Insha Allah karena tahun ini akan berangkat ke baitullah, beberapa bulan sebelum haji disibukkan dengan banyak sekali urusan. Akhirnya minggu kedua Februari 2020 ini, Molzania mendapatkan pengumuman untuk pemeriksaan kesehatan.
Periksa kesehatan hal yang wajib dilakukan bagi Calon Jamaah Haji (CJH). Baik yang non disabilitas maupun disabilitas. Rencananya akan dilakukan tiga tahap. Nah kemarin tanggal 11-12 Februari sudah berlangsung tahap pertama.
Molzania di sini akan berbagi pengalaman periksa kesehatan haji sebagai jamaah disabilitas. Yap, rencananya selama di Makkah dan Madinah nanti Molzania akan membawa berbagai peralatan tempur untuk berjalan. Maksudnya Molzania bakal menggunakan kursi roda dan walker sekaligus.
Pada pemeriksaan kesehatan tahap pertama ini berlangsung selama dua hari. Hari pertama tesnya berlangsung di puskesmas. Sementara itu keesokan harinya dilakukan tes kebugaran fisik. Hasil pemeriksaan tahap I akan digunakan sebagai pelengkap berkas untuk keperluan pelunasan.
Jadi boleh dibilang pemeriksaan awal ini menentukan perjalanan kita selanjutnya. Sebagai peserta disabilitas yang juga mengalami keluhan kesehatan (baca: hipertensi), Molzania tentu merasa khawatir. Kecemasan itu semakin membesar seiring waktu mendekat.
Takut nggak lulus gitu loh. Ternyata memang menimbulkan sedikit masalah di kemudian hari. Sewaktu melakukan pemeriksaan kesehatan kemarin. 🙁
Semua Bisa Berangkat Haji
Molzania disuruh oleh orang KBIH untuk ke puskesmas pagi-pagi. Pukul delapan puskesmas telah buka untuk pemeriksaan. Molzania mengunjungi puskesmas Pembina di daerah Plaju, Palembang. Dari rumah perjalanan ke sana kira-kira 30 menit.
Sesampai di sana wah udah rame banget dong yang datang. Kebanyakan sih sesama jamaah dari KBIH Molzania juga. Ada juga beberapa yang mengambil haji mandiri. Haji lewat jalur mandiri ini maksudnya mereka mengurusi semuanya tanpa melalui KBIH. Strong banget ya mereka..
Hal yang bikin lama tuh sebenernya menunggu antriannya yang memang panjang mengular. Pertama kan prosesnya itu pendaftaran dulu. Kita ngambil nomor antrian untuk pendaftaran. Giliran Molzania tuh nomor 18. Itu lamaaa banget baru kepanggil.
Satu nomor antrian untuk dua orang gitu. Biasa yang pergi haji kan suami istri. Nah itu yang bikin lama. Setelah dipanggil, petugasnya mengisi formulir, terus kita tandatangan ini itu, baru deh dianter ke ruang pemeriksaan.
Pada saat pendaftaran, Molzania diberitahu kalau nanti bakalan diambil darah. Langsung deh mendadak gugup. Soalnya Molzania paling takut sama jarum suntik. Padahal rasa cemas itu bisa mengganggu pemeriksaan. Wahh.. gimana dong. Hikz.
Pemeriksaannya sendiri nggak macem-macem sih. Kita disuruh ukur berat dan tinggi badan. Setelahnya dokter mengukur tensi kita, sembari diwawancarai. Ditanya-tanya tentang riwayat penyakit kita dan keluarga. Lengkaplah.
Saran Molzania sih untuk wawancara, kita kasih tau aja semuanya. Jangan ada yang ditutup-tutupi. Kalo kita menderita penyakit asma, atau ayah ibu kita ada yang menderita hipertensi, lebih baik ceritakan semuanya sama dokter.
Ada satu momen yang membuat Molzania terharu. Saat diperiksa kemarin itu, dokter yang bertugas berulangkali menyatakan kalau “Seseorang tidak akan dihalangi untuk berangkat ke tanah suci karena fisik atau penyakit tertentu”. Jadi itu sebuah penegasan kalau semua orang bisa berangkat haji nggak perlu takut nggak lolos pemeriksaan kesehatan. Sungguh mulia bu Dokternya..
Setelah pemeriksaan fisik, lanjut ke EKG. EKG itu singkatan dari elektrokardiogram alias rekam jantung. Prosesnya mirip kaya’ pemeriksaan USG, tapi bedanya yang diperiksa jantung bukan perut. Kita disuruh berbaring, terus dipasangi alat-alat kecil di seluruh tubuh.
Wah saat pemeriksaan EKG itu Molzania parno bukan main. Takut setengah mati. Soalnya alat EKG ini bentuknya serem banget. Jadi inget adegan disetrum di film-film horror. Tubuh Molzania sampe keringet dingin. Berulangkali salawat dan istighfar tetep aja gak mempan.
Dokter yang memeriksa sampe bilang kalau jantung Molzania kondisinya jelek saat itu. Bisa dipastikan Molzania gagal lolos tes EKG. Bahkan rencananya mau dirujuk ke dokter ahli jantung pula. Semuanya akibat perasaan cemas dan takut berlebihan tersebut pas pemeriksaan EKG. Hikz..
