13 Views

Molzania teringat. Pertama kali berkunjung ke Museum Balaputradewa Palembang pas SMP. Saat itu dalam rangka study tour sama teman-teman satu sekolahan. Sudah belasan tahun berlalu. Tapi masih membekas kenangannya.

museum b

Saat dewasa, sudah beberapa kali pula kembali ke sini. Sekedar untuk bernostalgia zaman sekolah dulu. Museum memang bisa jadi alternatif destinasi wisata keluarga yang menyenangkan. Penasaran sama koleksinya sekarang?

Lokasi Museum Balaputradewa di Palembang

Jam Buka dan Harga Tiket Masuk Museum 2025

Jam Operasional Museum :
Selasa – Minggu Pukul 08.30 – 15.30 WIB
Senin & Hari Libur Nasional TUTUP
Jenis PengunjungBiaya Tiket
Anak – anakRp. 2.000
Pelajar & MahasiswaRp 3.000
DewasaRp. 5.000
Turis Asing / WNARp. 15.000
harga tiket museum balaputradewa terbaru

Sejarah Singkat Berdirinya Museum Balaputra Dewa

Museum Balaputradewa Palembang dibangun pada tahun 1978, lalu diresmikan pada 5 November 1984. Luas bangunannya sekitar 23.565 meter persegi. Saat ini memiliki lebih kurang 8.800 item koleksi bersejarah.

museum balaputradewa palembang

Nama museum Balaputradewa diambil dari nama raja termahsyur di Kerajaan Sriwijaya yang memerintah pada abad ke-9 masehi. Museum ini juga dikenal sebagai Museum Negeri Sumatra Selatan.

Museum di Palembang ini berlokasi di pinggir kota. Bisa dibilang menjadi destinasi wisata keluarga favorit yang wajib dikunjungi.

lukisan gending sriwijaya

Di dalamnya terdapat tiga ruang pameran utama yang menyimpan koleksi seni dan benda bersejarah di Sumatra Selatan. Mulai dari zaman pra sejarah, Kerajaan Sriwijaya. Hingga masa Kesultanan Palembang Darussalam dan kolonialisme.

Pada bagian depan museum terdapat ruang pameran hibah dan ruang audio visual. Sedangkan di bagian tengah ada ruang auditorium. Untuk bisa masuk ke dalam, kita mesti melapor dulu ke resepsionis dan mengisi buku tamu.

Koleksi Peninggalan Bersejarah yang Ada di Museum

Apa saja yang dapat dilihat dalam museum Balaputradewa? Berikut koleksi museum Balaputradewa yang bisa kita saksikan, diantaranya:

1. Rumah Limas

Ingat gambar rumah limas yang ada di mata uang pecahan Rp. 10.000 emisi tahun 2005? Nah gambarnya diambil dari rumah limas yang ada di Museum Balaputra Dewa ini.

rumah limas di uang rupiah

Rumah limas ini dulunya milik Pangeran Arab bernama Syarif Abdurrachman Alhabsi dan Syarif Ali. Diperkirakan rumah ini dibangun pada tahun 1830.

Sebelum dipindahkan ke area museum, tadinya rumah ini berlokasi di tepian Sungai Musi. Dulunya di sana menjadi lokasi berdirinya Kerajaan Sriwijaya.

2. Koleksi Patung dan Arca Buddha

Di halaman dan beberapa titik di luar ruang pameran, ada beberapa patung dan arca yang dipamerkan. Rata-rata berasal dari zaman pra sejarah.

Tepat di depan pintu masuk, ada tandu beroda dua, bekas kendaraan di masa lalu. Sekilas mirip becak. Mungkin digunakan untuk mengangkut orang atau bangsawan Palembang.

Salah satu patung yang bikin Molzania kagum itu patung manusia berjejer tiga. Seketika bikin Molzania berimajinasi. Ternyata manusia zaman dulu super kreatif. Meskipun bentuknya sederhana, tapi nggak mudah loh mengukir-ukir batu kayak gini.

Baca Juga:  7 Museum Palembang, Wisata Sejarah Sumatra Selatan

Bentuknya sih nggak mirip ya. Mungkin karena tergerus usia, jadi beberapa bagian nggak terlalu jelas. Kebayang dulu bentuknya sebagus apa.

