1,285 Views
Posting lagi nih gue!!! udah lama banget gak nuliss2, sibuk berat ngerjain tugas di UT gue yg numpuk abiss. Belon lagi Tutorial Tatap Muka tiap minggu dari pagi mpe soree bner2 bikin badan gue capekkk banget. Dan guys, gue sekarang hadir dengan postingan yg lumayan berat. Abis gak sabar banget, jari jemari gue yang nggelitik buat nulis setelah kemaren ngeliat temen-temen gue sesama mahasiswa n mahasiswi yg pada bela-belain berpanas-panas ria berdemo dan nunjukin aspirasi mereka di depan istana negara di Jakarta juga di beberapa kota lainnya. (lain dah yg udah jadi mahasiswi…)
Gak tega gue ngeliatnya, sumpahh.. Gue sampe ikut-ikutan nangis n jerit-jerit ngeliat mahasiswa-mahasiswa itu pada demo bahkan ada yg anarkis bentrok dengan pihak kepolisian. Malah katanya ada juga mahasiswa yang sampe kena tembak peluru polisi (semoga cepet sembuh yaa..)
Guys, kayaknya masih teringat dalam benak kita bahwa pada tanggal 20 Oktober 2009 dua orang yang terpilih dan dipilih oleh ratusan juta rakyat Indonesia, yaitu Pak Susilo Bambang Yudhoyono dan Pak Boediono, menjalani hari pertama mereka sebagai presiden dan wakil presiden NKRI yang resmi setelah melalui proses pemilihan umum yang panjang dan melelahkan. Mereka berdua itu berhasil mengalahkan puluhan hingga ratusan pesaing dan prosesnya pasti gak mudah alias sulit. Tetapi lepas daripada itu, mereka dipilih oleh rakyat untuk mengemban amanat rakyat yaitu menyejahterakan seluruh lapisan rakyat Indonesia dan dari seluruh aspek kehidupan. Gak mudah lho menyatukan hati sebagian rakyat Indonesia untuk memilih beliau beliau ini…
Untuk itu, jauh-jauh hari setelah bahkan sebelum pemilihan umum berlangsung, pak SBY dan Boediono ini sudah merancang satu hal untuk menarik simpati rakyat Indonesia. Diantaranya adalah Program-Program Kerja Pemerintahan 2009-2014 termasuk juga Janji-Janji SBY yang ditujukan untuk menjalankan harapan rakyat banyak itu tadi. Makanya setelah resmi terpilih, mereka berdua segera menunjuk menteri-menteri yang tentunya gak main-main untuk membantu beliau melaksanakan amanat rakyat. Nah, menteri-menteri tersebut ditugasi oleh Presiden untuk merancang kebijakan 100 hari pemerintahan. Sebuah cetakan biru untuk lima tahun kedepan.
Dan kini sudah lewat seratus hari bahkan genap setahun pemerintahan SBY-Boediono, yang diharapkan masyarakat justru tidak terlalu nampak. Bukannya mau mengkritik pemerintah nih, tapi hanya mau merespon saja kinerja pemerintahan yang terasa lamban.Setiap kebijakan yang dilakukan pemerintah selalu hampir mengundang kontroversi dari masyarakat. Ya iyalah, gimana nggak!! di negeri ini saja terdapat hampir dua ratus juta penduduk Indonesia yang berlatarbelakang keinginan, hasrat, dan harapan yang berbeda untuk pemerintah. Belum lagi terdapat jutaan penduduk warga negara Indonesia yang tinggal di negeri orang tentunya juga memiliki perasaan yang sama. Sehingga setiap kebijakan yang dilakukan pemerintah membuat lebih kurang tiga kubu di masyarakat:
Pertama, masyarakat yang simpatik. Mereka cenderung lebih menghargai kinerja pemerintah. Ada yang sekedar ikut-ikutan bahkan bukan tidak mungkin cenderung lebih menunggu apa yang terjadi pada kinerja pemerintah selanjutnya.
Kedua, aliansi netral. Biasanya acuh tak acuh dan gak peduli terhadap kinerja kepemerintahan. Biasanya terdapat pada masyarakat miskin dan menengah ke bawah. Mereka berpendapat bahwa, “yang penting bisa makan hari ini cukup. gue gak peduli pada pemerintah yang gue peduliin perut gue yang lapar.”
Ketiga, tentu saja aliansi masyarakat pengkritik. Mereka inilah yang kemungkinan mendominasi. Mereka terdiri dari para intekektual, pengamat, dan mahasiswa serta masyarakat yang peduli. Dan biasanya pemerintah mau mendengarkan ocehan mereka kalau ada kepentingan yang menyangkut pemerintah. Apalagi kalau itu kepentingan pribadi.
Menyoroti satu tahun pemerintah SBY-Boediono memang tak selayaknya untuk disambut dengan demo dan bentrok yang justru merugikan diri sendiri. Menyampaikan aspirasi memang penting karena menyangkut rakyat banyak. Masih banyak rakyat yang hidup miskin, menggelandang, dan sengsara kehilangan tempat tinggal karena digusur. Menyampaikan aspirasi tidak harus menggunakan kekerasan. Hanya demo yang sportif menyampaikan aspirasi yang belum tentu juga didengar… Kasihann !!!!!