Dalam artikel ini Molzania akan membagikan pengalaman rekrutmen PLN untuk disabilitas. Seleksinya hanya memakan waktu beberapa hari. Tapi lumayanlah bisa jadi pengalaman hidup yang berharga.
Secara selama ini Molzania nggak pernah lolos administrasi. Tapi kali ini dapat melaju sampai tahap wawancara yang bikin deg-degan. Molzania kali ini ikut seleksi penerimaan BUMN yang ternyata membuka lowongan untuk pekerja disabilitas.
Hal yang dilakukan pertama kali tentu saja mengirim sejumlah berkas persyaratan. Standar saja kaya’ cv, ijazah, dan sebagainya. Setelah itu tinggal menunggu beberapa hari. Alhamdulillah lolos dan disuruh untuk mengikuti tes online.
Tes Pertama Seleksi Kemampuan Dasar dan Psikotes Online
Pada tes pertama, Molzania disuruh untuk menjawab pertanyaan melalui Google Form. Soalnya meliputi tes kemampuan dasar, psikotes, dan yang paling menarik ada tes akhlaknya. Pada tes kemampuan dasar, nggak nyangka aja berasa kaya’ mengikuti ujian cpns.
Ada soal TWK (tes wawasan kebangsaan), verbal, dan logika. Untuk soal-soal ini, karena pertama kali ikutan dan nggak nyangka ya lumayan menguras otak sih. Untungnya soalnya hanya lima butir pilihan ganda per bagian.
Tapi ya dijalanin aja sih. Lebih ke arah pengetahuan umum aja kok. Saran Molzania kalian mesti banyakin baca buku untuk menjawab soalnya. Mungkin bisa baca buku soal-soal tes cpns. Banyak pertanyaan yang menjebak di TWK dan verbal.
Untuk tes logika, kebanyakan seputar matematika dan logika. Molzania sendiri nggak yakin sama jawaban sendiri. Soalnya sebagian besar terutama ilmu logika beneran udah lupa. Dulu perasaan di SMA juga nggak bener-bener jago deh. Pasrah ajalah.. :v
Tes Psikotes dan Akhlak
Sementara itu pada tes psikotes, Molzania lumayan percaya diri. Tipe soalnya sendiri beragam. Seputar kepribadian kita untuk menunjukkan apakah kita pegawai yang memiliki integritas, semangat dan kejujuran yang tinggi.
Hati-hati ketika menjawab pertanyaan kepribadian. Soalnya ada soal yang diulang untuk mengetahui kekonsistenan kita ketika menjawab soal. Oh ya, di sini juga ada pertanyaan tentang kemandirian kita. Apakah kita bersedia ditempatkan di luar kota, dan hidup sendiri tanpa dibantu orang lain?
Pertanyaan ini bikin struggle Molzania sih. Bagaimanapun Molzania sepertinya agak susah bila harus ke luar kota dan hidup sendirian? Disabilitas Molzania kan cenderung ke arah daksa cerebral palsy. Kalau kemana-mana pasti dianterin sama ayah naik mobil.
Nah itulah yang bikin Molzania ragu bakalan lolos hingga tahap akhir. Untuk yang lainnya kayak makan, mandi, dan aktivitas lain, insha Allah mampu mandiri.
Tapi untuk jalan jauh? Agak susah. Bisa pake fasilitas Gocar, tapi Molzania malah dimarahin sama mama. Alasannya takut kenapa-napa cewek disabled jalan sendirian pake Gocar. 🙁
Tes Kedua Wawancara Online
Dikarenakan peserta yang ikut seleksi cuma beberapa orang yang terpilih. Jadi kami selanjutnya dikumpulkan dalam satu grup Whatsapp. Tes tahap kedua ini berlangsung keesokan harinya. Beneran cepet ya prosesnya hehe.
Kami diberikan jadwal wawancara sama panitianya. Molzania dapet jadwal hari Jum’at pukul sepuluh. Baru pertama kali ikutan seleksi rasanya campur aduk. Semalaman nggak bisa tidur dong. Membayangkan suasana seleksi. Untungnya wawancara dilakukan secara online via Zoom.
Pukul 7.30 kita semua diwanti-wanti untuk sudah bersiap-siap. Alasannya pagi itu bakalan diadakan brief singkat. Molzania sendiri bangunnya pukul setengah empat. Alasannya karena di Whatsapp ternyata diberitahu kita mesti mengisi dua buah form tambahan.
Jadilah subuh itu Molzania bergadang untuk isi form. Formnya pertama berisi surat pernyataan bersedia ditempatkan di mana saja. Sedangkan form kedua berisi form minat dan sosial media. Nah kedua form ini mesti dikumpulkan pagi itu juga sebelum wawancara dimulai.
