Mama : “Adikmu gak usah ikut nobar film bareng ODHA!”
Me : “Alasannya?”
Mama : “Nanti ada “anak punk” bawa jarum suntik terus ketuleran!”
Me : “Astaghfirullah!”
Itulah salah satu diskusi Molzania dengan mama apabila berhubungan dengan ODHA. Perspektif yang berkembang di masyarakat bahwa ODHA alias Orang Dengan HIV-AIDS adalah berbahaya. Mereka ibarat monster pendendam dan siap menerkam siapa saja yang mendekatinya. Memang sih tak jarang ODHA justru tertular dari pasangan sahnya. Dan hal itu dianggap akan menimbulkan dendam kesumat, lalu mereka akan mencari korban selanjutnya untuk ditulari penyakit mematikan bernama HIV-AIDS.
Nggak heran meski saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi sudah berkembang, namun masih banyak masyarakat yang takut. Apalagi ditambah dengan banyaknya berita hoax terkait penyakit HIV AIDS membuat masyarakat cenderung menjauhi ODHA. Akibatnya ODHA pun banyak yang merasa kesepian dan terkucilkan dari lingkungannya.
Seminar yang digelar dari pagi hingga sore itu penuh dengan kejutan. Selain menghadirkan beberapa narasumber yang merupakan tokoh nasional dari Kementerian Kesehatan, disini juga diisi dengan agenda sharing bareng beberapa ODHA berprestasi. Meski berkumpul satu ruangan dengan para ODHA, tidak menjadi ketakutan kami semua. Acaranya malah berlangsung dengan seru dan penuh keramahan.
Nah penyakit HIV-AIDS ini merupakan penyakit menular akibat gaya hidup yang tidak sehat. Angka penderitanya setiap tahun cenderung meningkat. Sampai bulan Maret 2017, sudah ditemukan lebih dari 140.000 kasus di Indonesia. Khusus di Sumatera Selatan sendiri, kasus HIV – AIDS saat ini sudah mencapai 2706 kasus. Di Indonesia, virus HIV banyak dialami oleh mereka dengan usia produktif.
Sebenarnya apa itu HIV-AIDS?
Dan apa perbedaannya?
HIV sendiri merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh akibat virus Human Immune Deficiency Virus (HIV). Sementara itu AIDS kepanjangan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan kumpulan dari gejala-gejala yang diakibatkan oleh virus HIV. Pada saat seseorang terinfeksi HIV, tidak bisa langsung terlihat gejala-gejalanya sehingga harus dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahuinya. Bisa saja seseorang yang sudah terinfeksi HIV memiliki badan yang terlihat normal layaknya orang sehat. Akan tetapi biasanya akan mulai timbul gejala setelah 5-10 tahun kemudian.
“Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika ia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan keji itu sedang kamu melihat(nya). Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan mendatangi wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak dapat mengetahui (akibat perbuatanmu).” (An-Naml 27:54-55).
Lantas bagaimana dengan mereka yang bertaubat?
Akankah Allah SWT mengampuninya?
Jawabannya YA. Telah disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa Allah SWT berfirman: “…Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.” (Thaha: 82). Seperti apa “pertaubatan” yang diterima oleh Allah SWT? Yaitu taubat yang dijalankan dengan penuh kesungguhan hati dan berjanji tidak akan pernah mengulangi lagi kesalahannya di masa mendatang.
Bagaimana Harapan Hidup untuk ODHA?
Apakah Mereka Bisa Disembuhkan?
Alhamdulillah, berkat kemajuan teknologi dan pertolongan Allah SWT, Angka Harapan Hidup (AHH) bagi pasien ODHA dapat ditingkatkan. Angin segar itu bernama terapi pengobatan Antiretroviral (ARV). Akan tetapi sebagaimana penderita hipertensi, ODHA diharuskan untuk mengonsumsi obat ARV seumur hidup mereka. Sebab sejatinya virus HIV tidak dapat dihilangkan dari dalam darah. Tujuan mengonsumsi obat ARV untuk menekan jumlah virusnya saja.
