1,594 Views
Sesuai janjiku kemarin, di chapter tiga ini aku memasukkan lebih banyak oppadeul Suju… :DD
Internetku barusan diisi ulang nih jadi tadi pagi aku bengong ga ngapa2in, yaudah aku memutuskan untuk menulis chapter 3 nya aja, rencananya di chapter 4 aku akan memasukkan bias2ku tersayang (yesung dan kibum) hihihiii… Tenang aja akan lebih seru dan mengasyikkan lagi dari ini… 😀
Episode Sebelumnya:
Satu jam lagi Siwon akan
menjemputku. Apa yang harus kulakukan? Tegakah bila aku membatalkan
rencananya malam ini? Aku menghela nafas. Sampai kapan aku harus
terjebak dalam skenario yang kubuat sendiri? cham-eulo (memang), tiga
bulan lalu aku masih mencintainya. Namun semenjak peristiwa itu, cintaku
padanya perlahan memudar. Pengkhianatan yang dilakukan oleh Siwon di
belakangku membuatku sulit untuk melupakannya. Dadaku terasa sesak
setiap kali ingat kejadian tiga bulan lalu.
Flash Fiction #SuperJunior Chapter 3
Chapter 3
Cho Kyuhyun POV
Malam sabtu yang terasa menyebalkan. Inginnya ditemani dan menemani
seorang perempuan cantik, tapi apadaya pacar pun aku tak punya. Hyung
Soo sudah pergi dari satu jam yang lalu bersama Siwon. Sampai kapan aku
harus terus sendiri? Mungkin aku memang terlalu pemilih. T.T
Akhirnya aku meminta Sungmin dan Ryewook untuk menemaniku malam ini.
Tidak sampai tiga puluh menit mereka sudah datang mengetuk pintu depan.
Jarak rumah kami saling berdekatan. Jadi tidak ada masalah. Tiga pria
lajang berkumpul bersama dalam satu kamar, kuharap eomma dan appa tak
keberatan.
“Hai, dongsaeng gwiyeun.” Ucap
Sungmin tatkala melihatku. Perihal dongsaeng, kami bertiga sebenarnya
seumuran. Masalahnya wajahku terlalu imut menurut ukuran mereka, sebuah
fakta yang menyedihkan bahwa aku bahkan tak punya pacar.
Aku segera mengajak mereka menuju kamar. “Sendirian?” tanya Ryeowook.
Aku mengangguk. “Jangan terlalu berisik, ada eomma dan appa disini,”
ujarku memperingatkan mereka berdua. Tapi tetap saja meskipun sudah
diperingatkan berulang kali, mereka tetap saja ribut begitu sampai di
kamarku yang terletak di lantai tiga. Bagi mereka, suara cempreng mereka
tak akan mengganggu eomma dan appa yang kamarnya berada di lantai satu.
Maka, setelah kami bertiga makan malam di ruang keluarga, pesta lajang
pun dimulai. Kami bergegas menuju lantai atas tempat kamarku berada.
Untung eomma dan appa termasuk orangtua yang pengertian. Mereka tak
pernah mempermasalahkan tingkah-tingkah aneh anak-anaknya asal tidak
keterlaluan dan tetap hormat pada orang yang lebih tua.
Aku tergelak ketika Ryeowook membuka pintu kamar, lalu menghempaskan
badan di lantai kayu. Ryeowook dan Sungmin bergegas menghidupkan
playstation yang terletak di tengah-tengah kamar. “Kita kekurangan
orang!” pekik Ryeowook. Aku yang baru saja mengambil psp lantas
bergabung bersama mereka.
“Kita mau main
apa nih?” tanya Ryeowook, matanya tak lepas memandang layar televisi.
Suara tawa Sungmin memecah ruangan, ia baru saja membuka halaman pertama
komik Crayon Shincan terbaru milikku. Kami berdua menoleh padanya,
“Mwo?” katanya tidak setuju.
“Kemarin, aku
baru saja membeli kaset MotoGP terbaru,” kataku seraya berlalu menuju
lemari tumpukan kaset playstation milikku yang terletak disudut ruangan.
“Coba kita kedatangan tamu…” ujar Sungmin, sambil tetap
membolak-balik komik Crayon Shincan.  “Kibum maksudmu?” tanyaku tanpa
menoleh. Aku masih sibuk mencari dimana tempatku meletakkan kaset MotoGP
terbaruku itu.
“Ya, dongsaeng.” Ujar
Sungmin lagi. Kibum adalah sepupuku yang usianya paling muda dari kami
bertiga. Baru delapan belas tahun, tapi mulutnya nyinyir seperti
perempuan yang sedang bergosip. Bisa dibilang dia magnae dari grup kami
berempat. Kibum termasuk orang yang paling sering mengisengi Hyung Soo.