Persiapan Diri Memperbanyak Wawasan
Satu hari sebelum tes wawancara, Molzania banyak membaca hal-hal seputar tips dan trik supaya lolos wawancara. Waktunya mepet sih, jadi ya diusahakan semaksimal mungkin.
Posisi yang Molzania ambil berada pada bagian keuangan. Tepatnya posisi analis akuntan. Molzania pun sedikit membaca ulang materi seputar ekonomi dan akuntansi. Ilmu profesi akuntan di universitas sriwijaya akhirnya kepake juga. Mencoba merefresh otak tentang ilmu semasa kuliah.
Berikutnya Molzania banyak baca artikel tentang PLN. Mulai dari visi misi, budaya, logo, hingga program-program yang telah dilakukan oleh PLN. Secara cepat saja, siapa tau nanti bakalan ditanya tentang itu. Setidaknya nggak kagok-kagok amatlah nanti hehe
Molzania membaca tuntas semua pengalaman orang ikut seleksi penerimaan pegawai PLN di google. Ternyata saat wawancara kita tidak hanya ditanyai, tapi juga harus bertanya langsung pada HRDnya. Molzania pun mempersiapkan pertanyaan seputar pegawai disabilitas.
Sebelum Wawancara Dimulai
Baru tahu ternyata aplikasi Zoom lumayan canggih. Aplikasinya bener-bener didesain sesuai dengan real life. Sebelum wawancara dimulai, Molzania mengikuti wawancara permulaan dulu. Semacam kayak bertemu dengan panitia verifikasi berkas di luar ruangan wawancara.
Ditanya-tanyai nama, kota tempat tinggal, disabilitas apa, dan sebagainya. Berikutnya disuruh mengirimkan berkas tambahan berupa transkrip, akta lahir dan fotokopi ktp. Molzania sendiri serasa flashback sewaktu ikutan seleksi volunteer Asian Games 2018.
Untuk ruangan wawancara, Molzania masuk ke ruangan C. Aplikasi Zoom pun membawa Molzania memasuki ruangan C. Gila! Canggih bener ya aplikasi Zoom ini. Ternyata di ruangan C, sudah menunggu dua orang ibu dan bapak yang sudah siap untuk mengeksekusi Molzania.
Pengalaman Seleksi Wawancara: Seru Tapi Deg-degan
Pertama kali bertatap muka, Molzania langsung menyapa dua orang pewawancara. Rasanya nervous pake banget. Beruntung di dalam ‘ruangan’ itu ada tim dari kerjabilitas yang lumayan familiar. Cukup mengurangi ketegangan sampai 50 persen-lah.
Setelah perkenalan dan sedikit basa-basi, pewawancara langsung menodong Molzania dengan pertanyaan yang bikin syok. Ceritakan apa kegiatanmu selama dua tahun terakhir. Duh, Molzania dua tahun ini nggak berkerja kantoran, melainkan fokus menjadi konten kreator. wkwk.
Gila sih ya? Syok banget dapet pertanyaan kayak gini. Molzania pun mencoba untuk flashback kejadian yang dialami dua tahun belakangan. Molzania ceritakan yang sebenarnya kalau dua tahun terakhit ini kerjanya menjadi blogger, youtuber dan influencer. Intinya merintis bisnis sendiri.
Kemudian ditanya lagi, apakah pernah ikutan komunitas bloger? Tentu saja ikutan dan banyak. Molzania termasuk senang bersosialisasi. Jadi Molzania join di hampir semua komunitas bloger yang ada di sosial media. Nah kalo di Palembang Molzania ikut komunitas Blogger Palembang Kumpul.
Uji Pengalaman, Kemampuan dan Skill pada CV
Dari sana pertanyaan berkembang untuk menguji segala skill dan kemampuan yang Molzania tulis di cv. Termasuk teamwork. Molzania pas terakhir-terakhir baru ngeh kalau ternyata semua pertanyaan pewawancara mengarah ke sana.
Pastikan sebelum wawancara dimulai, kalian juga buka cv yang sudah dikirim. Terkait teamwork, Molzania ditanya-tanyai soal apakah suka membantu orang lain tanpa pamrih? Terkait hal ini Molzania lumayan bisa menjawab.
Soalnya selama ini kalau ada teman-teman blogger yang bertanya seputar blog, Molzania tulus ikhlas untuk membantu. Selama ini nggak ada perasaan iri atau sakit hati sih. Justru kalau teman sudah berhasil menerapkan ilmu yang diberikan dengan baik, justru Molzania senang.
Akan tetapi Molzania lupa satu hal, Molzania nggak memasukkan di cv pengalaman join di sebuah acara berskala internasional sebagai bagian dari tim desain grafis. Padahal ini keyword untuk skill teamwork Molzania. Heuheu..
