RESENSI BUKU THE ORIGIN OF SH!TTY GENERATION – Sedang mencari bacaan ringan nan menghibur? Molzania sarankan untuk membaca buku The Origin of Sh!tty Generation. Buku ini ditulis oleh dua orang perempuan yang menamakan diri mereka Milennialsshit. Mereka adalah Yanki Hadiat dan Kirana Phadmihapsari. Sesuai nama pena penulisnya, buku ini kebanyakan mengupas tentang milenial dan gaya hidupnya.
Awalnya Molzania berpikir buku ini agak jorok isinya. Maklum dari judulnya aja udah mencantumkan kata-kata yang terbilang vulgar dalam Bahasa Inggris. Kalian tahulah kata “Sh*t” dalam Bahasa Inggris artinya apaan? Meski itu jadi kayak kata slang yang lumayan populer abad ini, tetapi tetap saja Molzania merasa agak gimana gitu. Teringat ucapan-ucapan para gamers di Youtube yang bikin elus-elus dada.
Ternyata setelah Molzania pikir-pikir. Mungkin penamaan ini nggak sepenuhnya vulgar. Dibuat seolah-olah seperti itu, tapi arti sebenarnya itu merujuk pada kata HIT. Jadi MilennialssHit sama dengan Milennialss yang Hit. Bener begitu nggak sih? Entahlah. Ini kan cuma asumsi Molzania belaka saat membaca judul bukunya. By the way, Molzania membaca buku ini dalam versi e-book yang ada di Gramedia Digital.
RESENSI BUKU THE ORIGIN OF SH!TTY GENERATION : Ngomongin Kelakuan Ajaib Para Milennials
Sesuai dengan judul bukunya, buku ini membahas tentang kelakuan dan gaya hidup anak milennial. Ngomongin soal milennial, tahu nggak sih apa yang dimaksud dengan anak milennial? Selama ini banyak yang salah kaprah tentang penyebutan milenial. Menurut buku ini, milenial itu mereka yang lahir antara tahun 1979-2000. Nah kalau sobat termasuk yang lahir diantara rentang tahun segitu, artinya sobat termasuk yang dibahas dalam buku ini.
Memang banyak yang bingung dengan penyebutan milenial ini. Ada yang menyebut milenial itu bocah yang lahir dii atas tahun 2000. Mereka yang lahir di bawah tahun 1990 menganggap diri sudah terlalu tua. Padahal sih milenial ya yang lahir antara tahun 1979-2000 itu. Generasi sebelum milenial disebut generasi X. Sementara generasi yang lahir setelahnya dinamakan generasi Z. Untuk yang satu ini Molzania setuju, sih.
Menurut Molzania pribadi, buku The Origin of Sh!tty Generation kekinian banget. Di dalamnya nggak hanya berupa teks, tetapi juga dilengkapi ilustrasi-ilustrasi yang berwarna cerah ceria. Mirip banget kan dengan gaya hidup anak muda milenial yang umumnya juga penuh dengan semangat. Mungkin hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pekerjaan penulisnya yang milenial sekali. Maklum keduanya sama-sama bekerja sebagai copywriter di Bandung.
Selama ini apa yang dianggap sebagai ciri khasnya kaum milenial, digambarkan secara blak-blakan di buku ini. Pembawaan berceritanya kocak, jadi bikin senyum-senyum sendiri. Sebagai seorang milenial, Molzania sedikit merasa tertampar dengan isi bukunya. Sedikit merenungi kelakuan diri sendiri yang ternyata lumayan aneh juga. Kita kaum milenial itu sudah terbiasa sama gadget. Berbeda banget dengan generasi-generasi yang sebelumnya.
Generasi Milenial Bikin Pusing Generasi Sebelumnya
Generasi milenial bisa dibilang sebagai generasi yang digital native. Sama kayak generasi Z dan setelahnya. Kita sudah terbiasa menggunakan teknologi. Mampu beradaptasi dengan cepat bila ada teknologi baru. Nah, ini nggak jarang bikin geleng-geleng generasi-generasi sebelumnya. Akibatnya banyak sekali sindiran yang tak enak untuk kaum milenial ini.
