1,789 Views

Dunia Kpopers beberapa hari ini sedang gempar. Sinetron terbaru milik RCTI berjudul, “Kau yang Berasal dari Bintang” yang diperankan oleh Nikita Willy dan Morgan Oey mendapat sorotan tajam. Pihak Sinemart dituduh melakukan plagiarisme dengan melakukan pelanggaran hak cipta tanpa ijin atas sinetron tersebut.

Diduga sinetron tersebut menjiplak mentah-mentah sebuah drama terkenal asal negeri ginseng, Korea, berjudul “You Who Came From The Stars” yang diperankan oleh Kim Soo Hyun dan Jun Ji Hyun. Bahkan dikabarkan pihak stasiun Korea yang mendapat ijin resmi atas penayangan drama itu pertama kali, berencana untuk menggugat pihak RCTI.
Tentunya kasus tersebut mendapat perhatian dari para netizen. Tidak hanya dari Indonesia, bahkan netizen dari seluruh dunia angkat bicara. Hampir seluruhnya setuju sinetron tersebut melakukan plagiarisme terang-terangan tanpa ijin. Selentingan kabar yang menyatakan bahwa Pihak Sinemart sudah mengantongi ijin resmi dibantah oleh pihak SBS sendiri.
Kasus Plagiarisme khusunya di dunia persinetronan bukanlah hal yang baru di dunia persinetronan Indonesia. Beberapa sinetron diduga melakukan plagiarisme atas sejumlah sinetron yang sedang booming di luar negeri. Beberapa adegan atau bahkan jalan cerita yang sama persis. Tapi untuk kasus terbaru ini sangat berbeda, You Who Come From The Star dan Kau yang Berasal dari Bintang dibuat sama persis. Bahkan dilihat dari judul saja keduanya memiliki kesamaan arti.
Bercermin dari kasus diatas, ini membuktikan bahwa kualitas perfilman televisi di negeri ini sudah amat sangat buruk. Semuanya dilakukan serba money oriented dan asal-asalan. Kreativitas bukan hal utama dalam pembuatan sinetron. Meski ada beberapa yang “different”, tapi kesemuanya memiliki satu kesamaan; Episode yang banyak ditambah jalan cerita yang berbelit-belit.
Jika satu saja sinetron terbaru menarik banyak penggemar, maka sinetron tersebut akan dibuat sebanyak mungkin sehingga jalan cerita yang ada jadi terkesan ngawur dan berlebihan. Dibikin sepanjang mungkin, bahkan sangat mungkin hingga ribuan episode, akhirnya penonton merasa jenuh dan bosan hingga rating turun, barulah sinetron tersebut dihentikan. Ending yang dibuat juga tidak berkualitas dan terburu-buru, hingga cenderung dipaksakan.
Rekor sinetron terpanjang Indonesia diduduki Tersanjung, yang ceritanya sudah beranak pinak dan konflik cerita yang bikin ilfeel. Belum lagi Cinta Fitri yang ujung-ujungnya setipe dengan sinetron yang sudah-sudah, bahkan lebih membosankan lagi. Padahal pas awal penayangannya, menurutku ceritanya sudah cukup baik.
Kondisi ini membuat Molzania prihatin. Korea besar seperti sekarang karena mereka mengutamakan kualitas dan bukan kuantitas. Rata-rata drama Korea berlangsung 15-20 episede. Beberapa diantaranya memang dibuat berseri, contohnya saja Dream High dan Bread Love and Dream. Tapi semua series drama korea tersebut mudah dicerna dan diserap oleh penonton.
Sampai saat ini, drama korea terpanjang yang pernah kutonton hanyalah Temptation Of Wife yang mencapai 129 episode. Semua episodenya seru dan menegangkan, meski jalan ceritanya terkesan muter-muter. Bahkan saking ngefansnya Molzania sampai membuat fanfiction ending disini.
Ya, cuma itu. Bayangkan dengan sinetron negeri ini yang panjangnya bahkan bertahun-tahun dengan ide cerita yang monoton. That’s why I hate Indonesian dramas. Sejak SMU, aku tak pernah lagi nonton sinetron apapum. Sinetron yang terakhir kutonton full itu berjudul Cinta Fitri, itu pun cuma season 1.
Kualitas sinetron Indonesia dewasa ini sungguh amat sangat berbeda di waktu aku masih kecil. Di tahun 90an kita mengenal sinetron Si Doel Anak Sekolahan atau Keluarga Cemara yang bisa jadi rekomendasi sinetron berkualitas dengan banyak episode. Bahkan aku sempat tergila-gila dengan sinetron anak bertema scifi-islami “Lorong Waktu” yang hanya muncul setahun sekali pas Ramadhan di SCTV. Atau sinetron milik Alyssa Soebandono yang berperan sebagai anak kembar berjudul Bayangan Adinda. Semunya berkualitas, dan tidak bertele-tele seperti sekarang.
Miris melihat para produser sinetron negeri ini yang tidak seberkualitas dulu. Malah dari tahun ke tahun mengalami kemunduran, bukan kemajuan. Molzania kepingin menangis, bersimpati dan berempati terhadap dunia perfilman Indonesia. Sungguh bertolak belakang dengan kepribadian orang Indonesia yang mengutamakan kreativitas dan kemurnian ide.Semoga dengan adanya kasus ini, pihak entertainment selaku pembuat sinetron bisa menggunakan otaknya untuk berpikir dalam mengeluarkan ide-ide yang kreatif untuk dibuat sinetron, sehingga pelan-pelan sinetron kita berubah menjadi lebih berkualitas.
Baca Juga:  Ending Cruel Temptation---Fan Fiction (Molzania Version)

Sudah selayaknya sehubungan dengan merebaknya kasus ini ke dunia internasional, pihak RCTI ataupun pihak Sinemart memohon maaf atas penayangan sinetron serta berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama secara internasional. Tak lupa menyelesaikan urusan ijin maupun denda kepada pihak SBS dan HB Entertaiment. Kiranya pihak SBS mau berbesar hati menerima permohonan maaf dan tidak memperpanjang kasus ini.

Kita tunggu saja… !!!

Pin It on Pinterest

Share This