Jawaban mengenai pertanyaan tentang alasan mengapa kita harus menulis sebetulnya gampang–gampang sulit.
Bagi Molzania pribadi, menulis itu sudah jadi bagian dari rutinitas sehari-hari. Dari kecil memang sudah senang menulis.
Dulu senangnya menulis cerita fiksi. Ketika sudah masuk usia preteen alias awal remaja, malah rutin menulis buku harian.
Diarynya masih tersimpan rapi hingga sekarang. Kadang malu juga membaca tulisan sendiri saat masih remaja.
Perubahannya pun terlihat jelas. Molzania rajin menulis di buku harian sejak kelas 5 SD. Saat SD tulisannya pakai pena hitam atau biru.
Awalnya cuma bercerita tentang kisah sehari-hari. Baik dengan orangtua. hobi maupun kegiatan di rumah.
Memasuki usia SMP, tulisan pun menjadi warna-warni. Zaman itu pena warna-warni lagi nge-hits banget.
Cerita pun mulai beragam. Dari tentang masalah sama temen di sekolah hingga hmm.. cinta monyet yang sedang dialami waktu itu.
Ternyata Molzania pernah secupu itu waktu naksir sama salah satu temen cowok di sekolah. Terlalu jujur dan polos.
Pas ditanya temen, langsung jawab. Alhasil jadi bahan gosip seantero sekolah. Anak disabled juga bisa naksir cowok. Haha..
Semua dari kita yang pernah seperti itu, bukan? Pasti banyak nih diantara sobat semua yang sedang senyum-senyum sendiri ingat masa lalu.
Molzania jadi teringat quotes bikinan sendiri yang terinspirasi entah dari mana. Quotes itu berbunyi, “Jangan Malu Jadi Penulis, Bukankah Allah SWT juga Penulis?”
Dari kecil, Molzania seakan sudah tahu kemana jalan ninja yang akan ditempuh. Meskipun bukan satu-satunya keinginan, tapi cita-cita jadi penulis memang sudah tertanam sejak kecil.
Kalau orang bertanya mengenai hobi atau kesukaan, Molzania langsung menjawab, “Menulis!!”. Dulu sempat gonta-ganti cita-cita sih betewe.
Kenangan Masa Balita yang Tak Pernah Terlupakan
Mungkin karena terbiasa melihat ayah menulis di depan komputer membuat Molzania juga tertarik untuk menulis.
Saat itu Molzania masih berumur dua atau tiga tahun, sebagaimana anak balita lain tertarik untuk mencoba segala hal.
Molzania suka sekali menekan-nekan tuts keyboard di komputer ayah. Seolah-olah jadi seperti beliau saat mengetik di depan komputer.
Wordstar, aplikasi komputer untuk mengetik yang Molzania pakai waktu itu. Layarnya berwarna biru seingat Molzania.
Tentu saja, waktu balita Molzania masih tidak bisa menulis. Tulisannya hanya berupa huruf-huruf dan angka-angka yang tak beraturan berderet rapi.
Tapi sesudah menulis, biasanya Molzania suka minta dicetak hasil tulisannya pakai printer. Mama Molzania tidak suka kebiasaan ini. Sering Molzania dimarahin karena hal tersebut. Buang-buang kertas katanya.
Meskipun begitu saat ke rumah nenek, Molzania biasa meminta uwak untuk mencetaknya di printer. Kebetulan di rumah nenek juga ada komputer milik uwak.
Kalau tak ketahuan ‘mama’, rencana ini bisa berjalan mulus. Setelah mendapatkan cetakannya, rasanya senang sekali.
Biasanya Molzania langsung membawanya kemana-mana. Memamerkan kepada orang-orang di rumah nenek hasil tulisannya.
Uwak biasanya bertanya apa isi tulisannya, Molzania langsung antusias bercerita sambil asyik membaca tulisan sendiri. Padahal sih seratus persen ngarang ceritanya.
Sekali bercerita sama uwak, biasanya langsung lupa karena itu cuma khayalan anak-anak. Kalau nggak salah dulu bisa cerita sampai dua tiga kalimat, habisnya lupa.
Ketika ditanya lagi, langsung bikin cerita baru. Begitu seterusnya. Dulu malah sempet terpikir juga, kok ceritanya berubah-ubah melulu.
Jadi berusaha konsisten sama satu cerita, tapi ya nggak bisa. Ceritanya beda-beda terus karena terlalu banyak yang diceritakan.