Milenial disebut pemalas. Milenial kaum rebahan. Milenial yang boros. Generasi micin, bucin, you name it-lah. Padahal sih sebenernya nggak gitu juga, sih. Kita kaum milenial orang yang aktif dan kreatif. Dengan menguasai teknologi, bikin pekerjaan kita santuy dan cepat selesai. Nah sesudahnya boleh dong kita refreshing. Kita juga menabung, kok. Sekarang kan udah ada pilihan reksadana, saham, dan investasi dalam bentuk digital. Wkwk..
Apa-apa yang diceritakan di buku ini relate banget sama kehidupan sehari-hari. Kalau generasi X dan boomers menyindir kaum milenial. Nah milenial ini banyak yang menganggap generasi sebelumnya payah. Hanya gara-gara mereka lamban menguasai teknologi. Contohnya aja nih di rumah, dikit-dikit ayah dan mimi Molzania minta ajarin maen gadget. Padahal sih gadget Android kan gitu-gitu aja UI-nya yaah dari dulu. Ha ha..
Sindir menyindir kayak gini yang bikin kita justru nggak maju-maju. Harusnya semua saling membantu dan memahami satu sama lain. Bisa saling belajar juga. Perdamaian bikin dunia jadi indah, kan? Oh ya selain membahas kaum milenial, buku ini juga membahas beberapa penggolongan lain untuk kaum milenial. Sebut saja Hipster, Yuccies, dan Henrys. Pingin tahu apa itu? Baca dulu dong.
Belajar Kreatif Tentang Dunia Milennial dari Buku
Untuk sobat yang saat ini sedang bekerja di industri kreatif, Molzania sarankan untuk sering-sering baca buku kayak gini. Lewat buku ini, kita akan mendapat banyak insight yang bagus nan kreatif seputar dunia milenial. Sebagai seorang blogger, Molzania bisa belajar banyak perbendaharaan kata yang kekinian. Buku ini cocok banget untuk sobat yang kepingin lebih banyak tahu soal dunia milenial dan seluk beluknya.
Buku ini tidak terlalu panjang isinya. Hanya 160-an halaman. Dapat dibaca dalam sekali duduk. Namun dijamin isinya akan sangat menghibur kita. Kekurangannya mungkin istilah milenial yang digambarkan dalam buku ini merujuk pada masyarakat perkotaan saja. Milenial kekinian yang memang hidupnya di kota dengan segala gaya hidupnya yang kerap jadi sorotan.
Biarpun demikian Molzania menyukai kesimpulan yang ada di buku ini. Bagaimanapun, milenial tetaplah seorang manusia biasa. Punya kekurangan dan kelebihan. Tidak bisa disamaratakan satu sama lain. Toh setiap individu pasti berbeda. Maka dari itu, mumpung belum menua, milenial harus tetap semangat dan pantang menyerah!!
Profil Buku :
Judul : On The Origin of Sh!tty Generation
Penulis : Milennialsshit
Editor : Aprillia Wirahmah
Penerbit : Buana Sastra – Kelompok Gramedia
Tahun Terbit : 2021
Jumlah Halaman : 164 halaman
Cetakan : Edisi Digital, 2021
Jadi penasaran sih mau baca bukunya mba. Aku udh tahu buku ini sebenernya, tapi kirain isinya biasanya. Blm sempet baca blurb juga. Apalagi aku termasuk dalam range anak milenial kalo dr tahun kelahiran :D. Jadi pasti bisa relate Ama cerita2 di dalam.
Nah aku setuju, kalo semua generasi seharusnya memang saling support, saling ngajarin. Jangan malah ngeremehin. Aku sama anakku yg 9 THN, lebih jago dia utak2 gadget dan aplikasi. Tapi aku ga malu mau belajar. Dan untungnya dia juga tipe yg seneng ngajarin :D.
ayo mbak ikutan giveawaynya 🙂
1. Pithecorporat Slavikus (budak korporat)
2. Pithestartupus Slavikus (cah-cah startup)
3. Pi-K-Pop-Armius (pasukan K-Pop garis keras)
4. Pithecanhypebeast Javanicus (anak hypebeast ber-branded mahal dari ujung rambut sampai ujung kaki)
5. Sapiens (pecinta alam, penikmat senja sambil dengerin lagu indie dan duta iklim ala Greenpeace)
Membaca resensi buku ini, aku paling suka insight mengenai kaum milenial di bidang kreatif.
Btw, makasih udah adain GA. Semoga aku menang dan dapet booksleeve untuk melindungi buku yang aku bawa bepergian. Akun IG: @rezditta