3,589 Views
Siapa sih di dunia ini yang ingin sakit? Dalam agama Islam, seseorang yang diberikan cobaan sakit ditujukan untuk menebus dosa-dosa yang telah lalu. Ibaratnya kalau dari ilmu akuntansi, sakit diibaratkan setoran modal untuk menebus “hutang” dosa. Nah sekarang masa iya sih kita lantas menghakimi mereka yang sedang sakit? Apalagi jika kita mengetahui bahwa sakitnya ini tergolong spesial. Tentu saja kita harus membantunya.



Mama : “Adikmu gak usah ikut nobar film bareng ODHA!”

Me      : “Alasannya?”
Mama : “Nanti ada “anak punk” bawa jarum suntik terus ketuleran!”
Me      : “Astaghfirullah!”


Itulah salah satu diskusi Molzania dengan mama apabila berhubungan dengan ODHA. Perspektif yang berkembang di masyarakat bahwa ODHA alias Orang Dengan HIV-AIDS adalah berbahaya. Mereka ibarat monster pendendam dan siap menerkam siapa saja yang mendekatinya. Memang sih tak jarang ODHA justru tertular dari pasangan sahnya. Dan hal itu dianggap akan menimbulkan dendam kesumat, lalu mereka akan mencari korban selanjutnya untuk ditulari penyakit mematikan bernama HIV-AIDS.



Nggak heran meski saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi sudah berkembang, namun masih banyak masyarakat yang takut. Apalagi ditambah dengan banyaknya berita hoax terkait penyakit HIV AIDS membuat masyarakat cenderung menjauhi ODHA. Akibatnya ODHA pun banyak yang merasa kesepian dan terkucilkan dari lingkungannya.

Sedikit banyak itulah hal-hal yang Molzania tangkap dari acara “Workshop Blogger dalam Rangka Hari AIDS Sedunia 2017” beberapa waktu lalu. Hari AIDS Sedunia yang diperingati setiap tanggal 1 Desember pada tahun 2017 ini bertemakan #SayaBeraniSayaSehat. Acaranya sendiri tepatnya digelar pada tanggal 4 Desember 2017. Berlokasi di Hotel Excelton Palembang, Molzania beserta rekan-rekan blogger diundang secara resmi oleh Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes).



Seminar yang digelar dari pagi hingga sore itu penuh dengan kejutan. Selain menghadirkan beberapa narasumber yang merupakan tokoh nasional dari Kementerian Kesehatan, disini juga diisi dengan agenda sharing bareng beberapa ODHA berprestasi. Meski berkumpul satu ruangan dengan para ODHA, tidak menjadi ketakutan kami semua. Acaranya malah berlangsung dengan seru dan penuh keramahan. 


Penyakit HIV AIDS di Indonesia pertama kali dikenal pada awal tahun 1990-an. Saat itu penyakit ini belum terlalu dikenal karena di Indonesia masih didominasi oleh penyakit menular yang tergolong biasa. Misalnya saja flu, batuk, dan sebagainya. Akan tetapi pada tahun 2000-an ke atas, skema pun berubah. Indonesia didominasi oleh penyakit tidak menular yang umumnya dipengaruhi oleh gaya hidup tidak sehat. Sebut saja penyakit jantung, kanker, stroke dan lain-lain.



Nah penyakit HIV-AIDS ini merupakan penyakit menular akibat gaya hidup yang tidak sehat. Angka penderitanya setiap tahun cenderung meningkat. Sampai bulan Maret 2017, sudah ditemukan lebih dari 140.000 kasus di Indonesia. Khusus di Sumatera Selatan sendiri, kasus HIV – AIDS saat ini sudah mencapai 2706 kasus. Di Indonesia, virus HIV banyak dialami oleh mereka dengan usia produktif. 


Sebenarnya apa itu HIV-AIDS? 

Dan apa perbedaannya?


HIV sendiri merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh akibat virus Human Immune Deficiency Virus (HIV). Sementara itu AIDS kepanjangan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan kumpulan dari gejala-gejala yang diakibatkan oleh virus HIV. Pada saat seseorang terinfeksi HIV, tidak bisa langsung terlihat gejala-gejalanya sehingga harus dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahuinya. Bisa saja seseorang yang sudah terinfeksi HIV memiliki badan yang terlihat normal layaknya orang sehat. Akan tetapi biasanya akan mulai timbul gejala setelah 5-10 tahun kemudian. 


