4,650 Views

Tak terasa tahun 2019 baru saja tiba. Awal tahun ini Molzania sangat excited dan juga bersemangat. Meskipun ada suatu kekecewaan, karena kemarin sempat salah menerka. Dikira bakal berangkat tahun ini. Tak tahunya setelah dicek ulang di Kemenag, tahun keberangkatan hajinya 2020. Hashtag popular #2019NaikHaji pun urung disebarluaskan. :’)

Berangkat haji di Indonesia jadi salah satu momen perjalanan hidup yang paling spesial dan ditunggu-tunggu. Bagaimana tidak dari segi biaya saja, melakukan perjalanan haji sudah luar biasa. Memakan biaya yang tidak sedikit. Sudah gitu antian hajinya lama pula. Menunggunya bikin capek plus deg-degan. Padahal ibadah haji merupakan ibadah yang paling dirindukan oleh orang Islam.

Siapa disini yang tidak rindu bertemu langsung dengan rumah Allah alias ka’bah? Atau melihat makam Rasulullah dan para sahabat? Molzania rasa semua orang Islam pasti ingin pergi ke baitullah. Terlebih Molzania sendiri juga seorang disabled. Untuk sehari-hari diharuskan menggunakan kursi roda selama berada di sana.

Pastilah momen haji tahun depan jadi makin rempong, terutama bagi kedua orangtua Molzania. Iya, rencananya kami sekeluarga 4 orang akan berangkat barengan. Persiapannya sendiri sudah dimulai dilakukan sejak bertahun-tahun lalu. Tepatnya tahun 2012 daftar haji, baru dapat untuk tahun depan jatahnya. Tahu sendirilah antrian haji di Indonesia, konon udah sampai 2053.

Persiapan Mental dan Fisik

Bagi seorang disabled tuna daksa, berangkat haji membutuhkan kekuatan fisik dan mental yang mumpuni. Molzania sempat bertanya pada grup backpacker mengenai kondisi di kota Makkah dan Madinah sendiri. Mereka banyak yang menginformasikan bahwa di sana saat ini Alhamdulillah telah disediakan oleh pemerintahnya terkait fasilitas disabilitas.

Baca Juga:  My Mom Got "ALLAH" In Her Hand

Ada cukup banyak tempat peminjaman kursi roda baik yang listrik dan manual di sekitar Masjidil Haram. Jumlah kursi roda yang disediakan pun banyak. Tapi masalahnya kalau haji sendiri akan banyak sekali jamaah. Jutaan. Peminjamnya pun banyak dan sudah pasti rebutan. Nah untuk mengantisipasinya sebaiknya bawa kursi roda sendiri dari tanah air.

Hal berikutnya yang tak kalah penting ialah mempersiapkan fisik dan mental pendamping. Selama disana nanti, Molzania bakalan ditemani mahrom yang tak lain ayah dan adik kandung sendiri yang berbadan sehat. Dari sejumlah perbincangan Molzania di grup backpacker tersebut, diperoleh kesimpulan kalau kita harus mandiri. Ada yang mengatakan kalau jumlah petugas hajinya sedikit di sana. Solusinya kita bisa minta bantuan mukimin-orang Indonesia yang tinggal di Makkah/Madinah, atau pendamping KBIH-nya. JADI GABUNG KBIH ITU WAJIB, INTINYA.

Selanjutnya untuk menambah semangat, kita banyakinlah do’a kepada Allah SWT. Itu sih wajib dan paling utama sih. Konon setiap doa kita dikabulkan Allah SWT. Niat sudah baik ingin beribadah ke tanah suci. Mudah-mudahan Allah SWT berkenan mengabulkan do’a kita.

Perlengkapan Haji

Sudah jauh-jauh hari Molzania menyicil perlengkapan untuk haji nanti. Diperkirakan tahun depan pelaksanaan ibadah haji jatuh pada musim panas. Hal yang dibutuhkan diantaranya ialah busana syar’i yang berbahan adem, agar tidak kegerahan. Pilih warna yang tidak mencolok, seperti hitam atau putih.


Skincare yang perlu dipersiapkan saat berangkat haji terutama untuk kulit kering. Disana daerahnya panas kan ya? Makanya butuh banget tabir surya dan lotion untuk kulit kering. Pelembab bibir juga nggak kalah penting. Soalnya pengalaman mama kemarin itu udara di Arab cenderung bikin bibir jadi retak-retak. So, Molzania udah berusaha menyicil satu demi satu skincare yang digunakan saat berhaji nanti.

Persiapan Biaya

Bila kalian seorang disabled tuna daksa, maka banyak yang menyarankan untuk memilih transportasi taxi untuk berpergian. Alasannya bus yang tersedia, masih tidak ramah disabled. Untuk mencapai bus, kita harus naik tangga. Bagi disabled hal tersebut akan menyulitkan. Naik taxi berarti akan ada tambahan cost alias biaya. Sebagai perbandingan untuk transportasi dari penginapan ke Makkah berjarak 2 km, biayanya hanya 10 riyal. Kira-kira Rp. 40.000 sekali jalan. Kalau kita bolak-balik 2x selama 40 hari, diperkirakan biayanya sekitar Rp. 3.200.000. Lumayan juga, ya?

Hal kedua adalah kegiatan tawaf dan sa’i, biayanya minimal sekitar 200 Riyal alias Rp. 750.000 untuk sekali jalan. Ini bisa kita hilangkan jika kita membawa pendamping yang membantu untuk mendorong kursi roda sendiri. Molzania disarankan untuk didorong sama mukimin yang tinggal di sana. Jadi bisa lebih hemat. Terus apa lagi ya antisipasi biaya tambahan haji bagi penyandang disabilitas? Sementara sih itu saja dulu. 

Manasik Haji

Manasik haji bertujuan untuk mempelajari tata cara melakukan ibadah haji jauh hari sebelum pelaksanaannya. Ini yang sedang Molzania tunggu-tunggu. Kalau tak ada halangan mungkin akhir tahun ini akan melakukan manasik hajinya. Ya Allah deg-degan banget. Momen ini sebenarnya sudah Molzania tunggu sejak berjuta tahun lalu. Akhirnya sebentar lagi akan kesampaian juga. Nanti akan Molzania tulis deh di blog pengalamannya. ^^

Pin It on Pinterest

Share This