Antara Hoax dan Fakta Penularan HIV-AIDS
Walaupun merupakan penyakit menular, sebenarnya cara penularan HIV-AIDS sangat terbatas. Penularannya yaitu lewat jarum suntik, hubungan suami isteri, transfusi darah dan kehamilan. Namun masalahnya banyak sekali hoax yang isinya menakut-nakuti masyarakat. Tentunya ini akan makin memperburuk citra ODHA yang semestinya dirangkul, malah jadi dijauhi. Beberapa diantaranya yaitu:
Untuk itu mari kita semua mengubah persepsi. Jangan lagi diskriminasi ODHA di sekitar kita. Kalau tidak bisa membantu, setidaknya support mereka dari sisi mental. Ajak mereka untuk bertaubat dan mengenal lebih dekat dengan Allah SWT. Sebarkan cinta dan kasih sayang kepada mereka. Tebarkan aura positif dengan menyebarkan konten yang benar dengan sumber yang valid tentang penyakit HIV-AIDS. Waspada dengan gaya hidup yang kotor dan tidak sehat. Mulai membiasakan diri untuk hidup sehat dan mempelajari perintah agama dengan baik.
Seminar Hari AIDS Sedunia tahun 2017 yang Molzania ikuti sangat membuka mata Molzania tentang hal-hal yang selama ini Molzania anggap salah. Selama ini Molzania tahunya penyakit HIV-AIDS itu menyeramkan. Penderitanya harus dijauhi karena berisiko tertular. Sekali ketuleran, maka kalian akan langsung modar. Ternyata faktanya tidak seseram itu kok.
Sesi terakhir sharing dengan blogger ialah Creative Writing bersama Kang Arul, dosen sekaligus blogger senior pemilik website Dosen Galau. Sesi terakhir ini cukup menghibur khususnya bagi Molzania karena setelah sekian jam otak dipaksa berpikir untuk hal-hal yang serius terkait penyakit HIV-AIDS, maka dalam sesi creative writing ini isinya kebanyakan berupa games edukasi berhadiah dan sharing ilmu terkait blogging.
Acara yang berlangsung lumayan lama itu pun berakhir tanpa terasa. Terima kasih Molzania ucapkan pada Kementerian Kesehatan RI atas pengalamannya yang luar biasa. Semoga acara-acara yang seperti ini dapat terus diselenggarakan guna mengedukasi masyarakat. Kepada sobat bubblelatte yang membaca artikel ini, Molzania berharap kalian dapat menshare artikel ini kepada teman-teman agar konten positif tentang HIV AIDS dapat tersebar dengan lebih luas. Salam hangat dari Molzania. ^_^
*tulisan ini juga diikutsertakan dalam event Collaborative Blog “Komunitas Emak Blogger” Kelompok Dian Sastro dengan trigger post “Pesawat Jet Eksklusif Sebagai Kebutuhan” karya Sri Mulyani #KEBBloggingCollab
ODHA juga berhak mendapatkan fasilitas sesuai dengan orang normal lainnya.
Sekarang sudah mendingan untuk pelayanan HIV di rumah sakit dan puskesmas, kalau dulu ada orang yang mau berobat karena HIV, petugas medisnya memandang sinis seakan2 lebih buruk dari orang yang penderita kanker atau jantung koroner.
Pada dasarnya ODHA tetap harus disupport agar bisa menjalani hidup sehat dan lebih baik.
setuju, odha harus disupport agar tetap semangat. Petugas medis juga sebaiknya tetap memegang teguh etika kedokteran, agar bisa memberikan pelayanan maksimal yang nggak menyakiti hati pasien
Kunjungan balik mbak
Pendidikan agama usia dini dan pendidikan seksual usia dini adalah salah satu cara untuk mencegah generasi muda terinfeksi HIV AIDS
sipp pak dokter. Thanks udah menambahkan infonya.
Ya Allah, mbak, Pas banget habis diskusi dgn adik sendiri yang sedang jaga UGD akan tingginya ODHA di Pulau Batam. Saya ga nyangka di kampung saya, Sumsel angkanya juga sebegitu tinggi.
Ya, memang sangat disayangkan. Semoga di masa mendatang lebih banyak orang yang sadar bahwa gaya hidup bebas bisa mengakibatkan penyakit mematikan yang tidak hanya untuk dirinya sendiri melainkan orang-orang terdekatnya 🙁
Baca ini jadi dapat info terupdate tentang HIV dan ODHA. Saya sempat dengar kalau ODHA harus minum semacam obat apa gitu sepanjang hidupnya, ternyata obat ARV itu ya namanya..
yep nama obatnya Antiretroviral 🙂
Semoga virus ini segera ditemukan obatnya hingga bener2 sembuh. Semoga kita semua sehat sellau dan bisa support org2 ODHA. Mengenai masa lalu dan taubatnya itu urusan sama Allah yua mbk….
Bantu mereka melawan penyakitnya dan doakan mereka agar istiqamah pertaubatannya 🙂