Awal Terkena Penyakit Radang Otak (Ensefalitis)
Alami Koma dan Menginap Berbulan-Bulan di RS
Menjadi Survivor Ensefalitis
Molzania Alhamdulillah dapat melalui semua fase kehidupan dengan normal. Bersekolah di sekolah umum sejak SD hingga tamat perguruan tinggi.
Dulu memang pernah sempat dibawa ke YPAC. Tapi sama kepala sekolahnya ditolak. Molzania disarankan untuk bersekolah di tempat umum. Tujuannya agar terbiasa bersosialisasi dengan teman-teman non disabilitas.
Walaupun disabilitas, Molzania tidak pernah bermasalah dengan prestasi akademik. Semua itu berkat dorongan dan bantuan moril materiil dari kedua orangtua dan keluarga besar.
Fokus Terapi Seumur Hidup
So, hal yang perlu Molzania lakukan saat ini adalah hanya fokus TERAPI saja agar kaki Molzania kuat walaupun dengan gangguan fisik dan motorik.
Bila Molzania rajin melakukan terapi, maka kaki Molzania bisa lentur dan tidak kaku saat berjalan. Boleh dibilang Molzania sembuh dari ensefalitis mencapai 80 persen. Tidak sepenuhnya, tapi setidaknya mendekati 100 persen.
Adapun terapi yang Molzania lakukan untuk menguatkan otot-otot kaki. Seperti naik turun tangga, jongkok berdiri, latihan berjalan, dan melakukan gerakan senam ringan.
Dampak Penyakit Radang Otak Ensefalitis
Dampak lain yang Molzania rasakan ialah bila Molzania demam sedikit saja, maka otot-otot di tangan dan kaki ikut kaku. Molzania pun tambah susah untuk berjalan.
Penjelasan ilmiahnya kalau suhu tubuh meninggi secara tidak langsung memiliki pengaruh ke otak.
Maka dari itu, Molzania mengusahakan diri untuk tidak demam, apalagi sampai berhari-hari.
Semakin tinggi demamnya, maka kekakuan ototnya akan semakin menjadi. Bayangkan dalam keadaan demam dan lemas, tangan dan kaki mendadak kram dan kaku.
Tidak dapat diluruskan sama sekali, tapi berubah posisi jadi bengkok. Bila demamnya mereda, Molzania harus kembali segera terapi untuk memulihkan rasa kram dan kakunya.
Terpengaruh Secara Emosional
Akan tetapi kekakuan otot kaki juga terjadi bila melibatkan emosi. Maksudnya bila Molzania secara emosionalnya terganggu, entah itu merasa kelewat senang, sedih, kuatir, galau atau marah, maka kaki Molzania mendadak kaku.
Solusinya ya harus distabilkan dulu emosinya dari dalam diri sendiri baru bisa berjalan dengan normal lagi.
Makanya jika Molzania diharuskan pergi ke tempat umum, biasanya Molzania akan memilih tempat yang sepi daripada ramai.
Molzania itu kalau diliatin oleh banyak orang, mendadak jadi merasa gugup. Alhasil emosi pun terganggu, dan berimbas pada kaki. Banyak orang yang tidak memahami Molzania, malah suruh Molzania buat cepat-cepat berjalan.
Terus apa lagi ya? Oh iya, kalau ketemu dengan orang baru atau di depan umum, Molzania bicaranya jadi gagap. Hal itu terjadi kalau Molzania merasa gugup.
Lain halnya ketika bicara dengan orang di rumah atau sudah kenal lama, Molzania bisa lebih bebas untuk berbicara.
Maka dari itu Molzania harus menstabilkan emosi dan selalu berfikir positif agar emosinya tidak terganggu.
Selain itu, Molzania juga harus sering-sering tampil dan berbicara di depan umum. Bertemu dengan orang banyak. Sehingga perasaan gugupnya bisa diminimalisir. Yah, walaupun tidak bisa dihilangkan sepenuhnya.
Pejuang Ensefalitis Kalian Tidak Sendiri
Kalau kalian punya pengalaman yang sama baik diri sendiri maupun orang lain, jangan sungkan untuk berbagi. Mari kita berbagi kisah positif penuh motivasi tentang ensefalitis survivor.
Semisal apa dampak ensefalitis bagi hidup kalian, apa yang telah kalian laluin dan pengobatan yang kalian jalani.
Di luar negeri, sudah lumayan banyak komunitas para penyintas ensefalitis. Mudah ditemukan lewat sosial media. Salah satunya bernama The Enscephalitis Society.
Molzania senang sekali menemukan grup tersebut. Melalui grup facebook itu, Molzania dapat berkenalan dengan sesama pejuang ensefalitis atau encephalitis survivor dari seluruh dunia.
Waktu beranjak remaja, Molzania sempat merasa sedih. Diantara berjuta orang di luar sana, hanya Molzania satu-satunya yang mengalami ini. Tentu saja sebagai manusia biasa, Molzania kerap merasa putus asa.
Tapi ternyata setelah dewasa, Molzania menemukan komunitas ensefalitis tersebut. Di sana Molzania dapat membaca berbagai pengalaman orang-orang sesama pejuang ensefalitis. Kami saling menguatkan dan berbagi semangat positif.
Di Indonesia belum ada sama sekali komunitas seperti ini. Tidak seperti penyakit lainnya. Misalnya cancer survivor. Mudah-mudahan suatu saat nanti bisa tersedia.
Nah itulah pengalaman Molzania sebagai ensefalitis survivor. Intinya ensefalitis itu bisa disembuhkan.
Meskipun ada kasus komplikasi yang menyertainya, tapi bila diusahakan Insha Allah bisa mendekati normal 100 persen.
Semangat terus untuk sobat bubblelatte yang memiliki pengalaman sama seperti Molzania. Salam sehat!
Semangat molza ❤ anakku kena virus cmv ,skrg baru berusia 2,5 th, tp belum bisa diajak berkomunikasi, sempat dikira autis, tp trnyata dia ada infeksi otak karena virus itu. Saat ini sedang menjalani terapi. Hihi maaf ikutan curhat ☺
iyaa, semangat juga untuk mom dan anaknya. mudah-mudahan segera sembuh ya. ^^
Hai Molza.. semoga postingan ini membawa informasi baru utk orangtua/saudara yg sedang googling mencari informasi mengenai penyakit ini ya.. dan semoga kondisi kesehatan kamu semakin baik. aamin YRa
iyaaa makasih atas doanya mbakk 🙂
hampir sama cerita nya dengan anak saya (6th).
Masuk RS Harapan Kita bulan September -Oktober 2019. Saat ini masih terapi Fisio & Terapi Wicara. Belum ingat dna belum bicara lagi. Tetap Semangat & Tetap berharap keajaiban.
syafahallahh.. 🙁 insha Allah bisa sembuh.. 🙂
Ya Allah, merinding bacanya say alhamdulillah berhasil sembuh dan sehat…stay healthy dan happy ya dear…
makasih mbakk hehe