Pertanyaan lainnya yang lumayan berkesan bagi Molzania ialah soal integritas dan kejujuran. Molzania bercerita soal pengalaman membuat konten honest review pada produk kecantikan.
Sebisa mungkin tetap menulis apa yang Molzania rasakan saja, tanpa harus memuji secara berlebihan. Tapi tetap bahasanya sopan biar nggak kena UU ITE.
Tantangan dan Kesulitan Terbesar
Pewawancara juga menanyai tentang tantangan dan kesulitan terbesar. Molzania sendiri bercerita tentang dunia konten kreator. Mengolah konten dari awal, belajar ngedit video, dan lain sebagainya.
Molzania bercerita dari awal membangun channel Youtube. Untuk bisa membuat video yang bagus, maka Molzania mesti edit videonya sendiri. Belajar dari nol melalui Youtube.
Kayaknya nggak ada sedikitpun materi tentang akuntansi ? Sebenarnya ada. Molzania dulu latar belakangnya ilmu akuntansi. Nah dalam berbisnis konten kreator, Molzania berusaha untuk menerapkan ilmu yang didapat saat menjalankan bisnis sendiri.
Materi wawancaranya lebih ke arah minat, motivasi dan sikap. Jadi bukan ke hal-hal materi ekonomi dan akuntansi. Lebih ke arah penerapan ilmu yang kita dapat di bangku kuliah.
Bersedia untuk Berkerja di mana Saja?
Hal yang ditanyai berulang-ulang saat wawancara ya ini. Kita siap nggak bekerja di mana saja di Indonesia? Molzania dikasih bocoran sedikit kalau penempatan untuk posisinya akan ada di Jakarta. Jujur Molzania agak galau mendapat pertanyaan seperti ini.
Sebagai orang yang berkebatasan fisik, Molzania jelas kesulitan bila ditempatkan di luar kota Palembang. Bayanginlah orang yang nggak punya tempat tinggal di suatu kota, mesti mikir tentang apa. Ya sewa tempat tinggal, biaya hidup, biaya makan, ongkos pulang pergi kantor, dan sebagainya.
Apalagi disabilitas daksa cerebral palsy kayak Molzania, kalau jalan jauh mesti naik mobil dan naik kursi roda. Mana fasilitas ibu kota belum layak untuk disabilitas kursi roda tinggal mandiri. Padahal dalam hati kepingin banget, banget, bisa hidup mandiri jauh dari orangtua. Apalah daya.
Maka Molzania terpaksa menjawab dengan mantab kalau tidak bersedia harus pindah ke luar kota. Inginnya bekerja di Kota Palembang. Hal yang Molzania sesali sampai saat ini. Mestinya sih ya bersedia aja. Biar bisa diterima kerja gitu. Hehehe..
Pertanyaan untuk Pewawancara
Hal terakhir yang dilakukan oleh pewawancara ialah kita disuruh memberikan pertanyaan untuk mereka. Untuk yang satu ini, kayaknya udah hal umum dalam seleksi wawancara PT. PLN.
Molzania sudah menyiapkan materi tentang ini. Karena berstatus disabilitas, maka Molzania pun bertanya tentang materi disabilitas. Ada dua pertanyaan yang Molzania tanyakan.
Pertama, apa kriteria perusahaan dalam merekrut pekerja disabilitas? Lalu kemampuan apa yang harus Molzania tingkatkan kalau nanti diterima sebagai pegawai disabilitas PLN? Dijawab oleh ibu pewawancara nanti akan ada pelatihan dan pendidikan lanjutan oleh PLN. 🙂
Tes Tahap Tiga Periksa Kesehatan
Tes tahap terakhir ialah periksa kesehatan. Diberitahu kalau nanti tesnya akan diadakan di Kimia Farma terdekat di kota masing-masing. Hasilnya akan diumumkan beberapa hari kemudian.
Qadarullah, Molzania hanya berhasil sampai tahap kedua saja. Tahap ketiga ini, Molzania gagal lolos. Alhamdulillah sudah dikasih kesempatan untuk merasakan proses rekrutmen BUMN untuk disabilitas. Sampai dengan tahap ini rasanya sudah bersyukur sekali.
Mungkin nanti Allah akan memberikan rezeki untuk Molzania di tempat lain. Mudah-mudahan suatu hari nanti bisa dapat panggilan lagi. Syukur-syukur malah bisa lolos hingga akhir. Wahh.. masha Allah kepingin banget bisa lolos bekerja di tempat yang cocok dan sesuai. Rezeki nggak kemana.
Nah begitulah pengalaman rekrutmen PLN untuk disabilitas. Semoga suatu hari nanti dapat berbagi pengalaman lagi tentang rekrutmen kerja BUMN dan CPNS untuk disabilitas. Itu artinya Molzania berhasil lolos administrasi hehe.. ^^v