2,503 Views
Pada Agustus 2009, ibuku terserang sakit kepala hebat. Kami sekeluarga dibuat kebingungan olehnya. Ibuku terus menerus menjerit sambil memegang kepalanya yang sakit. Aku, sebagai anak tertua memutuskan untuk menelpon sanak keluarga yang tinggal berdekatan rumah.
Tak berapa lama, keluarga besarku datang. Mereka memutuskan untuk membawa ibuku ke rumah sakit terbaik di kota Palembang. Beberapa hari ibuku dirawat disana. Tapi keadaan beliau tak kunjung membaik.
Dokter menyimpulkan bahwa ibuku terkena penyakit sinusitis. Maka dari itu dokter kemudian memutuskan untuk mengoperasi hidung ibuku untuk mengambil cairan darah yang menyumbat hidung ibuku. Dokter juga mencabut kedua gigi seri milik ibu yang mengakibatkan beliau sekarang menjadi ompong dan terpaksa menggunakan gigi palsu.
Bukannya membaik, setelah dioperasi justru keadaan ibuku semakin parah. Beliau meraung-raung kesakitan karena dia merasa kepalanya seperti habis dipukul oleh seseorang. Keluarga ku semakin bingung dibuatnya apalagi setelah melihat dokter yang menangani ibuku seperti tidak mempedulikan jeritan ibu dan hanya memberinya penghilang rasa sakit.
Paman-pamanku memutuskan membawa ibu berobat ke Jakarta dengan harapan pengobatan disana lebih baik. Ibuku dirawat di RS. Siloam Hospital LippoVillage Jakarta. Dari sanalah diketahui bahwa ibuku terkena penyakit Aneurisma parah. Syaraf-syaraf diotak beliau sudah ada yang pecah. Beruntung, ibuku tidak meninggal.
Ibuku mungkin kecapekan. Setiap hari ia membanting tulang berjualan roti untuk menghidupiku dan adikku karena penghasilan ayahku yang tak menentu dirasa kurang, Sejak di PHK tahun 1995 lalu ayah memang tak pernah mendapat pekerjaan tetap lagi. Oleh karena itu, ayah dan ibuku sering sekali bertengkar.
Malangnya ibuku, ditengah kesibukannya bekerja keras setiap hari pagi dan malam, ia juga harus menjemput adikku sepulang sekolah dan seringkali berjalan kaki di terik matahari karena ayah sedang bekerja jadi tak bisa menjemput adikku.
Pada tanggal 14 September 2009, saat ibu sedang mengaji ditemani ayah, tiba-tiba dari mata ibuku mengalir darah seperti sedang habis menangis darah. Ibuku juga nyaris pingsan. Dokter lalu memutuskan mengoperasi ibuku. Padahal rencananya ibuku mau dibawa ke Singapura keesokan harinya. Rencana itu pun batal.
Selama lebih kurang tiga belas jam ibuku dioperasi. Aku terus menerus membaca doa-doa untuk kesembuhan ibuku. Alhamdulillah, operasi berjalan sukses. Ibuku sembuh dari penyakitnya meski terkadang suka mengeluh pusing-pusing. Thanks God for your miracle, aku akan selalu menjaga ibuku agar tetap sehat dan kuat.
hi thx ya da mampir 🙂 yuk, bole exchange link! 🙂