau juga dialami orang dewasa usia 30-50 tahun, untuk disfonia spasmodik itu penyebabnya karena apa ya Kak?
Ternyata gagap dan cadel juga termasuk disabilitas wicara yaa dan emang kudu terapi biar lancar lagi ngomongnya. Kalau Saladin dulu pas usia 3 tahun pernah divonis speech delay. Ternyata masuk disabilitas wicara juga. Alhamdulillah setelah terapi wicara dan masuk sekolah, perlahan dia bisa ngomong. Penyebabnya adalah…bingung bahasa, jadi dia tuh bahasa ibunya English tapi orang lain ngomongnya bahasa Indonesia, jadi diam aja.