Sebagai warga kota Palembang, Molzania tahu betul rasanya berada di tengah-tengah bencana asap kebakaran hutan.
Provinsi Sumatera Selatan menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang terkena dampak bencana asap akibat kebakaran hutan. Musibah terparah melanda pada tahun 2015 dan 2019 tahun lalu.
Setiap menjelang pertengahan tahun seperti saat ini, selalu saja Molzania mengkhawatirkan apakah bakalan ada asap lagi pada tahun ini?
Molzania tentu saja tidak ingin situasi tersebut kembali terulang. Nyatanya setiap tahun kondisi yang sama kembali terjadi.
Kalau tidak salah ingat, kota Palembang mulai terkena dampak asap yang nyata sejak tahun 2014. Bertambah parah satu tahun setelahnya.
Tahun-tahun berikutnya mulai merasakan ketakutan. Menghirup asap beracun hingga tak jarang membuat sesak nafas setiap hari. Bau asap yang menyengat dan kentara wujudnya hingga ke dalam rumah.
Abu dan arang menyangkut di ventilasi jendela dan bertebaran di halaman rumah. Melihat dengan mata telanjang kondisi langit yang memutih, bahkan menguning dan memerah.

Situasi itu betul-betul membekas pada ingatan. Takkan pernah terlupakan seumur hidup. Kekhawatiran itu semakin menjadi manakala mengingat kondisi tahun ini yang sedang pandemi.
Bencana asap diyakini akan memperparah penyakit pneumonia yang disebabkan virus COVID-19. Bagaimanapun, paru-paru merupakan organ manusia yang paling rentan terpapar virus dan asap sekaligus.
Molzania pun semakin bertanya-tanya, akankah ada bencana lagi tahun ini? Keluar rumah yang tak lagi bebas. Harus mengenakan masker dan jaga jarak. Apakah nantinya harus bermasker juga di dalam rumah karena bencana asap? Semoga itu tidak terjadi.
Masalah Deforestasi Hutan Indonesia
Diberi julukan negara Mega Biodiversity, Indonesia menyimpan kekayaan alam yang melimpah ruah. Keanekaragaman hayati yang dimiliki bangsa ini sangat banyak dan beragam.
Hutan kita menjadi rumah alami bagi ribuan spesies hewan dan tetumbuhan. Semua itu menjadi karunia dari Allah swt untuk kita jaga dan pelihara.
FYI, Luas hutan di Indonesia merupakan yang terbesar ketiga setelah Brazil dan Kongo.
Pada tahun 2019, data Ditjen PKTL KLHK menunjukkan luasnya mencapai 94,1 ha yang menempati 50,1 % daratan.
Secara keseluruhan, terdapat lebih dari sepuluh persen flora dan fauna dunia ada di bumi pertiwi.
Hutan kita tempat yang nyaman bagi 12 persen spesies mamalia dunia, 16 persen spesies reptil, dan 17 persen spesies burung, serta lebih dari 10.000 spesies pohon tersebar di nusantara raya.
Akan tetapi hal tersebut tidak serta merta membuat manusia yang hidup di dalamnya bahu membahu menjaga hutan.
Berdasarkan laporan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bahar, terungkap memang deforestasi Indonesia cenderung menurun.
Akan tetapi, menurut Forest Watch Indonesia (FWI), dalam kurun waktu 2013-2017, hutan di Indonesia telah kehilangan 1,47 juta hektar lahan hijaunya.
Angka laju deforestasi ini masih yang tertinggi kedua di dunia setelah Brazil.
Beragam faktor yang mempengaruhi laju deforestasi hutan Indonesia menurut FWI ialah terkait izin pemanfaatan dan penggunahan lahan, pertambangan, dan perkebunan kelapa sawit.
Akibatnya bisa ditebak. Kita semua menjadi korban dari deforestasi dan kerusakan hutan yang terus-menerus terjadi setiap tahunnya.
Hutan lindung yang tergerus menyebabkan banyak bencana bagi umat manusia. Bencana banjir, longsor dan kebakaran hutan menjadi salah satunya.
Fenomena Kebakaran Hutan di Musim Kemarau
Saat ini sebagian besar kota-kota di Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Tercatat hingga pertengahan Juni, sudah tercatat ada 700 hotspot alias titik api menyebar di seluruh wilayah Indonesia.
Titik api ini berpotensi menyebabkan kebakaran hutan. Apalagi pada musim kemarau, suhu udara juga mengalami peningkatan.
Suhu udara tersebut sangat memengaruhi kondisi iklim dan cuaca di suatu wilayah. Peningkatan suhu udara yang ekstrem dapat membuat proses ekologi, pertumbuhan tanaman, siklus nutrien tanah serta kenyamanan makhluk hidup terganggu.
