1,940 Views
Sobat Bubblelatte yang demen nonton “Indonesia Lawak Klub” pasti hapal banget dengan sosok yang satu ini? Yap, beliau ialah Kang Maman Suherman yang jadi notulen di acara komedi tersebut. Berkiprah di industri lawak, ternyata sosok Kang Maman itu berasal dari latar belakang yang sama sekali berbeda. Ia merupakan seorang jurnalis sekaligus penulis buku lulusan Kriminologi UI.

Nah akhir Februari lalu, Molzania berkesempatan untuk menghadiri acara diskusi literasi bersama Kang Maman. Acaranya digelar di tempat yang sama dengan acaranya Mas Gola Gong kemarin. Banyak ilmu yang Molzania dapat dari Kang Maman selama acara berlangsung. Waktu dua jam sama sekali nggak berasa ikut acara yang beginian. Tau-tau udah maghrib aja. 

Penasaran kan gimana bisa seorang kriminolog berubah profesi jadi jurnalis, lalu nulis buku dan sekarang malah jadi komedian?


Dari Jatuh Cinta Hingga Cinta Beneran

Hidupnya di masa kecil tidak terlalu beruntung. Kang Maman lahir dan dibesarkan di kota Makassar. Ayahnya hanya seorang tentara, sementara ibunya hanya ibu rumah tangga biasa. Pesan ayah pada kang Maman untuk selalu hidup jujur dan jangan lupa sholat terus diingatnya. Sang Ayah juga mendorong Kang Maman untuk gemar membaca. Walaupun hidup serba berkekurangan, ayahnya berusaha untuk membelikan Kang Maman buku pelajaran sekolahnya. Meski jeda antara permintaan, hingga dibelikan sangat lama.

Awal kecintaan Kang Maman pada dunia literasi terjadi karena jatuh cinta. Loh kok bisa? Iya jadi ceritanya gini, pas SD kelas 3 Kang Maman pernah jatuh cinta pada teman ceweknya di sekolah. Lalu Kang Maman pun berpikir keras bagaimana cara mendapatkan perhatian si cewek. Sadar diri nggak mungkin meminta pada orangtuanya, Kang Maman melakukan hal lain.
Apakah itu? Singkatnya Kang Maman menulis puisi, lalu dikirimkan ke Majalah Bobo. Tak disangka puisi itu pun dimuat. Jadilah Kang Maman memberikan puisinya yang nangkring di sana, plus honornya pada ceweknya itu. Si teman ceweknya ini langsung klepek-klepek deh. Hahaa… lucu sekali pengalaman Kang Maman yang satu ini. Masih kecil udah centil.. XD Kalo Molzania sih honornya buat dompet sendirilah, masa buat gebetan hehehe…
Ceritapun berlanjut ke masa Kang Maman hendak kuliah. Saat itu ayah Kang Maman sudah nggak ada. Meninggalkan ibu dan 4 saudaranya yang masih kecil-kecil. Otomatis ibunya yang jadi tulang punggung keluarga. Mirisnya lagi Kang Maman diterima di jurusan Kriminologi UI. Beliau pun pusing memikirkan keuangannya selama kuliah di Jakarta, sementara ibunya jelas tidak bisa diharapkan. Ibunya lalu meminta Kang Maman untuk tetap tinggal di Makassar. 
Namun Kang Maman tidak patah semangat. Beliau memilih untuk tetap kuliah di UI. Kang Maman menempuh cara lain untuk membiayai kuliahnya. Beliau membaca banyak buku di perpustakaan, lalu memulai perjalanannya menjadi seorang penulis. Kang Maman mengirimkan banyak tulisan ke media, meski kadang nggak dimuat. Selain itu Kang Maman juga bekerja menjadi wartawan.
Tak dinyana, ketekunannya membuahkan hasil. Kang Maman mendapatkan beasiswa studi ke Jepang. Beliau pun membagikan semangatnya pada kaum muda pada kesempatan tersebut. “Iqro'” yang artinya bacalah merupakan perintah pertama dalam Alqur’an. Dengan membaca, kita akan menjadi lebih pintar. Termasuk untuk menghindari penyebaran hoax. 