Virus HIV-AIDS pada awal tahun 1990an banyak ditemukan dari pasangan homoseksual. Sementara pada awal 2000an, virus ini mulai menjangkiti pengguna narkoba yang berbagi jarum suntik. Selanjutnya pada tahun 2010-an keatas, virus HIV tidak hanya menyerang kaum LGBT dan pengguna NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya) tetapi juga pasangan yang memiliki hubungan normal antara wanita dan pria.

“Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika ia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan keji itu sedang kamu melihat(nya). Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan mendatangi wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak dapat mengetahui (akibat perbuatanmu).” (An-Naml 27:54-55).


Lantas bagaimana dengan mereka yang bertaubat? 

Akankah Allah SWT mengampuninya? 


Jawabannya YA. Telah disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa Allah SWT berfirman: “…Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.” (Thaha: 82). Seperti apa “pertaubatan” yang diterima oleh Allah SWT? Yaitu taubat yang dijalankan dengan penuh kesungguhan hati dan berjanji tidak akan pernah mengulangi lagi kesalahannya di masa mendatang.

Namun ada kalanya Allah SWT memberikan cobaan sakit sebagai ujian untuk meningkatkan iman dan taqwa. Itulah yang dialami oleh Mbak Ayu Oktariani yang juga seorang blogger asal Bandung ini. Saat ini mbak Ayu aktif dalam komunitas ODHA di Bandung. Riwayat penyakit Mbak Ayu tertular HIV dari suaminya yang ternyata seorang pengguna NAPZA. Ia sama sekali tidak tahu akan penyakitnya sampai suaminya kemudian meninggal pada tahun 2009 karena HIV. Baru pada saat itu, Mbak Ayu menjalani tes HIV dan hasilnya positif.


Sesaat setelah menerima hasil tes HIV, hidup mbak Ayu seakan runtuh. Beruntung orangtuanya tetap mendukungnya untuk menjalani pengobatan HIV. Banyak diluar sana, ODHA seperti mbak Ayu justru dikucilkan dari keluarga. Beberapa ada yang dipisahkan dan tidur hanya beralaskan kasur tipis. Padahal ODHA sejatinya harus disupport, bukan malah dijauhi.

Stigma negatif untuk ODHA sering diterima mbak Ayu justru dari orang luar. Namun untuk menghadapinya, mbak Ayu berani untuk mempertahankan diri. Salah satunya pengalaman dengan seorang suster tempat ia melakukan perawatan. Suster tersebut melakukan bullying kepada mbak Ayu soal penyakitnya. Merasa kesal, mbak Ayu kemudian berinisiatif menemui kepala RS dan menceritakan keluh kesahnya. Esoknya ia mendapati suster tersebut dipindahtugaskan.


Pada sesi sharing dengan ODHA tersebut juga menghadirkan kak Antonio Blanco yang sekarang menjadi penulis buku yang sukses. Baru-baru ini kak Antonio berkesempatan untuk jalan-jalan keliling Eropa berkat buku karyanya yang berhasil difilmkan dan memenangi penghargaan disana. Walau dulunya memiliki gaya hidup tak sehat, saat ini kak Antonio Blanco sudah menikah dengan perempuan sesama ODHA. 

Bagaimana Harapan Hidup untuk ODHA? 

Apakah Mereka Bisa Disembuhkan?


Alhamdulillah, berkat kemajuan teknologi dan pertolongan Allah SWT, Angka Harapan Hidup (AHH) bagi pasien ODHA dapat ditingkatkan. Angin segar itu bernama terapi pengobatan Antiretroviral (ARV). Akan tetapi sebagaimana penderita hipertensi, ODHA diharuskan untuk mengonsumsi obat ARV seumur hidup mereka. Sebab sejatinya virus HIV tidak dapat dihilangkan dari dalam darah. Tujuan mengonsumsi obat ARV untuk menekan jumlah virusnya saja. 

Dengan mengonsumsi obat ARV secara rutin dan terus-menerus, virus HIV dalam darah pasien akan ditekan hingga tidak terdeteksi dalam tes HIV. Segera setelah virus HIV berhasil dikendalikan, para ODHA dapat hidup normal selayaknya orang sehat. Mereka dapat menikah dan memiliki keturunan. Pasangan mereka pun tak perlu khawatir tertular. 