Lahan gambut yang kebanyakan berada di pulau Sumatera, Kalimantan, dan Papua menjadi lebih mudah terbakar. Apalagi bila ditambah dengan aktivitas manusia yang merusak lingkungan.
Memang tidak semua hotspot dapat berubah menjadi titik api. Tetapi kebanyakan kebakaran hutan disebabkan oleh 99 persen unsur kesengajaan manusia.
Pembukaan lahan baru dengan cara membakar hutan seringkali dilakukan oleh masyarakat dan korporasi untuk kepentingan pribadi. Pada korporasi misalnya, mereka sengaja membakar hutan demi mendapatkan asuransi.
Pada tahun 2019 lalu, kebakaran hutan meningkat hingga 3 kali lipat. Kerugian negara sejak bencana 2015 lalu sudah mencapai ratusan trilyun.
Padahal pemerintah menargetkan pada tahun 2030, emisi gas berkurang setidaknya 29 persen. Sebuah target yang tidak akan terwujud bila tidak dilakukan secara bersama-sama.
Upaya Pemerintah dalam Penanggulangan Asap
Beberapa tahun ini, Molzania melihat. Sebetulnya berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah untuk penanggulangan asap.
Molzania membaca berita pemerintah menggerakkan sejumlah petugas kepolisian, TNI, dan masyarakat pecinta hutan bahu-membahu memadamkan api.
Seringkali pula dalam upaya memadamkan api, terdengar raungan helikopter pembawa air di langit Kota Palembang untuk menanggulangi kebakaran hutan.
Perjuangan mereka yang terjun langsung ke lapangan tentu tidak bisa disepelekan. Mereka ibaratnya bertindak sebagai garda terdepan dalam penanganan kebakaran hutan.
Total kerugian yang dialami negara sepanjang tahun 2012-2018 mencapai 18 Trilyun. Tetapi menurut Greenpeace, belum ada satupun dari 11 perusahaan yang terlibat membayar denda.
Pemerintah berjanji akan mengeksekusi perusahaan yang terbukti membakar hutan. Nah terkait dengan janji tersebut, haruslah kita kawal bersama.
Sayangnya proses persidangan berlangsung alot. Bahkan hingga tahun 2020 ini, proses sidangnya masih terus berjalan.
Seharusnya pemerintah dapat lebih tegas lagi menerapkan hukum kepada perusahaan perusak lingkungan. Segera cabut izin perusahaan yang melakukan pembakaran hutan.
Percuma saja jika pemerintah melakukan pencegahan karhutla dengan pemadaman. Melibatkan orang banyak yang menjadi garda terdepan. Sementara para perusak hutan masih dibiarkan berkeliaran.
Tips New Normal untuk Antisipasi Asap dan Cegah Karhutla
Jujur Molzania merasa gemas terhadap mereka-mereka yang seakan menikmati kesengsaraan rakyat akibat bencana asap ini.
Miris kepada semua pihak yang berada di belakang layar kerusakan hutan. Tidak peduli pada keputusan yang dibuat dan akibat yang dilakukannya.
Tidak hanya manusia, bahkan binatang dan tumbuhan pun menjadi korbannya. Ingat viral foto orangutan dan ular phyton yang tewas tahun 2015 lalu? Itu hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan populasi hutan yang terdampak karhutla.

Tadinya Molzania berpikir, kita sebagai rakyat biasa hanya bisa mengelus dada. Sembari berdoa kepada Allah SWT agar para pelaku kejahatan itu mendapat balasan yang setimpal.
Namun setelah Molzania pikir-pikir ulang, ternyata ada banyak hal yang bisa kita lakukan demi lingkungan yang lebih baik. Diantaranya ialah dengan melakukan berbagai aktivitas berikut:
1. Mengurangi pemakaian kendaraan bermotor
Ini jujur sulit juga sih. Apalagi Molzania juga hidupnya sangat tergantung dengan mobil. Tapi karena jarang ke luar rumah, jadi bisa hemat bensin.
Buat kalian yang non disabilitas daksa, bisa deh ya mulai sekarang digalakkan menggunakan sepeda kalau jaraknya dekat. Apalagi semenjak pandemi, banyak orang yang beralih memakai sepeda.
2. Menanam pohon dan tetumbuhan
Mama Molzania termasuk rajin nih menanam tetumbuhan. Kami punya space kecil di belakang dan depan rumah buat kegiatan menanam bunga, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan.
Proses fotosintesis pada tanaman menyerap karbon dioksida (CO2) dan melepaskan oksigen (O2) ke udara.