Mulai Dari Kriminolog Berubah Jadi Komedian 

Pengalaman menjadi seorang kriminolog membuatnya menempuh jalan yang berliku. Dunia kriminolog identik dengan hal-hal yang menyeramkan. Segala hal berbau mayat, korban pembunuhan, sampai kasus mutilasi jadi camilan sehari-hari. Molzania bergidik ngeri ketika mendengar cerita Kang Maman tentang profesinya itu.
Pada kesempatan tersebut, Kang Maman bercerita kalau ia sering diajak dosennya untuk membedah mayat di rumah sakit. Kebayang dong beratnya kaya apa? Berat rindunya Dilan masih kalah deh dibanding yang satu ini. Singkat cerita Kang Maman dan teman-temannya sudah selesai autopsi mayat, sang Dosen malah mentraktir mereka makan di restoran dengan menu: RAWON!
Maunya sih nggak membayangkan, tapi Molzania udah keburu berimajinasi. Ini bahasannya vulgar banget! Kalau Molzania sih udah muntah huek-huek kalii.. tapi dosennya Kang Maman malah memberi ultimatum: Kalau Muntah Nilainya E! Tuh kan Dilan kalah telak nih.. dosennya sadis banget yakk?!!
Bersama Geng Rusuh dari Kompal XD
Baca Juga:  Tujuh Hari Setelah Kepergianmu

“Ini tujuannya tuh baik untuk membiasakan mahasiswa” jelas Kang Maman. Tetap aja gitu, ya, nyesek plus shock berat. Untung Molzania berasal dari jurusan Akuntansi. Paling ya mabok itungan, bukan MAYAT!! Terus Kang Maman prefer mana jadi kriminolog, jurnalis, atau komedian? “Semuanya karena cinta, ya dijalani sepenuh hati…” tukas Kang Maman. So sweet sekali, bener banget kalo udah kadung cinta, lautan api aja mampu dilewati. 🙂

Fakta Menyedihkan Dibalik Dunia Literasi Indonesia


Usai membagikan pengalaman hidupnya, Kang Maman juga menyampaikan sisi lain dari dunia literasi yang membuat miris. Saat ini minat baca orang Indonesia masih relatif rendah. Indonesia menempati peringkat 60 dari 61 negara. Peringkat dua dari belakang. Menurut UNESCO, minat membaca orang Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya dari 1000 orang, hanya 1 orang yang gemar membaca.

Bahkan untuk kawasan ASEAN, Indonesia hanya menempati peringkat 5. Jauh ketinggalan dari negeri tetangga. Padahal tidak ada orang yang meninggal dunia karena membaca. Malah banyak ilmu yang didapat dari hobi yang satu itu. Padahal negara-negara dengan minat baca tertinggi terbukti mampu menjadi negara dengan tingkat korupsi yang paling rendah. Semuanya dikarenakan baik presiden, pejabat, hingga rakyatnya rajin membaca.
Dasar literasi itu ada 6; literasi baca tulis, literasi numerasi (angka), literasi science dasar, literasi finansial, literasi digital, dan literasi keberagaman. Seiring dengan perkembangan teknologi, kita memasuki era literasi digital. Lalu lahirlah darinya era keberagaman. Itu tentunya bukan hal yang ditakuti, karena literasi bersifat fleksibel dengan zaman.
Nah salah satu tugas bloggerlah itu memicu minat baca masyarakat. Apalagi sekarang sudah ada berbagai platform citizen journalism dimana semua masyarakat bisa ikut serta. Makanya seorang blogger harus gemar membaca, agar tidak menyebarkan info yang salah. Bila karyanya diplagiat orang lain, jangan mudah baper karena itu artinya konten kita sudah berkualitas.
Baca Juga:  Serunya Liburan di Alam

Di sesi terakhir, Kang Maman juga sempat bercerita mengenai cinta keduanya yang tak kesampaian. Penasaran? Molzania sudah merangkum ceritanya lewat judul Pelacur Lesbian Itu Kekasihku. Well, terima kasih Kang Maman atas ilmunya. Semoga kapan-kapan bisa bertemu lagi. 🙂 

Pin It on Pinterest

Share This