REVIEW PETUALANGAN SHERINA – Film anak versi dewasa. Itulah mungkin kesimpulan yang tepat untuk film Petualangan Sherina 2.
Ditayangkan perdana di bioskop tanggal 28 September 2023. Saat ini sedang tayang di bioskop seluruh Indonesia. Film ini sukses merebut hati dan sedang hits banget.
Hampir setengah abad berlalu sejak film perdananya, film ini jadi semacam nostalgia masa kecil bagi generasi milenial.
Sinopsis Film Petualangan Sherina 2
Sherina di masa dewasanya bekerja sebagai reporter handal. Meskipun demikian, dia masih suka menyanyi dan menari.
Suatu hari, dia ditugaskan untuk meliput di Davos, Swiss. Tapi tidak jadi. Oleh atasannya, dia malah dialihtugaskan untuk meliput tentang perlindungan orangutan di kalimantan.
Tentu saja, Sherina kaget dan sedih, dong. Tapi setelah curhat sama orang tuanya, Sherina akhirnya setuju pergi ke sana.
Tak disangka, di belantara hutan dia malah bertemu Sadam. Teman masa kecilnya dulu. Ternyata Sadam bertugas sebagai ketua lembaga konservasi orangutan di sana.
Mereka pun nostalgia bersama. Namun kegembiraan itu tak berlangsung lama. Sherina dan Sadam malah terjebak dalam aksi kriminal pencurian bayi orangutan.
Bersama Sindai, sosok anak perempuan pemberani, mereka bersatu untuk menggagalkan para penjahat. Mampukah mereka?
REVIEW Petualangan Sherina 2, Nostalgia Masa Kecil Milenial
Nostalgia merindu. Mungkin itulah yang Molzania rasakan ketika menonton film Petualangan Sherina 2. Dari segi cerita, memang keseluruhannya mengingatkan pada film Petualangan Sherina yang dulu.
Dulu dii film Petualangan Sherina 1, Sherina juga tak ingin pindah ke Bandung. Tetapi kemudian setelah dihibur oleh orangtuanya, dia pun setuju pindah.
Di Bandung, Sherina bertemu musuh baru yaitu Sadam. Meski sempat bermusuhan, keduanya pun jadi teman karena terjebak di hutan Lembang.
Mereka pun berjibaku menghadapi komplotan penjahat penculik Sadam. Utusan dari musuh ayahnya yang seorang pengusaha perkebunan.
Nah cerita di Petualangan Sherina 2 tak berbeda jauh. Hanya saja dikemas versi dewasa saja. Plus adegan romantisme Sherina-Sadam.
Tak bisa dipungkiri, di film ini banyak mengulang adegan-adegan ikonik yang ada di Petualangan Sherina 1. Meskipun beberapa bagian sedikit ada modifikasi, tapi tak menghilangkan unsur kenangannya.
Sherina yang sekarang masih bawa bekal. Sayangnya bukan permen M&M, tetapi diganti wafer Oreo (karena sponsornya Oreo, wkwk). Sadam masih anak mama, walau sekarang sudah tak asma. Sudah lebih jagoan.
Romantisme Pasangan Sherina-Sadam
Sebagai orang dewasa, Sherina dan Sadam memang sedari awal sudah digadang-gadang akan menjadi pasangan. Itu bahkan sudah terlihat sejak kemunculan film pertamanya.
Makanya saat menonton film ini, Molzania sudah nggak heran lagi. Haha.. film Petualangan Sherina 2 ini banyak menampilkan adegan mesra di antara keduanya.
Ada adegan dimana Sherina dan Sadam ciuman di dahi dan hampir berciuman bibir. Jadi sekilas kayak film Korea, gak sih? Haha… namun sepertinya kurang pas untuk para bocil.
Sisi romantisme pasangan ini membangkitkan jiwa shipper Sherina-Sadam generasi milenial. Seakan-akan terbayang lagi kenangan masa kecil dulu.
Pas film pertamanya, Molzania nonton bareng orang tua. Sekarang pun Alhamdulillah masih nonton bareng mimi dan ayah.
Drama Musikal yang Menguatkan Mental
Semasa film Petualangan Sherina 1, drama musikal yang hadir di sini bernuansa ramah anak. Lirik lagunya penuh dengan warna dan keceriaan khas anak-anak.
Ya, tentang serunya bermain bersama. Ya, tentang asyiknya dunia sekolah. Ya, tentang kecemasan menghadapi sekolah dan teman-teman baru.
Pada film sekuelnya ini, drama musikal Sherina hadir dalam versi dewasa. Sherina yang senang pergi berkerja sama teman-temannya. Menghadapi ritual hari-hari sebagai pekerja kantoran dengan riang gembira.
Memang terlihat sedikit berlebihan. Namun Molzania suka banget sama lirik-lirik lagunya. Isinya penuh dengan energi positif dan motivasi yang bisa menguatkan mental.