3. Mengurangi pemakaian plastik
Kalau kita ke berbelanja ke pasar, sebaiknya bawa kantong sendiri. Tahu gak sampah plastik susah diurai tanah. Saat ini sampah plastik menjadi problema tersendiri bagi lingkungan di Indonesia.
4, Menggunakan masker basah di luar rumah saat bencana asap
Sewaktu mendengarkan siaran KBR Prime, Molzania diberitahu bahwa saat bencana asap melanda, kita dianjurkan menggunakan masker basah ketika berada di luar rumah. Tujuannya untuk mengurangi asap yang terhirup.
Selain itu sediakan masker lebih dari satu. FYI, penggunaan masker kain tidak boleh dipakai lebih dari 4 jam. Bila ada, gunakan masker N95 untuk perlindungan yang lebih baik terhadap asap.
5. Reduce, reuse and recycle
Kalo yang satu ini semua orang pasti sudah tahulah. Barang bekas yang kita miliki sepanjang masih layak dan bagus, sebaiknya digunakan kembali. Jangan langsung dibuang! ^^
Referensi:
Canva, Media. 2020. Gambar Thumbnail Indonesian Forest. media-public.canva.com/HU-iA/MADyRxHU-iA/1/tl.jpg
Nailufar, Nibras Nada. 2019. Laju Deforestasi Indonesia Turun, tapi Masih Kedua Terpesat di Dunia. https://sains.kompas.com/read/2019/07/10/180600223/laju-deforestasi-indonesia-turun-tapi-masih-kedua-terpesat-di-dunia
[PDF]Lembar Fakta Forest Watch Indonesia. 2019. Angka Deforestasi Sebagai “Alarm” Memburuknya Hutan Indonesia. http://fwi.or.id/wp-content/uploads/2019/10/FS_Deforestasi_FWI_small.pdf
Purnomo, Agus. 2012. Menjaga Hutan Kita: Pro-Kontra Kebijakan Moratorium Hutan dan Gambut. Jakarta : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Puspita, Sherly. 2018. Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua di Dunia. https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/19/21151811/indonesia-penyumbang-sampah-plastik-terbesar-kedua-di-dunia
Putri, Restu Diantina. 2019. 11 Perusahaan Perusak Lingkungan Rugikan Negara Rp. 18 Trilyun. https://tirto.id/11-perusahaan-perusak-lingkungan-rugikan-negara-rp18-triliun-dgZ6
Siaran Pers Kementerian KLHK. 2020. Hutan dan Deforestasi Indonesia Tahun 2019. http://ppid.menlhk.go.id/siaran_pers/browse/2435
Siaran Radio KBR Prime. 2020. Kemarau dan Ancaman Karhutla di Tengah Pandemi. https://www.kbrprime.id/listen.html?type=story-telling&cat=ruang-publik&title=kemarau-dan-ancaman-karhutla-di-tengah-pandemi
Waseso, Ratih. 2020. Sepanjang 2020, Kementerian KLHK Kawal Sidang Enam Gugatan Perusakan Lingkungan. https://nasional.kontan.co.id/news/sepanjang-2020-kementerian-lhk-kawal-sidang-enam-gugatan-perusakan-lingkungan
Hai Mba, salam sesama kota berasap. Palangkaraya, Palembang, Riau, memang yang Pali parah asapnya kalo sudah masuk musim kemarau kering. Asapnya udah level hazard.
Tapi Alloh Maha Baik, tahun ini walau pandemi, tapi kita dikasih kemarau basah, jadi ada hujan walau kemarau. Semoga tidak ada karhutla ya Mba. Tapi di tempatku sudah berjaga2 sih
Alhamdulillah .. aamiin yaa rabbal alamin atas doanya
Semoga tak ada lagi bencana kebakaran hutan di tahun-tahun ke depan. Meski tidak ada di lokasi bencana, aku sedih lihatnya. Terutama buat masyarakat yang tinggal di sana, sehat selalu ☹️
Pernah juga kena dampak jerebu mbak, waktu aku tinggal di Johor Malaysia. Saking deketnya Indonesia Malaysia, sampai kebagian juga asapnya. Sesak banget dan udara jadinya gak bersih.
Harus tepat regulasinya untuk pemanfaatan hutan, agar pelaksana tidak membakar hutan untuk meluaskan lahan, harus ada cara lain yang lebih aman dan selamat.
iyaa, negara tetangga pada protes waktu itu. 🙁
Kebakaran hutan karena musim okelah gpp yang sedihnya kalau kehutla karena ulah manusia ya mak 🙁 entah sisa berapa persen hutan kita
bayangin terjadi tiap tahun. hutan kita terus-menerus tergerus.
Wah bener. Akupun kalo musim kemarau datang uda waswas sama kebakarn hutan. Srmoga aja tahun ini gak terjadi lagi