2,897 Views
PENGALAMAN SEMBUH DARI PENYAKIT RADANG OTAK ENSEFALITISWell, untuk sobat yang belum pernah bertemu dengan Molzania sama sekali,  Sebenarnya Molzania punya kisah yang belum pernah diceritakan di blog ini.
 
Anyway, sejujurnya Molzania juga bertanya-tanya mengingat di Google pun belum ada satupun artikel yang membahas tentang pengalaman orang yang pernah sakit ensefalitis atau radang otak. Di sini Molzania tidak ingin membahas mengenai apa itu penyakit radang otak dan bagaimana ciri-cirinya. 
 
penyakit radang otak ensefalitis
 
Molzania hanya akan fokus tentang pengalaman Molzania melawan penyakit ensefalitis yang dulu pernah singgah. Perjuangan Molzania untuk dapat sembuh dari penyakit radang otak.
 
Disini harap bedakan antara penyakit meningitis dan ensefalitis. Keduanya sama sekali berbeda meskipun sama-sama menyerang bagian otak.
 
Jika meningitis virusnya menyerang pada lapisan selaput otak, sementara itu ensefalitis virusnya menyerang pada otaknya langsung. Jangan pernah sepelekan penyakit ini, karena keduanya sama-sama MEMATIKAN. 
 
 

Awal Terkena Penyakit Radang Otak (Ensefalitis)

Molzania adalah anak yang normal dan ceria sebelum musibah itu datang. Tidak ada satupun yang mengira kalau ini akan terjadi. Molzania juga memiliki kehidupan keluarga yang normal dan harmonis.
 
Ayah Molzania berkerja sebagai wartawan surat kabar harian, sementara mimi Molzania ibu rumah tangga biasa. Sebelum masuk RS itu, Molzania sedang bersekolah di TK kelas nol kecil.  
 
Molzania balita
 
Jadi sewaktu Molzania dulu berumur 3,5 tahun, Molzania pernah mengalami demam tinggi yang berakhir dengan kejang-kejang dan harus dibawa ke rumah sakit.
 
Kejadian ini berlangsung pada bulan September-Oktober tahun 1995. Untuk meredakan kejang, suster mengambil langkah untuk menyuntik paha kanan Molzania dengan obat. Namun keadaan malah makin memburuk.
 
 

Alami Koma dan Menginap Berbulan-Bulan di RS

Molzania sempat mengalami koma di RS tersebut. Dokter mendiagnosa Molzania terserang virus ensefalitis. Dulu tidak dijelaskan apa nama virusnya, tapi virus tersebut menyerang pada otak Molzania bagian syaraf keseimbangan.
 
Usai siuman, Molzania saat itu lumpuh total seluruh badan. Tidak ada yang bisa Molzania lakukan kecuali berbaring di ranjang. Kemana-mana harus digendong.
 
Molzania sendiri lupa persisnya seperti apa soalnya ini juga dapet cerita dari orangtua. Mimi Molzania adalah orang yang paling sabar dan telaten mengurus anaknya yang sakit parah. 
 
koma karena ensefalitis
 
Karena tidak ada perubahan berarti, Molzania lantas dibawa ke RS Anak Harapan Kita di Jakarta yang tentunya pada masa itu peralatannya lebih lengkap.
 
Disana Molzania bertemu dengan banyak dokter lalu dimulailah petualangan demi mencari pengobatan. Alhamdulillah dengan ijin Allah swt, Molzania mampu melewati masa kritis. Di RS tersebut pula Molzania melakukan terapi dari NOL.
 
Ya, belajar bicara, duduk, berdiri, berjalan, dan banyak hal lainnya. Saat itu RS Harapan Kita merupakan rumah sakit khusus anak yang memiliki fasilitas lengkap untuk pengobatan penyakit yang menyerang Molzania.
 
Hingga hari ini Molzania masih melakukan terapi terutama untuk latihan keseimbangan. Hanya saja Molzania melakukan terapi sendiri di rumah.
 
 

Menjadi Survivor Ensefalitis

Penyakit ensefalitis itu menimbulkan bekas luka pada otak Molzania. Saat ini agar lebih mandiri dalam hal berjalan Molzania menggunakan walker kaki empat.
 
Bila jarak yang ditempuh cukup jauh, Molzania menggunakan kursi roda karena jalan menggunakan walker itu sangat LAMBAT.
 
Molzania menulis ini cuma pengen sharing aja sih. Tidak perlu disangkutpautkan dengan hal apapun, karena ini murni pengen berbagi saja.
 
Siapa tahu di luar sana, ada yang memiliki pengalaman yang sama yang mungkin mereka sedang down dan keluarganya bingung karena penyakit ini.
 
 
Kalian nggak sendirian, guys. Percayalah tidak ada kata mustahil untuk sembuh. Kita memang sakit secara fisik, tapi kita tidak boleh menyerah begitu saja dengan penyakit. Semua ujian yang dilalui dengan kesabaran akan berbuah manis.

Molzania Alhamdulillah dapat melalui semua fase kehidupan dengan normal. Bersekolah di sekolah umum sejak SD hingga tamat perguruan tinggi.

Dulu memang pernah sempat dibawa ke YPAC. Tapi sama kepala sekolahnya ditolak. Molzania disarankan untuk bersekolah di tempat umum. Tujuannya agar terbiasa bersosialisasi dengan teman-teman non disabilitas. 

