1,593 Views
Februari tahun 2008 lalu, aku membuat jejaring sosial Facebook setelah berkutat dengan Friendster selama satu setengah tahun. Waktu itu, teman tanteku yang membuatkan Facebook itu untukku. Agak sedikit memaksa karena aku juga sempat menolak.
Jujur, dahulu aku sebetulnya kurang menyukai Facebook. Kata orang, Facebook itu bikin ketagihan. Apalagi belum banyak temanku yang menggunakan Facebook. Sehingga aku sering disebut sebagai ‘Pelopor Facebook’ di sekolahku.
Awal menggunakan Facebook, kubiarkan Facebookku menganggur. Aku tidak terlalu aktif menggunakannya. Karena aku juga belum pandai menggunakan jejaring sosial itu. Aku masih sibuk dengan Friendsterku. Dan sepertinya, aku tak berniat menggunakan Facebook.
Sebulan setelahnya, iseng-iseng aku membuka Facebookku yang terbengkalai. Beberapa teman melihatku. Mereka jadi tertarik lalu mengorder minta dibuatkan Facebook padaku. Aku sih senang, senang saja. Mereka memberiku uang lima ribu rupiah per-accountnya.
Lama kelamaan, aku merasa gerah seiring melonjaknya permintaan dibuatkan Facebook oleh temanku. Aku menggratiskan semuanya. Lagian pikirku mau, mau aja temenku itu dikibulin olehku xixixi
Membuat Facebook itu sebenernya gampang. Cuma teman-temanku itu agak pada gaptek. Dan mereka juga gak mau ribet. Jadi yaa, aku manfaatin aja keahlianku ini. Agak sadis juga sih, tapi itung-itung bayarin ongkos buat ke warnet aja hehehe (jangan ditiru yaa)
Kembali lagi ke Facebookku, pertama menggunakan Facebook, aku ingat temenku hanya satu. Yaitu Ayuk ity, teman tanteku yang membuatkan Facebook pertamaku. Avatarku juga kosong waktu itu. Tidak ada gambarnya.
Lama setelahnya, temanku pun mulai beralih ke Facebook. Friendster sudah mulai ditinggalkan. Aku sering merasa sendirian di Friendster. Semua temanku mulai membicarakan tentang Facebook. Inilah saatku mulai menggunakan Facebook, tekadku dalam hati.
Betapa terkejutnya aku saat membuka Facebookku, ternyata sekitar 30an teman mengaddku. Banyak juga anak dallas yang mulai Facebook Addict, pikirku geli. Aku pun memutuskan hijrah ke Facebook.
Tidak sampai sebulan, temanku sudah seratusan. Isinya hampir semua teman-teman sekolah dan keluargaku. Aku merasa senang bisa selalu keep in touch dengan mereka. Aku sering merasa kesepian dirumah. Maklum, aku hanya berdua dengan adik laki-lakiku.
Facebook ternyata benar-benar membuatku ketagihan. Tanganku hampir-hampir tidak dapat lepas dari HP. Setiap menit aku selalu berganti status. Entah itu dirumah, sebelum tidur, ketika bangun, di sekolah bahkan saat belajar. Tentu saja aku melakukannya secara sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan guru.
Menurutku, setiap detik selalu ada yang baru dari Facebook. Entah itu pemberitahuan baru dari teman yang komen di status atau dinding Facebookku, maupun foto-foto terbaru milik temanku yang baru diupload. Bahkan, aku sering menulis wall dengan teman sebangkuku sendiri saat guru sedang menerangkan.
Kenakalan akibat Facebook membuat nilaiku berantakan. Pelajaran Matematika yang tadinya mengasyikkan mendadak menyulitkan. Nilai MID Semesterku hancur gara-gara Facebook. Semuanya berwarna merah.
Selama tiga bulan, aku dihukum oleh orangtua. Handphoneku disita. Aku disuruh untuk lebih banyak belajar. Alhamdulillah, aku masuk lima besar. Aku kembali diizinkan menggunakan Facebook oleh orangtuaku. Aku menyadari kesalahanku. Aku lalu bertekad untuk tidak terlalu ‘gila’ Facebook lagi.
Itulah sebagian pengalamanku dengan Facebook saat awal menggunakan Facebook.. Facebook memang mengasyikkan, tapi bisa bikin kita ketagihan. Menggunakan Facebook harus ada jadwalnya. Kalau tidak bisa kacau nantinya.
Selanjutnya, Facebook selalu menemani hari-hariku. Dimulai dari ketemu temen-temen lama alias temen-temen SDku dulu hingga sepupu-sepupuku yang nun jauh di Jakarta sana. Pernah juga dijahatin temen lewat Facebook. Pernah juga berantem sama temen walau akhirnya baikan lagi.
Tahun 2011, aku juga menang hadiah Netbook lho gara-gara Facebook. Berawal dari iseng-iseng ikutan kuis di Facebook lewat fanpage Udin Bui yang kuketahui dari radio, akhirnya aku bisa menangin kuis itu dan dapet Netbook. Rasanya seneng banget karena itu hadiah pertamaku yang kuhasilkan dari hasil jerih payahku sendiri. Lagian, aku dari kecil emang kepengen banget punya Netbook milik sendiri dari hasil keringatku sendiri. And what a luckily aku menang kuis tersebut.
Sejak April 2011 lalu aku nyoba-nyoba ngeadd berbagai macam penerbit di Indonesia yang ada di Facebook. Baru kutahu, ternyata ada banyak lomba menulis disana. Ternyata hal ini sudah berlangsung lama, cuma aku baru mengetahuinya saja. Awalnya cuma iseng-iseng ikutan ngirim. Tapi akhirnya jadi ketagihan. Apalagi banyak materi lomba yang cocok sama kehidupan aku. Ya udah, kutulis dengan senang hati.
Baru sekitar dua bulan ikutan, ada juga yang nyangkut ternyata. Aku berhasil menang dua lomba dari sekian banyak lomba yang aku ikutin. Lumayanlah hadiahnya pulsa. Bisa jadi penyemangat aku buat terus menulis dan mengembangkan bakatku. Apalagi kan aku udah punya Netbook sendiri. Makin semangat nih biar bisa jadi Stephenie Meyer Indonesia. Penulis idolaku itu.
Hari-hariku bersama Facebook memang sepenuhnya menyenangkan??? Ahh, nggak juga. Aku pernah mengalami banyak hal yang menyedihkan dan tak jarang bikin kesel. Nih, salah satu contohnya:
Jadi, waktu aku kelas dua SMU, pas habis semesteran. Nilai Matematikaku diumumin oleh guruku. Aku berhasil dapet nilai terbesar diantara semua kelas IPS. Aku seneng donkk, yaudah aku tulis status di Facebook. Ternyata gak berapa lama, salah satu temenku ada yang nulis komen menyakitkan. Temenku itu iri karena aku dapet nilai yang lebih besar dari dia. Tapi karena aku juga orangnya cuek meski dalam hati agak dongkol, kudiamkan saja deh. Buat apa juga sibuk sakit hati terus-menerus sama orang itu, mending aku menyenangkan hati sendiri. Hehehe…
Facebook memang memberiku banyak warna. Kayaknya aku harus banyak-banyak berterimakasih sama Mark Zuckerberg, si penemu Facebook. Semoga suatu saat nanti, aku juga bisa bereksperimen seperti halnya si Mark. Menemukan sesuatu yang terbaik yang bisa berguna buat semua orang.
*Berdasarkan pengalaman pribadi Molzania*