Sobat, pernah mendengar kata-kata cacat, difabel dan disabilitas? Suka bingung ya dengan perbedaan diantara ketiganya? Sekilas maknanya terdengar sama. Tapi sebenarnya artinya berbeda loh.
Makna Kata Cacat, Difabel dan Disabilitas Menurut KBBI
Kalau kita merujuk kepada makna menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), maka pengertian kata cacat, difabel dan disabilitas memiliki banyak pengertian.
Berdasarkan KBBI, kata cacat artinya adalah kekurangan yang menyebabkan mutu atau nilainya kurang baik atau kurang sempurna. Kata cacat dengan pengertian seperti ini ditujukan untuk menyebut badan, benda, batin, dan akhlak seseorang.
Pengertian kedua, kata cacat dapat pula berarti lecet, kerusakan atau noda yang menyebabkan sesuatu hal menjadi kurang baik. Sementara itu, kata cacat dapat pula berarti aib, cela atau tidak / kurang sempurna.
Zaman dulu, kata cacat juga dipakai untuk menyebut seseorang yang secara fisik atau mental memiliki kekurangan. Namun sekarang kata “cacat” mengandung kesan kasar dan tidak sopan, bila ditujukan untuk menyebut seseorang.
Maka dari itu, kata cacat pun diubah untuk menyebut benda atau akhlak saja. Untuk orang, saat ini digunakan istilah disabilitas dan difabel. Lantas apa perbedaan diantara keduanya?
Menurut KBBI, difabel merupakan sinonim dari penyandang cacat. Sementara itu, kata disabilitas memiliki beberapa pengertian, yaitu :
- Suatu keadaan yang merusak dan membatasi kemampuan mental dan fisik yang dimiliki seseorang
- Keterbatasan fisik, mental, sensori, dan intelektual dalam jangka waktu lama, sehingga seseorang memiliki hambatan dalam berinteraksi
- Seseorang yang memiliki hambatan secara fisik, mental, sensori dan intelektual dalam berinteraksi dengan lingkungan, yang memiliki jangka waktu lama, dan menyebabkan keterbatasan saat beraktivitas sehari-hari.
Perbedaan Kata Cacat, Difabel dan Disabilitas Menurut WHO
World Health Organization (WHO) sudah tidak lagi menggunakan istilah cacat yang merujuk pada orang. Namun mereka menggantinya dengan istilah Difabel dan Disabilitas.
Difabel berasal dari singkatan Bahasa Inggris “Different Ability” yang artinya memiliki kemampuan berbeda. Maksudnya seseorang yang memiliki kemampuan berbeda dengan orang lain.
Contohnya orang non difabel makan dengan tangan. Sementara itu orang difabel makan dengan kaki. Meskipun menggunakan organ tubuh berbeda, mereka tetap beraktivitas makan. Mereka berdua tetap sama-sama makan, secara mandiri. Pada akhirnya tujuan makan tercapai.
Sementara itu, makna disabilitas menurut WHO kurang lebih sama dengan KBBI. Namun perbedaannya dengan difabel, di dalam disabilitas mengandung makna hambatan dan kesulitan untuk berinteraksi.
Hambatan dan kesulitan yang dihadapi oleh disabilitas dapat terjadi karena kurangnya perhatian dari pemerintah. Pun, termasuk dukungan dari pihak keluarga dan lingkungan.
Karena hal itulah, seorang disabilitas wajib difasilitasi sehingga dia bisa menjadi difabel. Beberapa fasilitas untuk disabilitas, dapat dibaca artikelnya di sini.
Ketika disabilitas sudah mendapat fasilitas, diharapkan dia bisa menjadi mandiri. Meskipun cara mereka untuk mandiri, berbeda dengan kebanyakan orang. Ketika difabel sudah mandiri, maka dia bukan lagi penyandang disabilitas.
Dalam menyikapi perbedaan, tentu saja ada etikanya. Sama bila berhadapan dengan disabilitas dan difabel. Kita tidak bisa sembarangan mengomentari keberagaman orang lain. Karena pada dasarnya, setiap manusia berbeda-beda.
Disabilitas sendiri memiliki banyak jenis dan tingkatan hambatannya. Secara umum, kita mengenal ada lima jenis disabilitas. Pengertian kelima jenis disabilitas dan tingkatannya dapat dibaca di sini.
Apakah Disabilitas Sama dengan Berkebutuhan Khusus?
Jawabannya iya. Karena seorang penyandang disabilitas memiliki kesulitan dalam berinteraksi. Makanya mereka membutuhkan perlakuan khusus dan diberi fasilitas tambahan.
Di Indonesia, kata “berkebutuhan khusus” biasanya merujuk kepada anak-anak. Dalam Bahasa Inggris juga dikenal istilah special needs kids yang artinya anak berkebutuhan khusus (ABK).
Apakah ABK termasuk disabilitas? Jawabannya iya. Untuk itu mereka biasanya diberikan fasilitas penunjang pembelajaran atau pendidikan inklusif.
Misalnya seorang anak yang menderita disleksia, maka dia memiliki hambatan untuk belajar. Untuk itu guru dapat memfasilitasi dengan memberikan pengajaran lewat audio atau video. Sehingga anak tersebut bisa memahami pelajarannya dengan baik.
Kesimpulan
Sekilas terlihat mirip, tapi sebenarnya kata cacat, difabel dan disabilitas itu berbeda loh. Perbedaannya terletak pada makna kata itu sendiri.
Kalau cacat itu sekarang terdengar kasar dan lebih baik diperuntukkan untuk menyebut benda atau tingkah laku seseorang.
Berbeda dengan Difabel dan Disabilitas. Keduanya memang bermakna bagus. Tapi peruntukannya yang berbeda. Penyebutan Difabel untuk kaum disabilitas yang sudah mandiri dan fasilitas publik di negaranya sudah bagus.
Sedangkan penyebutan penyandang disabilitas itu untuk mereka yang masih terhambat fasilitasnya dan belum sepenuhnya dapat mandiri.
Nah itulah perbedaan kata cacat, difabel dan disabilitas yang mesti diketahui. Mudah-mudahan bermanfaat untuk sobat semua. Jika ada pertanyaan lanjutan, silakan tulis di kolom komentar ya.. ^^
Mbaaaaa, aku bener bener baru tau arti kedua kata diatas.. Biasanya hanya mendengar kata dissabilitas tanpa tau arti sebenarnya.. Jadi lebih melek ilmu skrg
wah ternyata itu ya bedanya difabel dan disabilitas. nambah ilmu baru nih diriku baca ini. dan baru tahu kalau sekarang kata cacat juga sudah tidak digunakan lagi ya untuk orang dengan disabilitas
Kata “cacat” memang terdengar kasar banget. Untuk orang-orang yang memiliki kebutuhan khusus memang lebih bagus disebut “difabel” atau “disabilitas”. Terdengar lebih ramah dan sopan.
Semoga di negara kita, fasilitas dan dukungan untuk para disabilitas semakin banyak, ya. Sehingga mereka juga bisa beraktivitas dg mudah.
ohh sekarang jadi tahu nih perbedaannya, dan bagaimana seharusnya menggunakan kata-kata tersebut.
iyah sih ya, kata catat itu kasar banget kedengarannya, makanya harus bisa pandai memilah kata ya sebelum berucap.
semangat sehat selalu ya Kak Moly 🙂