Ingatan kisah masa kecil itu terus-menerus ada di memori Molzania. Entah bagaimana cerita aslinya. Ingatannya samar-samar. Udah lama pula kejadiannya, jadi pasti banyak yang salah dan lupa. Hehe..
100++ Alasan Mengapa Kita Harus Menulis
Lantas, apa sih alasan kita harus menulis? Sementara baru sampai di angka dua puluh. Akan ditambah seiring berjalannya waktu. Berikut Molzania tuliskan beberapa alasannya:
-
Menulis sebagai terapi jiwa
Molzania sering banget menjadikan kegiatan menulis sebagai tempat curhat. -
Menulis sebagai hobi
Jika sobat suka menulis sesekali, maka itu artinya sobat hobi menulis. - Menulis sebagai passion
Jika hobi menulis dilakukan lebih rutin dan telaha menghabiskan waktu yang lama. - Menulis untuk menyimpan kenangan
Kalau ada kenangan yang terlalu bagus untuk dilupakan, cobalah dengan menuliskannya. - Menulis untuk beropini
Beropini artinya mengeluarkan pendapat. - Menulis untuk berbagi
Ketika menguasai sebuah ilmu, apa salahnya untuk berbagi. - Menulis untuk mengingatkan sesama
Selain berbagi, tulisan kita juga bisa menjadi pengingat seseorang akan kealpaannya sebagai manusia. - Menulis untuk mencari uang
Bahkan sekarang menulis juga bisa jadi pekerjaan yang menghasilkan materi. - Menulis sebagai kewajiban
Bagi anak sekolah atau mahasiswa, menulis jadi sebuah kewajiban yang diberikan oleh guru atau dosen. - Menulis untuk berimajinasi
Penulis cerpen atau novel sangat paham akan hal ini. - Menulis untuk pengakuan
Molzania sering ikut lomba menulis. Kalau menang kan selain dapat hadiah juga dapat dijadikan portofolio. - Menulis untuk pamer
Seorang cowok yang menulis puisi untuk pacar atau calon kekasihnya mungkin masuk kriteria ini. - Menulis untuk melatih diri
Penulis fiksi terus-menerus menulis untuk melatih. Tak jarang juga ikut pelatihan untuk meningkatkan skill menulisnya. - Menulis untuk memotivasi
Tak jarang kan orang lain pikirannya jadi terbuka dan terinspirasi untuk melakukan hal yang positif dari membaca tulisan orang lain. - Menulis agar terkenal
Di era sosmed sekarang banyak tuh yang menulis sesuatu, eh ujung-ujungnya jadi viral. Tulisannya mengandung kontroversi, jadi mengundang perhatian orang banyak. Ini sih subjektif banget ya, bisa jadi orang tersebut juga nggak menyangka akan menjadi terkenal lewat tulisan. Tapi biasanya sih cepat terkenal, cepat juga turunnya. #ups?? - Menulis untuk diri sendiri
Dulu semasa sekolah, Molzania sering nulis cerpen. Tapi nggak dibagikan untuk orang lain. Sekedar suka aja gitu buat cerpen berdasarkan keinginan pribadi. - Menulis untuk orang lain.
Menjadi penulis blog berarti tulisannya juga untuk orang lain. Bukan hanya untuk diri sendiri.
- Mengisi waktu luang
Bosan nggak ada kerjaan di rumah aja, yuk kita menulis! - Menulis untuk mengatur strategi
Supaya nggak lupa rencana yang ada di kepala, segera tulis di buku atau kertas. - Menulis untuk mencatat resume
Molzania kalau lagi ikut seminar atau workshop, biasanya suka mencatat isi materi yang dirasa penting.
Hmm… apalagi coba? Satu hal yang pasti. Ada banyak alasan mengapa kita harus menulis. Kalau dipikir-pikir jumlahnya pasti lebih dari seratus.
Setiap orang pengalamannya berbeda-beda. Share pengalaman dan pendapatmu dong di kolom komentar, kenapa sobat memutuskan untuk menulis. Opini sobat akan Molzania tambahkan di daftar tulisan ini. ^^
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Catatan Pringadi bekerja sama dengan Tempo Institute
Mbak Moly… Bagi info lombanya dong. Aku juga pengen ikut. Btw, 20 alasan menulis di atas bener semua. Aku pernah menjadikan alasan-alasan tersebut untuk menulis.
la sudah abis lombanyo yuk. tinggal nunggu pengumuman bae hehe
Aku dulu berpikir nulis itu hanya sebatas mengeluarkan uneg-uneg. Padahal ujung-ujungnya banyak sekali manfaat yang aku dapetin dari menulis ini.