Baca Juga:  Eyeware Trip Adventure

Walaupun disabilitas, Molzania tidak pernah bermasalah dengan prestasi akademik. Semua itu berkat dorongan dan bantuan moril materiil dari kedua orangtua dan keluarga besar.

 

Fokus Terapi Seumur Hidup

So, hal yang perlu Molzania lakukan saat ini adalah hanya fokus TERAPI saja agar kaki Molzania kuat walaupun dengan gangguan fisik dan motorik.

terapi fisik seumur hidup

Bila Molzania rajin melakukan terapi, maka kaki Molzania bisa lentur dan tidak kaku saat berjalan. Boleh dibilang Molzania sembuh dari ensefalitis mencapai 80 persen. Tidak sepenuhnya, tapi setidaknya mendekati 100 persen.

Adapun terapi yang Molzania lakukan untuk menguatkan otot-otot kaki. Seperti naik turun tangga, jongkok berdiri, latihan berjalan, dan melakukan gerakan senam ringan. 

 

Dampak Penyakit Radang Otak Ensefalitis

Dampak lain yang Molzania rasakan ialah bila Molzania demam sedikit saja, maka otot-otot di tangan dan kaki ikut kaku. Molzania pun tambah susah untuk berjalan.

Penjelasan ilmiahnya kalau suhu tubuh meninggi secara tidak langsung memiliki pengaruh ke otak.

demam tinggi dapat berpengaruh ke otak

Maka dari itu, Molzania mengusahakan diri untuk tidak demam, apalagi sampai berhari-hari. 

Semakin tinggi demamnya, maka kekakuan ototnya akan semakin menjadi.  Bayangkan dalam keadaan demam dan lemas, tangan dan kaki mendadak kram dan kaku.

Tidak dapat diluruskan sama sekali, tapi berubah posisi jadi bengkok. Bila demamnya mereda, Molzania harus kembali segera terapi untuk memulihkan rasa kram dan kakunya.

 

Terpengaruh Secara Emosional

Akan tetapi kekakuan otot kaki juga terjadi bila melibatkan emosi. Maksudnya bila Molzania secara emosionalnya terganggu, entah itu merasa kelewat senang, sedih, kuatir, galau atau marah, maka kaki Molzania mendadak kaku.

Solusinya ya harus distabilkan dulu emosinya dari dalam diri sendiri baru bisa berjalan dengan normal lagi.

Baca Juga:  Temu Blogger Palembang dengan Kemenkominfo

Makanya jika Molzania diharuskan pergi ke tempat umum, biasanya Molzania akan memilih tempat yang sepi daripada ramai.

Molzania itu kalau diliatin oleh banyak orang, mendadak jadi merasa gugup. Alhasil emosi pun terganggu, dan berimbas pada kaki. Banyak orang yang tidak memahami Molzania, malah suruh Molzania buat cepat-cepat berjalan. 

Terus apa lagi ya? Oh iya, kalau ketemu dengan orang baru atau di depan umum, Molzania bicaranya jadi gagap. Hal itu terjadi kalau Molzania merasa gugup.

Lain halnya ketika bicara dengan orang di rumah atau sudah kenal lama, Molzania bisa lebih bebas untuk berbicara.

Maka dari itu Molzania harus menstabilkan emosi dan selalu berfikir positif agar emosinya tidak terganggu.

Selain itu, Molzania juga harus sering-sering tampil dan berbicara di depan umum. Bertemu dengan orang banyak. Sehingga perasaan gugupnya bisa diminimalisir. Yah, walaupun tidak bisa dihilangkan sepenuhnya.

 

Pejuang Ensefalitis Kalian Tidak Sendiri

Kalau kalian punya pengalaman yang sama baik diri sendiri maupun orang lain, jangan sungkan untuk berbagi. Mari kita berbagi kisah positif penuh motivasi tentang ensefalitis survivor.

Semisal apa dampak ensefalitis bagi hidup kalian, apa yang telah kalian laluin dan pengobatan yang kalian jalani. 

Di luar negeri, sudah lumayan banyak komunitas para penyintas ensefalitis. Mudah ditemukan lewat sosial media. Salah satunya bernama The Enscephalitis Society.

logo the encephalitis society

Molzania senang sekali menemukan grup tersebut. Melalui grup facebook itu, Molzania dapat berkenalan dengan sesama pejuang ensefalitis atau encephalitis survivor dari seluruh dunia.

Waktu beranjak remaja, Molzania sempat merasa sedih. Diantara berjuta orang di luar sana, hanya Molzania satu-satunya yang mengalami ini. Tentu saja sebagai manusia biasa, Molzania kerap merasa putus asa.

Tapi ternyata setelah dewasa, Molzania menemukan komunitas ensefalitis tersebut. Di sana Molzania dapat membaca berbagai pengalaman orang-orang sesama pejuang ensefalitis. Kami saling menguatkan dan berbagi semangat positif.  

Buku Life After Encephalitis

Di Indonesia belum ada sama sekali komunitas seperti ini. Tidak seperti penyakit lainnya. Misalnya cancer survivor. Mudah-mudahan suatu saat nanti bisa tersedia.  

Nah itulah pengalaman Molzania sebagai ensefalitis survivor. Intinya ensefalitis itu bisa disembuhkan.

Meskipun ada kasus komplikasi yang menyertainya, tapi bila diusahakan Insha Allah bisa mendekati normal 100 persen.

Semangat terus untuk sobat bubblelatte yang memiliki pengalaman sama seperti Molzania. Salam sehat!

Pin It on Pinterest

Share This