Di bagian belakang museum juga ada kolam patung naga. Sayangnya airnya sudah dikuras, sehingga kolamnya tampak kering.

3. Ruang Pameran Artefak Zaman Pasca Kemerdekaan

Ruang pameran pertama yang Molzania masuki itu banyak pecahan keramik, guci dan benda-benda jadul khas Palembang. Di sini rata-rata ditemukan di seantero Sumsel. Beberapa ada yang dimiliki seseorang, lalu dihibahkan ke museum.

Ternyata ada pula yang benda-benda yang berasal dari tahun 1970-an. Pernah dimiliki oleh nenek atau buyutnya, karena dianggap memiliki unsur sejarah, lalu dihibahkan ke museum.

Molzania jadi teringat benda-benda milik almarhumah nenek. Beliau punya peralatan makan dan guci-guci yang mirip dengan koleksi museum. Termasuk peralatan membuat kue khas Palembang. Dulu sih tujuannya bukan sengaja untuk dikoleksi, melainkan penggunaan sehari-hari saja.

Ternyata apa yang kita lihat saat ini dianggap biasa. Suatu hari di masa depan, malah dianggap bersejarah. Hingga berhak untuk menjadi koleksi museum. Bukan semata-mata yang kepemilikan anonim berasal dari ribuan tahun lalu.

Masing-masing benda di museum ini punya sejarahnya. Kita bisa membacanya sendiri sejarah lengkapnya di museum ini. Molzania amaze banget melihatnya.

Saat ke sini Molzania juga melihat alat penggiling beras di masa lalu. Bentuknya mirip kayak di serial animasi Upin Ipin. Ada berbagaii ukuran mulai dari yang kecil hingga besar. Meskipun demikian, alat ini terlihat berat karena terbuat dari batu.

Mimi (sebutan Molzania untuk mama) bercerita kalau beliau semasa kecil dulu menggunakan alat ini. Padi dimasukkan ke dalam alat, lalu tuasnya diputar, dan keluarlah beras.

Masa modern sekarang, orang-orang sudah tinggal membeli beras jadi. Tidak perlu digiling atau ditumbuk lagi. Sudah dilakukan di pabrik beras menggunakan mesin canggih.

Sementara itu, orang zaman dulu mesti berkerja keras untuk menghasilkan beras. Makanya sebutir beras sangat berharga. Jadi tak sembarangan membuang makanan.

4. Ruang Pameran Koleksi Benda Prasejarah dan Kerajaan Sriwijaya

Dalam ruang pameran selanjutnya ada koleksi benda-benda dan artefak yang lebih lama. Barulah terasa vibes suasana museumnya.

Di sini tersimpan lebih banyak artefak yang kebanyakan berupa peralatan makan dan dapur, kendi, lonceng, koin, alat pembuat batik, guci, senjata, botol beling, pecahan piring, dan lain-lain.

Ada yang terbuat dari batu, keramik dan tanah liat. Terdiri dari berbagai macam bentuk dan ukuran. Konon masa lalu guci-guci raksasa kayak gini digunakan sebagai alat tukar-menukar. Ada pula guci yang lebih kecil untuk menyimpan mayat.

Pada bagian depan terdapat binatang buas khas Sumatra yang telah diawetkan. Ada harimau, beruang, dan lain-lain. Serem loh melihatnya.

Nggak jauh dari situ ada kuburan manusia purba. Bekas badan jenazahnya terlihat jelas. Sudah membatu dan mengering. Konon manusia purba ini diperkirakan berasal dari 2.700 tahun lalu.

Di sini dipamerkan pula prasasti-prasasti batu dan benda dari zaman Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang. Koleksi museum ini banyak yang sudah didigitalisasi. Kita bisa melihat gambar dan penjelasannya di sini.

Baca Juga:  10 Wisata Korea Selatan untuk Liburan Musim Panas

Koleksi yang buat Molzania takjub ialah botol minuman soda yang ditemukan di dasar sungai Musi. Katanya botol ini berasal dari era kolonialisme saat penjajahan Belanda. Sekitar awal abad 19.

