MASJID CHENG HO PALEMBANG, PESONA AKULTURASI BUDAYA TIONGHOA – Kota Palembang terkenal dengan simbol multikulturalisme. Masyarakatnya terdiri dari berbagai etnis yang memiliki ciri khas budaya yang sangat kental. Kebanyakan budaya di Palembang merupakan peleburan dari budaya melayu, Arab, Cina, Jawa dan suku-suku lainnya.
Pada umumnya, sebagian besar masyarakat Kota Palembang alias wong kito galo beragama Islam. Tak heran budaya Islam juga sangat mendominasi. Budaya Islam melebur ke dalam keseharian masyarakat Kota Palembang. Pun tak jarang Islam juga berkolaborasi dengan budaya lain yang sejalan. Makanya hal ini memunculkan suatu keunikan tersendiri.
Siapa Laksmana Cheng Ho yang Punya Masjid di Banyak Kota?
Sebelum Molzania ajak kalian berdarmawisata ke Masjid Cheng Ho di Palembang, Molzania mau kasih tau dulu siapa sih Laksmana Cheng Ho? Jadi Laksmana Cheng Ho adalah seorang bahariawan alias pelaut tionghoa muslim yang besar dan termahsyur pada zamannya.
Dia hidup di era abad 14 dan selama sekitar 28 tahun telah berhasil menjadi pemimpin armada laut kerajaan Cina melintasi lebih dari 30 ngara di dunia. Cheng Ho diyakini berlayar jauh lebih lama dan panjang daripada pelaut-pelaut terkenal asal Eropa seperti Columbus, Vasco da Gama, dan Ferdinand Magellan.
Keberhasilan Cheng Ho menjelajah dunia jelas mengagumkan orang-orang. Bahkan namanya pun melegenda di dunia pelayaran internasional. Cheng Ho tak cuma berlayar, tetapi juga mampu memimpin kapał-kapal besar dan kecil yang totalnya lebih dari 200 buah. Jauh lebih besar dari yang telah dikomandoi oleh pelaut-pelaut kenamaan Eropa di atas.
Atas prestasinya tersebut, tak heran Ia berhasil memperkuat pengaruh Tiongkok di dunia. Hidup pada masa dinasti Ming, Cheng Ho telah berhasil membawa misi politik persahabatan Tiongkok di antara negara-negara dunia. Hal tersebut akan menyebabkan semakin meningkatnya pula hubungan perdagangan antar keduanya.
Hal lain yang mengagumkan dari Cheng Ho, betapapun besar dan kuatnya armada yang Ia miliki. Namun Cheng Ho tak hendak untuk menginvansi atau menjajah negara lain. Berbeda sekali dengan perlakuan pelaut-pelaut Eropa yang kebanyakan datang untuk menjajah.
Berdasarkan sejarah, Laksmana Cheng Ho sendiri sudah pernah beberapa kali datang ke Palembang. Kali pertama dia sedang memburu perompak jahat bernama Chen Zuyi yang kabur dari negeri Tiongkok.
Bajak laut jahat tersebut menguasai perairan dan perdagangan di bumi Sriwijaya. Chen pun dibawa Tiongkok untuk menjalani hukuman mati. Setelah Chen Zuyi berhasil ditangkap, para penguasa dan masyarakat kota Palembang pun bernafas lega dan sangat berterima kasih kepadanya.
Meskipun bukan orang Indonesia, nama besar Cheng Ho dilestarikan dalam berbagai masjid-masjid di Indonesia. Ada lebih dari 15 masjid di negeri ini yang mengabadikan nama Cheng Ho. Tak terkecuali penamaan Masjid Cheng Ho di Palembang. Sebuah kota yang masih kental dengan perpaduan budaya Tionghoa dan Arabnya.
Sejarah Pembangunan dan Lokasi Masjid
Masjid Cheng Ho di Palembang dibangun sejak tahun 2003. Lalu tiga tahun setelahnya, tepatnya tahun 2006 masjid ini pun diresmikan. Masjid Cheng Ho dibangun oleh Yayasan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (YPITI) Sumatera Selatan. Masjid ini bernama lengkap Masjid Al Islam Muhammad Cheng Hoo Sriwijaya Palembang.
Lokasi pembangunan masjid ini ada di dalam sebuah kompleks perumahan Top di Jakabaring. Tepatnya di Kelurahan 15 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Palembang. Masjid ini sudah digunakan sejak bulan Agustus 2008.
Masjid berarsitektur Tionghoa ini memiliki luas tanah lebih kurang 5 hektar. Sementara itu bangunannya sendiri luasnya 40 meter. Memiliki 2 lantai dengan daya tampung 600 orang jamaah.