Meskipun begitu, mereka berdua akrab satu sama lain. Ah, kami sangat
merindukan Kibum. “Tapi apa boleh buat dia kan sedang ujian akhir di
sekolahnya,” kataku dengan mimik kecewa.
Pukul setengah sepuluh malam, Hyung Soo pulang ke rumah. Wajahnya tak
terlihat ceria. “Bagaimana kencannya?” seruku memandanginya. Bukannya
menjawab Hyung Soo malah balik bertanya, “Ada orang dirumah?”.  Aku
mengangguk. “Hanya anak-anak,” jawabku. Hyung Soo kesenangan seraya
memekik girang. Dengan tergesa-gesa, Ia pergi ke atas lalu berbaur
dengan Sungmin dan Ryeowook. Aku lebih memilih untuk diam, kembali
berkutat dengan PSPku. “Hey, ganti dulu bajumu,” jeritku.
Moon Hyung Soo POV
Malam yang menjemukan. Kami tak seperti layaknya orang yang berpacaran,
lebih memilih untuk saling diam. Tak banyak percakapan terjadi di
antara kami. Aku dan Siwon hanya duduk dengan pikiran masing-masing.
“Hyung Soo, tak tahukah kau bahwa aku begitu menyayangimu?” ucap Siwon
seraya memegang tanganku. Aku tersenyum kaku. “Ahh,” desah Siwon,
“Jangan lagi kau memikirkan kejadian yang lalu itu. Aku sungguh
menyesal…”
“Ne, kuharap itu benar,”
kataku datar. Siwon kembali memandangiku. Mata kami saling bersibobok.
Aku segera mengalihkan pandangan. Makanan disini jadi terasa sangat
hambar. Aku sungguh tak berselera.
“Siwon,
aku ingin pulang,” pintaku setengah memohon, “ini sudah larut.” Tegasku
sekali lagi. Siwon lalu mengantarku pulang dengan mobilnya. “Kau tahu
aku ingin kau memaafkanku,” berondongnya ketika tiba di depan rumah.
“Ne, Ne, nado ala Sudahlah Siwon,” ucapku, lalu turun dari mobil. Aku
mendelik jam tanganku, pukul sembilan seperempat. Mobil Siwon pun cepat
berlalu dari hadapanku lalu hilang bagai ditelan angin.
“Bagaimana kencannya? “ ucap Kyuhyun saat membukakan pintu. PSP
tergenggam di tangannya. “Ada orang di rumah?” tanyaku balik. “Hanya
anak-anak,” balas Kyuhyun seraya tangannya menunjuk ke atas.
“Manse, aku mau begadang malam ini.” Pekikku kegirangan. Setelah
melepas sepatu, aku pun bergegas menuju tangga dan naik ke lantai tiga.
Ryeowook, Sungmin dan kuharap ada Kibum. Eh, tapi Kibum sedang persiapan
ujian akhir di sekolah menengahnya, jadi kemungkinan aku hanya
menjumpai Ryeowook dan Sungmin di kamar Kyuhyun. “Hey, ganti dulu
bajumu, “ seru Kyuhyun dari lantai bawah.
Nafasku terengah-engah tatkala sampai di lantai atas. Tampak Ryeowook
dan Sungmin sedang sibuk dengan playstation. Kamar Kyuhyun terlihat
berantakan. Aku mengendap-endap masuk ke kamar Kyuhyun, seraya mencabut
kabel tv kamar Kyuhyun. Melihat televisi mendadak mati, Ryeowook dan
Sungmin menjerit. Aku pun tergelak.
“Dasar
tukang iseng,” seru Kyuhyun yang ternyata sudah berada di depan pintu.
Mereka bertiga menatapku marah. “Kau tahu kami sudah sampai level
berapa?” amuk Ryeowook yang langsung ditanggapi Sungmin dengan mimik
muka sedih, lalu berkata, “Aku bahkan belum menyimpan permainanku tadi”.
“Iya,
deh. Mian, “ ujarku seraya mencomot keripik pisang yang tergeletak di
sebelah Sungmin. “Like dongsaeng, like hyung, “ candaku yang sebenarnya
tak lucu. Kata-kataku tadi malah membuat Ryeowook dan Sungmin semakin
marah padaku. “Mwo?” kataku melihat reaksi mata mereka yang membulat
besar.
“Kuharap Kibum datang besok,”
kataku lagi, “Aku akan meneleponnya besok”. Bantal-bantal pun
berterbangan ke arahku.~to be continued ^^~
Note Block:
Manse : Horee
Gwiyeun : imut
Nado ala: Aku tahu
Baca Juga:  Nongkrong Asyik Sambil Baca Buku di Perpusda Palembang

Pin It on Pinterest

Share This