Beberapa botol masih tertutup. Bentuknya unik berbahan beling transparan. Botol tersebut bertuliskan perusahaan Industrieele Maatschappij Palembang.

Yang mana kalau kita cari di Google, botol soda ini berasal dari perusahaan Jerman yang ada di Palembang. Nama lengkapnya S. S & CO HAMBURG INDUSTRIEELE bottles PALEMBANG. Menarik, bukan?

5. Ruang Pameran Seni dan Budaya Sumatra Selatan

Dari semua ruang ameran, ruangan ketiga ini yang paling menarik perhatian. Soalnya isinya benda-benda kerajinan dan seni khas Palembang.

Beberapa benda yang dipamerkan, banyak yang Molzania familiar. Soalnya punya juga di rumah nenek. Maklum nenek Molzania wong Palembang lamo, jadi beliau banyak membeli perabotan dan hiasan khas Palembang.

Mungkin dulunya dianggap biasa. Namun seiring waktu, malah jadi benda langka. Karena banyak benda yang bentuknya lebih modern. Molzania inget dulu pas kecil, suka main masak-masakan pake hiasan dan perabotan nenek. Salah satunya wadah berbentuk labu ini. hihii

Banyak banget benda-benda nostalgia di ruangan ini. Selain aksesoris, ada pula songket dan kain tenun asli yang terbuat dari benang emas.

Jadi wong Plembang zaman dulu itu kaya-kaya semua. Gak heran rata-rata peninggalannya banyak yang bercorak emas. Untuk pakaian pun, mereka menjahitnya dari benang emas dan sutra.

Kita juga bisa melihat alat pembuat songket Palembang yang umumnya masih manual. Lengkap deh pengetahuan tentang seni dan kebudayaan Palembang. Kalian wajib datang langsung ke sini.

6. Ruang Pameran Peninggalan Budaya Melayu

Dulu Molzania sudah pernah membahas ini di blog. Bisa baca di sini. Di museum ini juga dipamerkan tekstil dan benda peninggalan Melayu. Ruang pameran ini bekerjasama dengan pemerintah Malaysia. Tepatnya dari daerah Melaka.

Nggak heran sih, Palembang memang bagian dari suku Melayu. Makanya bahasa kita banyak yang mirip Malaysia. Pokoknya kalau nonton Upin Ipin gak perlu pakai subtitle lagi.

Ruangannya sih nggak terlalu besar. Di sini dipamerkan guci, piring dan mangkuk keramik beserta pecahannya. Lalu ada banyak gambar-gambar yang menunjukkan kedekatan pemerintah Sumsel dan Melaka.

pakaian wanita khas malaka

Ada pula buku-buku bertema budaya Melaka yang sayangnya tidak bisa dibaca. Padahal penasaran banget sama isinya. Terus ada juga patung manekin yang berpakaian khas Melayu.

Sayangnya Belum Ramah Disabilitas

Museum Balaputradewa ini cenderung tidak berubah bangunannya. Dari zaman Molzania sekolah dulu, hingga sekarang masih belum ramah disabilitas. Khususnya untuk pengguna kursi roda dan disabilitas daksa.

Sebenarnya fasilitasnya sudah tersedia. Tapi tidak bisa digunakan. Malah cenderung berbahaya. Soalnya rampnya dibuat terlalu miring dan curam. Plus tanpa pegangan tangan pula.

Beberapa tempat tanpa jalan landai. Hanya bisa diakses menggunakan tangga saja. Makanya pas ke sini, orang tua Molzania kesulitan menaikkan dan menurunkan kursi roda. Sampai-sampai harus meminta bantuan ke resepsionis.

Masuk ke ruang pameran pun mesti ada undakannya. Sangat tidak nyaman dan aman. Apalagi pada siang hari, museum juga dalam keadaan sepi.

Semoga ini menjadi perhatian bagi pemerintah. Bagaimanapun kunjungan ke museum wajib bagi anak sekolah. Tak terkecuali bagi anak-anak SLB dan disabilitas daksa.

Alamat Museum Balaputra Dewa Palembang :

Jalan Srijaya No. 1 RW. 05, Kecamatan Alang-Alang Lebar, Kelurahan Srijaya, Palembang 30139

Pin It on Pinterest

Share This