Hanya saja untuk memiliki keturunan, ODHA harus melakukan program kehamilan agar anaknya tidak tertular HIV selagi dalam kandungan. Mereka harus sering menjalani pemeriksaan dengan didampingi petugas medis. Banyak pasien ODHA yang berhasil melahirkan bayi yang sehat tanpa HIV. Salah satunya Mbak Ayu sendiri. 

Pemerintah saat ini sudah menggratiskan biaya pengobatan bagi para penderita HIV-AIDS. Obat-obatan ini dapat diperoleh di puskesmas dan pelayanan kesehatan terdekat. Program resmi pemerintah untuk penanggulangan HIV-AIDS digagas oleh Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Program tersebut yaitu Pencegahan Transmisi Menular Seksual (PTMS) dan Temukan-Obati-Pertahankan (TOP). Program ini sendiri merupakan adaptasi dari pedoman internasional yang dimiliki oleh The Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS)

Antara Hoax dan Fakta Penularan HIV-AIDS


Walaupun merupakan penyakit menular, sebenarnya cara penularan HIV-AIDS sangat terbatas. Penularannya yaitu lewat jarum suntik, hubungan suami isteri, transfusi darah dan kehamilan. Namun masalahnya banyak sekali hoax yang isinya menakut-nakuti masyarakat. Tentunya ini akan makin memperburuk citra ODHA yang semestinya dirangkul, malah jadi dijauhi. Beberapa diantaranya yaitu:



Untuk itu mari kita semua mengubah persepsi. Jangan lagi diskriminasi ODHA di sekitar kita. Kalau tidak bisa membantu, setidaknya support mereka dari sisi mental. Ajak mereka untuk bertaubat dan mengenal lebih dekat dengan Allah SWT. Sebarkan cinta dan kasih sayang kepada mereka. Tebarkan aura positif dengan menyebarkan konten yang benar dengan sumber yang valid tentang penyakit HIV-AIDS. Waspada dengan gaya hidup yang kotor dan tidak sehat. Mulai membiasakan diri untuk hidup sehat dan mempelajari perintah agama dengan baik. 

Baca Juga:  Tips Menghindari Wasir / Ambeien Kambuh Secara Alami

Seminar Hari AIDS Sedunia tahun 2017 yang Molzania ikuti sangat membuka mata Molzania tentang hal-hal yang selama ini Molzania anggap salah. Selama ini Molzania tahunya penyakit HIV-AIDS itu menyeramkan. Penderitanya harus dijauhi karena berisiko tertular. Sekali ketuleran, maka kalian akan langsung modar. Ternyata faktanya tidak seseram itu kok. 


Usai kegiatan seminar dan sharing dalam rangka Hari AIDS Sedunia yang sebenarnya jatuh pada 1 Desember, maka kegiatan berikutnya merupakan sharing khusus untuk blogger. Sesi pertama merupakan pelatihan Jurnalistik bersama Bapak Yudhi F. Oktaviadhi, seorang penulis dan wartawan olahraga senior sekaligus founder dari Syair Untuk Sahabat Foundation (SUSF) yang bergerak di bidang penyuluhan dan dukungan untuk rekan-rekan sesama ODHA.

Sesi terakhir sharing dengan blogger ialah Creative Writing bersama Kang Arul, dosen sekaligus blogger senior pemilik website Dosen Galau. Sesi terakhir ini cukup menghibur khususnya bagi Molzania karena setelah sekian jam otak dipaksa berpikir untuk hal-hal yang serius terkait penyakit HIV-AIDS, maka dalam sesi creative writing ini isinya kebanyakan berupa games edukasi berhadiah dan sharing ilmu terkait blogging.


Acara yang berlangsung lumayan lama itu pun berakhir tanpa terasa. Terima kasih Molzania ucapkan pada Kementerian Kesehatan RI atas pengalamannya yang luar biasa. Semoga acara-acara yang seperti ini dapat terus diselenggarakan guna mengedukasi masyarakat. Kepada sobat bubblelatte yang membaca artikel ini, Molzania berharap kalian dapat menshare artikel ini kepada teman-teman agar konten positif tentang HIV AIDS dapat tersebar dengan lebih luas. Salam hangat dari Molzania. ^_^


*tulisan ini juga diikutsertakan dalam event Collaborative Blog “Komunitas Emak Blogger” Kelompok Dian Sastro dengan trigger post “Pesawat Jet Eksklusif Sebagai Kebutuhan” karya Sri Mulyani #KEBBloggingCollab 

Baca Juga:  Atasi Luka Bakar Ringan dengan Salep Mebo Mederma

Pin It on Pinterest

Share This