Awalnya masjid ini dibangun atas dasar sumbangan sukarela dari para anggota Yayasan. Terkumpul donasi sebanyak 175 juta untuk pendirian bangunan.
Namun kedepannya, seorang mualaf bernama Bapak KH. Muhammad Supri dan Bapak Amin Mulya turut menyumbangkan tanah. Adapun para donatur lain juga turut berdonasi. Masjid ini pun tetap berdiri kokoh nan terawat hingga saat ini.
Masjid Cheng Ho Palembang, Pesona Akulturasi Budaya Tionghoa Islami
Saat pertama kali memasuki Masjid Cheng Ho Palembang, muncul kekaguman tersendiri dalam benak Molzania. Sekilas dari luar, bangunannya tampak tak berbeda jauh dari klenteng. Didominasi dengan warna pink, merah, hijau dan kuning. Mengingatkan Molzania pada arsitektur bangunan ibadah ummat Tionghoa.
Dari depan gerbang, terlihat pintu masuk yang memiliki pilar berwarna hijau dan merah yang bertuliskan “Masjid Muhammad Cheng Hoo” dan huruf mandarin. Halaman parkirnya cukup luas. Letaknya ada di bagian belakang masjid.
Di samping kanan dan kiri masjid terdapat dua buah menara dengan atap lima susun yang memanjang ke atas. Angka lima menandakan jumlah shalat fardhu sehari semalam. Warna menara tersebut senada dengan bangunan masjid. Antara masing-masing atap ada jendela-jendela kecil yang mengitari menara.
Menara masjid Cheng Ho di Palembang lumayan unik. Di bagian bawah menara itu ada tempat mengambil wudhu untuk jemaah wanita dan pria. Sekilas tempat mengambil wudhu ini mirip seperti tempat cuci tangan di film Harry Potter. Soalnya bentuknya melingkar, gitu.
Kedua menara masjid itu masing-masing dinamai Hablumminallah dan Hablumminannas. Artinya hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia. Tinggi menara ini sekitar 17 meter. Angka ini sama seperti jumlah rakaat Shalat.
Untuk masuk ke dalam area masjid, kita diharuskan menaiki beberapa anak tangga. Masjid Cheng Ho ini belum ramah disabilitas. Tidak ada ramp untuk naik kursi roda. Sehingga pengguna kursi roda seperti Molzania harus mengesot dari untuk naik tangganya. Namun suasana masjid cukup bersih dan rapi. Bagian wanita dan prianya terpisah.
Pelataran Masjid Cheng Ho cukup luas. Di pinggirnya terdapat pagar kuning dengan aksen budaya Palembang. Pintu masjid berwarna hijau. Untuk bisa menaiki lantai atas, kita perlu menaiki tangga yang ada di luar masjid.
Memasuki area dalam masjid, area wanita dan lelaki dipisah menjadi dua bagian. Di depan untuk jamaah laki-laki, di belakang untuk jemaah perempuan. Saat ini sudah dipasangi AC, tetapi siang itu tidak digunakan. Soalnya masjid ini di sisi-sisinya terdapat jendela raksasa yang terbuka lebar. Di dalamnya juga ada kipas angin dinyalakan.
Saat kita memasuki areal tempat shalat di dalam masjid, terdapat kata-kata selamat datang. Bunyinya “Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam”. Kata-kata tersebut ditulis dalam 3 bahasa; Indonesia, Mandarin dan Arab. Menurut Molzania, kata-kata ini sangatlah menyentuh dan langsung menghujam kalbu.
Ternyata bahasa Mandarin pun sebenarnya juga mengenal Islam. Kebanyakan dari kita tahunya Mandarin itu identik dengan ummat Buddha. Ya, bahasa memang bersifat universal dan multiguna. Jika kita pergunakan untuk berdakwah, sebenarnya sah-sah saja. Melihatnya Molzania jadi tertarik untuk belajar bahasa Mandarin.
Di bagian halaman luar, terdapat saung yang digunakan untuk tempãt bersantai. Kadang pula jika ada komunitas anak muda, mereka gemar sekali berkumpul di sana. Untuk mengadakan rapat, sembari mengaji bersama.
Berdasarkan situs katadata.co.id, tahun 2021 Palembang memiliki 8,25 juta jiwa penduduk yang beragama muslim. Jumlah ini termasuk mayoritas yang totalnya mencapai 97 persen. Maka tak heran, banyak masjid yang bernuansa sejarah di sini. Untuk wisatawan, masjid-masjid ini seringkali juga menjadi tujuan wisata. Seperti halnya masjid di Desa Qur’an Palembang.
Untuk kalian yang berkunjung ke Palembang,
jangan lupa mengunjungi wisata masjid yang salah satunya adalah Masjid ChengHo, ya!