KENAPA ORANG PALEMBANG DITAKUTI? ADA BUDAYA TUJAH DI SINI – Dalam rangka menyambut Hari Bhayangkara ke-76, Molzania berkesempatan untuk main-main ke Polrestabes Palembang. Apa lagi kalau bukan tujuannya untuk silaturahmi dengan Pak Ngajib yang saat ini menjabat sebagai Kapolrestabes Palembang.
Sebelumnya awal tahun ini, Pak Ngajib-lah yang justru silaturahmi ke rumah Molzania. Dulu Molzania sempat banyak berbincang dengan beliau. Simak ceritanya Pak Ngajib di sini. Jadi sebagai balasan (meskipun udah lama banget jangka waktunya), Molzania pun main ke markasnya beliau. Alhamdulillahnya, beliau sedang ada di tempat jadi bisa deh Molzania ngobrol lagi sama beliau.
Meskipun singkat, kali ini Molzania mendapat banyak sekali insight dari beliau. Yah, hitung-hitung jadi sarana Molzania untuk belajar langsung dari kepala polisinya Palembang. Tentu pengalaman beliau banyak banget kan? Sebagai salah satu orang yang berpengaruh, pastilah beliau memiliki asam garam di dunia kepolisian. Ngobrolin apa aja? Yuk, simakin cerita Molzania hingga akhir.
Menyambut Hari Bhayangkara ke-76: Dukung Presisi Polisi Indonesia
Presisi ialah tagline yang dimiliki Kepolisian Republik Indonesia yang terdiri dari akronim Prediktif, Responsibilitas, Transparansi dan Berkeadilan. Maksudnya dalam melayani masyarakat, Polri hendaknya memprioritaskan kebijakan yang menekankan pada transformasi organisasi, operasional, pengawasan dan pelayanan publik menuju era polisi 4.0 yang unggul dan modern.
Jadi guys, era polisi 4.0 itu adalah saat dimana polisi melakukan inovasi dalam berbagai bidang agar manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat luas.
Maka dari itu, Kapolri yang saat ini dipimpin oleh Jendral Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si mengeluarkan 8 komitmen Kapolri untuk menciptakan insan kepolisian yang sesuai dengan tagline di atas. Diantaranya menurut Pak Ngajib, saat ini Polri mencoba untuk mensinergikan data antar lembaga kepolisian. Tujuannya untuk meningkatkan pelayanan publik.
Untuk itu menurut laman Tempo.co, Pak Kapolri mengeluarkan 16 program unggulan. Dalam catatan perjalanan 100 harinya beliau, seperti yang ditulis di laman Detik News, beliau banyak melakukan perubahan teknologi polri menjadi berbasis digital. Misalnya saja layanan SIM Nasional Presisi demi memudahkan masyarakat dalam pengurusan SIM.
Adapun untuk kepolisian Palembang sendiri, Pak Ngajib bercerita kalau di Polrestabes banyak sekali mengadakan kegiatan internal maupun eksternal. Diantaranya bakti sosial dengan masyarakat sekitar, kegiatan donor darah, aneka lomba yang dapat diikuti oleh masyarakat umum, dan banyak lagi. Pokoknya seru banget, deh! Masyarakat kayak Molzania bisa turut serta memeriahkannya.
Kenapa Orang Palembang Ditakuti ? Ada Budaya Tujah di Sini
Beberapa hari lalu, sempat viral video orang berkelahi di salah satu mall di Kota Palembang. Dalam video tersebut, dua orang pria tampak saling bergumul satu sama lain. Salah seorang diantaranya mengeluarkan pisau lalu terjadilah aksi yang super seram.
Bersamaan dengan itu satpam-satpam pun berdatangan untuk melerai keduanya. Konon belakangan diketahui, motif pertikaian tersebut karena ada persoalan asmara alias rebutan cewek. Beruntung keduanya berhasil dipisahkan. Korban yang berlumuran darah pun dilarikan ke rumah sakit. Sound scary, yes? Nulis ini aja udah serem banget. Apalagi saksi mata yang ada di sana.
Tidak dapat dipungkiri menurut Pak Ngajib budaya orang Palembang keras. Di Palembang ada budaya tujah menujah. Dalam Bahasa Palembang, tujah menujah itu sama dengan tikam-menikam. Hal ini dilatarbelakangi oleh orang Palembang yang cepat marah dan tersinggung.
Nah budaya orang Palembang seperti ini menjadi negatif karena bisa mencelakakan orang. Padahal budaya tujah atau sebelumnya biasa disebut budaya pisau dipinggang adalah positif. Ketika itu nenek moyang wong Palembang berusaha berjaga-jaga dari serangan hewan buas di hutan tempatnya mencari nafkah. Hanya untuk bela diri. Bukan untuk menusuk seseorang karena memperturutkan amarahnya.
Ingat, sekali lagi! Ini cuma oknum loh. Nggak semua orang Palembang kasar seperti itu. Semua tergantung kepribadian orang itu sendiri yang mungkin dipengaruhi lingkungannya. Maka dari itu, tugas kita mendidik anak-anak kita menjadi berakhlak mulia. Btw, Molzania sebagai orang Palembang saja takut pegang pisau wkwk. Kalau begitu, kenapa orang Palembang ditakuti ?
Padahal orang Palembang di sisi lain juga terkenal dengan keramahannya. Buktinya saat bertemu orang, wong kito galo akan mudah menanyakan kabar dan menyapa hangat “Nak ke mano? (mau ke mana?)”. Yuk cari tahu sifat orang Palembang lainnya yang bikin jatuh cinta. Jadi jangan tanya lagi kenapa orang Palembang ditakuti ya? Ayo kita hilangkan streotipe tersebut dengan berkelakuan baik.