Yah, mau gimana lagi. Namanya juga orang ketakutan. Molzania cuma bisa pasrah kalau beneran mau dirujuk nanti. Ternyata nggak sampai disitu penderitaan Molzania. Sesudahnya Molzania disuruh cek urine. Tapi batal karena WCnya kurang ramah disabled. Jadi Molzania kesulitan buat ke WC.
Setelah cek urinenya batal, lanjut ke bagian yang membuat tegang. Apalagi kalau bukan periksa darah. Molzania dari awal kan udah gugup pake banget. Mana jarum suntiknya panjang banget pula. Kebayang tuh jarum nusuk. Duh.. pasti sakit.
Molzania yang udah ketakutan liat jarum, akhirnya meminta untuk ditusuk pake suntikan yang biasa buat anak-anak. Jadi bentuk alatnya tuh kaya pena, ngeluarin jarumnya mesti dipencet tombolnya dari atas. Alhamdulillah-lah nggak seserem jarum suntik dewasa.
Menggunakan alat ini tuh, prosesnya cukup beberapa detik. Nggak mesti disedot darahnya. Cukup ditusuk sedikit doang di jari. Sesudahnya darah pun diambil untuk diperiksa di laboratorium. Saat itu Molzania tanya mau periksa apa saja? Dijawab oleh susternya, bakal diperiksa untuk hb, kolesterol, gula darah dan golongan darah.
Tapi tetep aja sakit. Molzania beneran nangis loh pas sesudah tes darah itu. Lukanya biarpun kecil, tetep berasa perihnya. Begitu selesai ambil darah, Molzania diberitahu mama kalau minggu depan siap-siap untuk periksa kesehatan tahap dua vaksin meningitis. Which is bakal berhubungan sama jarum lagi. Duh..
Duduk Manis saat Tes Kebugaran Fisik
Keesokan harinya tibalah saat untuk melakukan tes kebugaran fisik. Di Kota Palembang, tes tersebut dilangsungkan di area Kambang Iwak Family Park (KIF Park). Pagi-pagi sekitar pukul setengah delapan sudah harus berada di sana.
Kebanyakan para jamaah berusia lansia. Diatas 60 tahun, sepasang sepasang sama suami atau istri masing-masing. Ada yang membawa cucu yang masih berusia balita. Cucunya rewel sehingga neneknya kerepotan mendiamkannya. Ada yang dianter anak perempuannya. Ada juga sih yang masih muda, umur dua puluh tahunan, yang ikut berhaji sama ayah ibu.
Begitu petugas medisnya datang, jamaah yang ikutan tes langsung berbaris rapi. Mereka masing-masing menunggu giliran untuk diperiksa tekanan darahnya. Molzania juga ikut tes tersebut. Hasil pemeriksaan tensinya normal. Alhamdulillah..
Lalu mereka yang non disabilitas diminta untuk memasang nomor urut dan diatur berkelompok. Satu kelompok terdiri dari sepuluh orang. Sisanya harus menunggu hingga kelompok yang pertama selesai. Kelompok yang mendapat giliran diminta mengelilingi area Kambang Iwak sejauh 1,2 KM.
Boleh berlari, tapi kebanyakan para lansia memilih untuk berjalan santai biasa. Kondisi fisik mereka tentu tidak memungkinkan. Ohya, sebelum berkeliling, mereka diminta senam dulu. Supaya otot-otot tidak kram.
Bagi mereka yang disabilitas seperti Molzania, ataupun yang berpenyakit jantung, diperbolehkan untuk tidak ikut keliling lapangan. Molzania sih bersyukur banget ada kebijakan seperti itu. Kemarin-kemarin udah khawatir aja bakal disuruh berjalan jauh berkilo-kilo meter.
Pada tes kebugaran tahap pertama kali ini, Molzania hanya duduk manis saja. Melihat para lansia yang tetap ceria mengikuti tes kebugaran fisik memotivasi Molzania. Mereka yang lansia aja masih semangat, yang muda jangan mau kalah dong.
Rata-rata berkeliling 1,2 km itu memakan waktu sekitar 30 menit. Aturannya sih mesti berlari. Tapi petugas medis sepertinya memaklumi. Sesudah berkeliling, banyak diantara para lansia yang mengeluh kakinya sakit. Apa ya nama penyakitnya? Encok! Hihii..
Molzania sih cuma ketawa ketiwi aja melihatnya (gak ada empati-empatinya, kamu Mol!). Membayangkan diri sendiri bila sudah tua pasti punya banyak keluhan penyakit. Tapi mereka semua hebat. Demi bisa mengunjungi Baitullah, mereka rela berpeluh ria. Semangat Mol, dan sesama jamaah CJH lain, mohon doakan bisa melewati pemeriksaan tahap kedua. 😀
bermanfaat nian informasinya kak
habis ini ditunggu gimana persiapan fisik buat yang mau berangkat haji bagi yang bukan disabilitas
aku masih antre 12 tahun lagi nah
Masya Allah, kalo sudah punya rejeki dan siap pergi, apalagi yang ditunggu ya mbak. Menyegerakan untuk naik Haji itu tiada tanding dengan menumpuk harta berlimpah. Semoga diberi kelancaran ya mbak molzania 😀
Emang seharusnya ibadah nggak bisa dihalangin oleh apapun ya. Prosedur yang berguna banget buat teman-teman kita yang lain. Terima kasih sudah kasih informasi yang berharga.
iyaa.. yang bikin takut kalo molly sih rasa sakitnya itu hehe.. ternyata nggak terlalu sakit kok.. hwhee.
makasih atas doanya ya lim