4,934 Views
Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke 72! Tidak terasa bangsa ini sudah merayakan ulang tahunnya yang ke- 72. Usia 72 tahun kalau diibaratkan manusia itu termasuk usia sepuh, tapi bagi sebuah bangsa tentunya usia ini menunjukkan usia yang dewasa. Dewasa dalam segala hal. Baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.
Telok Ukan dan Telok Abang,
Kuliner Bersejarah Kota Palembang Saat 17 Agustusan
Ngomongin soal kemerdekaan, di kota Palembang terdapat suatu kuliner unik yang hanya dijual menjelang hari kemerdekaan. Jumlahnya bukan hanya satu, melainkan empat penganan. Kuliner ini tergolong makanan ringan yang biasa disantap saat pagi dan sore hari. Biarpun tergolong makanan ringan, tetapi kuliner ini sehat dan mengenyangkan. Namanya Telok Ukan dan Telok Abang. Dua kuliner ini termasuk kuliner legendaris yang konon sudah ada semenjak zaman awal kemerdekaan.
Beberapa tahun lalu, Molzania sempat mereview tentang Telok Ukan. Kali ini Molzania akan bercerita tentang Telok Ukan dalam versi yang lebih lengkap. Telok Ukan itu terbuat dari telur bebek yang dicampur dengan larutan santan kemudian dikukus. Untuk memasukkan larutan santan, atasan telur dilubangi sedikit untuk kemudian ditutup dengan stereofoam (Bahasa Palembangnya gabus) yang telah dipotong dadu kecil.
Telok Ukan dan Teman-Temannya
Ketika sudah direbus, isian telur telur berubah warna menjadi kehijauan. Mirip seperti telor dinosaurus di film-film. Warna kehijauan ini dikarenakan dalam larutan santan juga diberi rebusan air kapur sirih dan daun pandan. Telok Ukan ini rasanya gurih dan isiannya lembut. Ketika digigit, telurnya langsung berasa lumer dimulut.
Penganan Telok Ukan ini dimakannya nggak sendirian. Telok Ukan dinikmati bersama ketan kepit dan bonggol/lepet. Ketan kepit atau ketan panggang merupakan kuliner kota Palembang khas 17 Agustusan lainnya. Kepit dalam Bahasa Palembang berarti dijepit. Kuliner ini biasa diisi abon seperti halnya lemper, namun dibentuk menyerupai segitiga lalu dipanggang. Yang membuat unik, ketan kepit ini dijepit oleh sebilah bambu.
Kuliner Bongkol dan Ketan Kepit
Cara makan Telok Ukan biasanya dimulai dengan menggigit ketan kepit atau bonggol terlebih dahulu. Setelah itu baru gigitan selanjutnya baru Telok Ukan. Ibaratnya ketan kepit dan bonggol itu sepiring nasi. Nah Telok Ukan ini lauk pauknya. Atau bisa juga dimakan satu persatu jika suka. Tapi kalau Molzania sih lebih memilih cara yang pertama. Kalau kita makan dengan cara yang pertama, kita akan merasakan sensasi kelezatan tersendiri dari penganan Telok Ukan.
Kalau dipikir-pikir, ketan kepit ini memiliki filosofi juga. Senjata yang digunakan oleh para pejuang kemerdekaan dalam melawan penjajah kan bambu runcing. Nah mungkin inilah alasan dibalik mengapa ketan ini harus dijepit dengan sebilah bambu. Salah satunya agar ketika kita menikmati kuliner ini kita tidak melupakan jasa-jasa para pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan bangsa ini. Ini menurut Molzania saja sih hehee…
Karena langka, sedenget bae la lebar ..
(Sebentar saja sudah tandas)
Berbeda dengan ketan kepit, bonggol itu juga berisi ketan cuma tanpa isian. Bentuknya lonjong dan diikat dengan tali agar tidak keluar isinya saat dikukus. Ketiga penganan yang Molzania sebut diatas termasuk sehat bukan? Karena proses memasaknya dilakukan dengan cara dikukus dan dipanggang. Makanan yang dikukus dan dipanggang tentu lebih sehat karena tanpa menggunakan minyak goreng.
Kuliner selanjutnya yaitu Telok Abang. Nah ini biasanya sangat disukai anak kecil. Telok Abang merupakan telor ayam rebus biasa yang cangkangnya diberi pewarna merah. Yang bikin unik, telok abang ini dijadikan dekorasi untuk mainan kapal-kapalan yang terbuat dari kayu. Biasanya telok abang diletakkan ditengah-tengah kapal sebagai pemanis.
Telok Abang Dekorasi Kapal-Kapalan
Sumber : Pak Andri Emilda (Guru Molzania, red)
Baca Juga:  10 Menu Makan Malam Romantis Daging Sapi. Wanita Pasti Suka!

Kota Palembang dibelah oleh sungai Musi menjadi dua bagian. Bagian hulu dan bagian hilir. Mungkin mainan kapal-kapalan itu dibuat sebagai simbol masyarakatnya yang tidak bisa lepas dari kapal. Kenyataannya hingga sekarang, masyarakat kota ini masih mempergunakan kapal kecil atau speed boat (bahasa palembang perahu ketek) sebagai alat transportasi sungai. Bahkan di tengah-tengah sungai Musi terdapat sebuah pulau kecil yang dijadikan tempat wisata bernama Pulau Kemaro yang hanya bisa diakses dengan menggunakan perahu ketek ini.

Menjelang 17 Agustus, setiap tahunnya di seputaran Jalan Merdeka menjadi pusat ramainya penjual Telok Ukan dan Telok Abang. Bahkan kuliner Telok Ukan hanya bisa kita temui di seputaran Jalan Merdeka hingga Masjid Agung. Kemunculannya yang hanya setahun sekali membuat belum banyak masyarakat kota Palembang yang mengetahui ini. Bahkan sewaktu Molzania sekolah dulu, tidak ada satupun teman sekolah Molzania yang tahu dengan Telok Ukan.