1,349 Views
Ketika malam menyeringai, semesta pun tertegun. Bulan memunculkan sinar emas ditengah kilau bintang gemintang. Malam ini sangat indah.
Seperti biasa, ketika malam menyeringai, aku tertegun. Semua sudah terbuai dalam hening mimpinya masing-masing. Dan aku tertegun melamun. Entah mengapa mata seakan enggan terpejam. Pikiranku melayang menyibak langit-langit kamar yang berwarna putih.
Aku tertegun, saat malam yang pekat menyeringai. Berusaha membayangkan hari esok yang dipastikan selalu sama. Menjalani rutinitasku yang tak pernah berubah semenjak lulus SMA. Sungguh sangat, sangat membosankan.
Pandanganku beralih. Kupandangi tembok yang menjadi penjara abadiku selama hampir 18 tahun terakhir ini. Warnanya tetap sama. Hanya sedikit pudar. Seperti juga harapanku yang nyaris pudar.
Pudar??? Tidak, tidak, tidak akan pernah. Harapan itu masih tetap ada. Abadi. Teronggok sendirian di sudut hatiku. Nyaris belum pernah tersentuh. Tak akan pernah hilang. Aku tidak tahu bagaimana cara mewujudkan harapan itu sehingga aku masih harus menyimpannya rapat-rapat meski batas kadaluwarsanya sudah semakin dekat.
Eit, tunggu dulu. Apa yang sudah kulakukan??? Menulis??? Hah, sejak kapan??? Bukankah aku sudah mengubur semua impianku menjadi penulis handal??? Bukankah angan itu sudah terbakar dan nyaris tak berbekas???
Tapi, entah mengapa, malam ini khususnya, aku sangat sangat ingin menulis. Aku sudah, sudah sangat lelah membiarkan diriku diam semestara hasrat menulisku terus mengoceh menyampaikan beribu-ribu kata dan kalimat yang menunggu untuk dituangkan ke dalam kertas.
Sering aku acuhkan saja “hasrat yang mengoceh” itu dan membiarkannya hingga terdiam sendiri. Seiring dengan itu semua keinginan untuk menulis pun lenyap. Tapi kali ini, hasrat itu begitu kuat. Kuambil kertas dan pena untuk memberikan kesempatan kepada jiwa ini untuk meledak dan kusuruh tanganku untuk menulis setiap ledakan kalimat dari dalam hati ini. Inspirasi yang bagus, aku menyeringai.
Kini, saat malam menyeringai, semesta pun tertegun. Rembulan memancarkan sinar emas bersama bintang gemintang yang berkilauan. Malam yang sangat indah. Aku menuliskan ratusan huruf yang kemudian kuubah menjadi kata dan kususun kedalam baris kalimat pekikan jiwa ini. Semua begitu syahdu dan hening. Ketika rasa kantuk mengerjap mataku, suara-suara batin itu pun menghilang…