Bangun Rumah Singgah untuk Anak Putus Sekolah
Sumatera Selatan masuk sebagai provinsi dengan tingkat kriminalitas tertinggi di Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru, jumlah kasus kriminal yang dilaporkan ke Polda mencapai 12.189 kasus. Kota Palembang sendiri adalah kota terbanyak yang menyumbang jumlah tindak pidana dibandingkan dengan daerah lain di wilayah Sumatera Selatan.
Namun bukan berarti tak ada perubahan menuju arah kebaikan. Setiap tahunnya angka kasus tindak pidana ini berubah-ubah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2019, angka kasusnya mencapai 4703 kasus. Tahun berikutnya 2020 menurun lagi ke angka 2450. Sayangnya tahun 2021, angkanya kembali naik sedikit ke 2833 kasus. Harapannya untuk tahun 2022 ini, angkanya kembali berkurang.
Untuk itu, Pak Ngajib pun berusaha untuk mencari terobosan-terobosan agar kriminalitas tidak lagi bertambah. Maka dari itu untuk melaksanakan hal tersebut, belau membangun rumah singgah Belido Musi atas inisiatif dari Polsek Sukarami. Rumah singgah tersebut menjadi pusat pembelajaran remaja dan anak-anak putus sekolah.
Saat ini, rumah singgah itu telah menampung 35 anak yang diambil dari masyarakat sekitar. Lokasinya ada di Kilometer 7, Palembang. Dalam rumah singgah tersebut, didirikan perpustakaan yang menampung ratusan buku-buku ilmu pengetahuan sumbangan dari Gramedia dan Universitas Terbuka.
Pelatihan Komputer untuk Memberantas Aksi Kriminalitas
Tak hanya itu, Pak Ngajib juga berinisiatif untuk mengadakan pelatihan komputer bagi 500 pemuda yang berasal dari keluarga tidak mampu di wilayah Kota Palembang. Nantinya akan diberikan beasiswa bagi yang berprestasi. Masyarakat Palembang yang ingin bergabung dapat menghubungi Babinkamtibmas di wilayah Polsek tempat tinggalnya.
Harapannya lewat kegiatan bermanfaat seperti ini, generasi muda Palembang akan sibuk berkegiatan dan menambah keahlian. Sehingga angka kriminalitas di Kota Palembang dapat membaik. Soalnya rata-rata pelaku kriminal itu berusia muda. Banyak diantaranya malah berada di bawah umur. Sungguh sangat disayangkan masa muda habis dengan menjadi pesakitan.
Dengan demikian jika memiliki keahlian, streotipe orang Palembang kasar pun berubah jadi orang Palembang pintar. Orang Palembang keras berubah menjadi orang Palembang berkualitas. Orang Palembang kasar dan orang Palembang keras menghilang. Perlahan streotipe orang Palembang pun berubah jadi baik dan ramah. Ya, nggak sih? Hehe..
Menilik Fasilitas Disabilitas di Polrestabes Palembang
Saat berkunjung ke Polrestabes Palembang, Molzania asik dong melihat-lihat kegiatan polisi Palembang secara langsung. Ternyata selayaknya pegawai negeri, mereka juga ada kegiatan apel loh. Pas banget jam 3 sore, dibunyikan bel panjang untuk pak polisi dan bu polisi berbaris dengan rapi mengikuti apel sore. Unik!
Tak ketinggalan, Molzania juga menengok fasilitas disabilitas yang ada di Polrestabes Palembang. Ternyata sudah tersedia fasilitas pemeriksaan untuk disabilitas di sana. Di dalamnya kata Pak Ngajib sudah ada ramp dan toilet disabilitas. Fasilitas serupa juga telah disiapkan di gedung pelayanan SKCK,
Wah senangnya.. orang disabilitas kayak Molzania pun bisa aman dan nyaman menggunakan fasilitas pelayanan publik. Bahkan saat Molzania berkunjung ke Polsek Kalidoni, mereka juga menyediakan kursi roda dan kotak saran khusus disabilitas. Sayangnya di Polsek belum ada toilet khusus disabilitas. Mungkin ke depannya, fasilitas disabilitas dapat ditambah dan diperbaiki lagi. 🙂
Itulah jalan-jalan singkat Molzania di Polrestabes Palembang. Ternyata Pak Kapolrestabesnya humble banget. Meskipun ruangan kantornya ada di lantai dua, tetapi beliau bersedia menemui Molzania di ruangan lain di lantai satu. Terus beliau juga berbaik hati mendorong dan mengantar Molzania pulang hingga ke depan. Duh, maaf. Jadi gak enak hati karena merepotkan, nih Pak!
Wah jalan2nya ke kantor polisi nih mbak hehe
‘Budaya Tujah ini kok jadi mirip budaya org Madura ya, lebih baik berputih tulang ketimbang berputih mata. Emang aparat kudu kerja keras nih kalau sampai ada yang main hakim sendiri, apalagi seringnya masalahnya yang agak sepele.
wah di madura juga ada ya mbak? baru tahu.
Temeneku yang orang Palembang justru baik banget tapi aku tau stigma ini dari mertuaku sih dan pas temenku nikah dan melancong kesana aku jadi lebih paham lagi tap imenurutku sih bukan karena Palembangnya itu ya oknum yang memanfaatkan stigman sekalian dibuat negatif,, sama halnya kayak orang Padang itu pelit tapi temenku engga justru baik dan loyal banget