Sementara itu, dunia psikologi mengenal mimpi sebagai bagian dari sisi ketidaksadaran manusia. Mimpi merefleksikan aktivitas yang sehari-hari dilakukan oleh manusia itu sendiri. Kadangkala mimpi menjadi tidak masuk akal dan berkebalikan dari kenyataan. Ini bisa terjadi baik di mimpi indah maupun buruk.
Pada mimpi buruk, seringkali hal tersebut akan menimbulkan gangguan kejiwaan pada manusia. Berakibat kecemasan sehingga ia tidak bisa tidur. Namun mimpi dapat juga merepresentasikan dari angan-angan dan keinginan manusia yang belum dapat terwujud. Itulah mengapa ketika kita menginginkan sesuatu hal, seringkali apa yang kita inginkan itu terwujud dalam mimpi.
Istilah De Javu dalam Mimpi
Istiah De Javu berasal dari Bahasa Perancis yang berarti perasaan seseorang dimana ia merasa bahwa mimpinya seolah-olah pernah terjadi. Seringnya orang-orang mengaitkan hal itu sebagai bagian dari supranatural. Para peneliti menganggap bahwa fenomena de javu ini erat kaitannya dengan gangguan epilepsi dan skizofrenia. Kondisi ini dipicu oleh keadaan seseorang yang sedang lelah dan merasa stress. Kebanyakan dialami oleh orang-orang yang senang berpergian.
De javu dapat dialami oleh setiap orang. Setidaknya sekali dalam setahun. Orang-orang yang mengalami “de javu” seringkali mendapatkan pengalaman supranatural, seperti keluar jiwa dari tubuh, kerasukan, halusinasi, lucid dream, dan sebagainya. Boleh jadi pengalaman demi pengalaman orang-orang tersebut berasal dari aktivitas yang telah mereka lakukan sebelumnya. Artinya orang-orang yang pernah mengalami sudah pernah berpergian ke tempat tersebut di alam nyata.
Di Indonesia sendiri, terutama dalam tradisi masyarakat Jawa terdapat istilah primbon yang berisi catatan ramalan yang disebarluaskan pada generasi-generasi mendatang. Salah satunya tentang tafsir mimpi. Masyarakat Jawa umumnya percaya bahwa mimpi bisa mengartikan segala sesuatu yang akan terjadi pada kehidupan kita.
Misalnya mimpi gigi patah dan menikah diartikan buruk, bahwa akan ada seorang kerabat yang meninggal. Mimpi kebanjiran berarti mengundang rezeki. Jika kita terlalu mempercayai hal tersebut, maka perasaan takutnya terbawa hingga ke alam nyata. Percaya tidak percaya, beberapa arti mimpi seringkali bisa saja menjadi kenyataan. Namun jangan dijadikan patokan, karena bisa menjadi beban pikiran.
Fenomena Mimpi dalam Pandangan Al-Qur’an
Islam agama yang istimewa. Segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan manusia dibahas dalam Al-Qur’an. Allah menggambarkan kondisi kita saat sedang tertidur dalam Al-Qur’an sebagai salah satu tanda-tanda kebesarannya. Al-Qur’an menyebutkan kalau mimpi itu terbagi ke dalam tiga jenis; berasal dari Allah, berasal dari setan, dan berasal dari kondisi jiwa seseorang.
Mimpi yang berasal dari Allah tentu saja mimpi yang baik. Mimpi ini dialami oleh para nabi dan orang-orang soleh. Sementara itu, ada pula mimpi yang berasal dari setan yaitu mimpi yang berasal dari orang-orang yang tidak beriman. Untuk itu, kita harus memperbanyak berserah diri pada Allah agar terhindar dari pikiran negatif tentang mimpi.
Diceritakan dalam Al-Qur’an bahwa Nabi Yusuf dapat menafsirkan mimpi. Tentunya Nabi Yusuf as bukanlah orang yang sembarangan. Melainkan seorang nabi utusan Allah SWT yang diberi mukjizat. Sedari kecil sudah terdapat tanda-tanda kenabian dalam diri Nabi Yusuf as. Beliau pernah dikucilkan oleh saudara-saudaranya karena mimpi. Ketika dewasa beliau menafsirkan mimpi dua orang hamba Allah yang dipenjara bersamanya. Wallahu’alam bisshawwab.
Mantul
🙂 🙂