Sherina dan Sadam sudah bukan kanak-kanak lagi. Sudah bergelut dengan pekerjaannya masing-masing. Sesekali tetap butuh refreshing. Menari dan bernyanyi. Melakukan berbagai hal yang disenangi bersama-sama.
Travelling ke Hutan Kalimantan
Sebagaimana film pertamanya dulu, film ini juga menampilkan banyak pengetahuan tentang hutan. Bedanya yang dibahas adalah tentang konservasi orangutan di Kalimantan.
Suka banget adegan Sherina dan Sadam yang berjalan-jalan di hutan. Sadam menjelaskan banyak hal tentang cara melindungi satwa tersebut.
Hilda dan Sayu, dua orangutan yang jadi benang merah pada film ini. Hilda adalah ibunya, sementara Sayu bayi orangutan yang akhirnya diculik oleh komplotan penjahat untuk dijual.
Kita diajak untuk menyelami dunia konservasi orang utan Kalimantan alias oukal. Penjelasannya dibuat sederhana dan mudah dipahami.
Di bagian akhir, terdapat scene jalan-jalan Sherina dan Sadam ke Benteng Martello. Lokasi benteng tersebut berada di Kepulauan Seribu.
Masha Allah! Pemandangannya luar biasa cantik sekali. Terletak di bibir pantai, di sini Sherina dan Sadam bernyanyi dan menari dengan pengunjung lainnya.
Film Anak Versi Dewasa
Hanya saja sepertinya agak kurang pas untuk genre filmnya yang ditujukan untuk anak-anak. Menontonnya Molzania jadi dibuat bingung ini tuh ditujukan untuk anak-anak atau dewasa.
Dari sisi anak-anak, tampaknya akan kurang menarik untuk ditonton. Drama musikalnya juga lirik lagunya lebih pas untuk dewasa. Dibanding untuk anak-anak yang biasanya penuh dengan permainan.
Jika pada Petualangan Sherina 1, pemainnya banyak anak-anak. Nah pada film sekuelnya ini, pemainnya itu justru 99 persen orang dewasa. Molzania agak sedikit bingung dengan komposisi pemainnya ini.
Hanya ada Sindai, satu-satunya karakter anak di film ini. Harusnya Sindai itu banyak temen-temennya. Jika memang film sekuelnya ini ditujukan untuk anak-anak, akan lebih baik bila tokoh anak-anaknya diperbanyak.
Mungkin sebaiknya begini. Sindai dan teman-teman hutannya, berpetualang menangkap pencuri satwa. Di belakang mereka, Sherina dan Sadam ikut membantu.
Inget banget dulu pas Molzania kecil, sukanya menonton film yang lebih banyak anak-anaknya. Jadi lebih berkesan dan mengena di hati.
Perasaan itu yang Molzania rasakan saat menonton film Petualangan Sherina dulu. Soalnya kalo nonton film yang banyak orang dewasanya, jadi kurang menarik. Apalagi yang mainnya justru “aunty-uncle” yang jauh lebih dewasa. Bukan aku banget, deh!
Sekuel yang Terlambat 10 Tahun
Tokoh Sherina digambarkan sebagai reporter senior berprestasi yang enerjik dan stylish. Dia sudah hidup mandiri, tinggal di apartemen. Tampaknya pembawaan Sherina yang seperti ini gak begitu pas sama profesinya.
Lain kalau profesi Sherina sekretaris atau CEO cantik kayak di drakor. Kalau seperti itu, Sherina gak bakalan nyasar ke hutan kalimantan, dong.
Saat Molzania bertanya kepada ayah yang seorang mantan wartawan, ternyata beliau pun juga sependapat sama Molzania.
Terus ayah Molzania juga bilang, kalau gerakan boxing Sherina dan Sadam juga masih kaku. Padahal Sherina digambarkan jago taekwondo dan meraih ban hitam.
Ayah Molzania memang penggemar film-film action. Beliau gemar menonton film kungfu dan action. Kalau dari sisi Molzania yang awam sih, nggak terlalu kelihatan.
Mungkin jika sekuel ini ditayangkan sepuluh tahun lalu, ceritanya mungkin akan berbeda. Sherina masih jadi reporter junior yang pertama kali ditugaskan ke Kalimantan. Sehingga perasaan canggung keluar dari zona nyaman terasa lebih realistis.
Kurang Mengeksplor Pesona Kalimantan
Ketika mencari tahu tentang benteng Martello, agak kecewa juga sih kalau lokasinya ternyata ada di Kepulauan Seribu. Well, ternyata gak jauh-jauh dari Jakarta.
Padahal Sadam sendiri bilang sama Sherina di filmnya, “Hati-hati jika sudah jatuh cinta sama orangutan, ogah balik nanti ke Jakarta!”. Quotenya Sadam ini jadi favorit Molzania dalam film ini.
Ternyata Sadam gak gitu cinta-cinta amat sama orangutan. Hahaa.. buktinya dia malah balik ke Jakarta. Padahal Molzania mengira kalau pasangan ini bakal stay di Kalimantan sampai tua.
Soalnya Molzania pribadi suka banget lihat pesona hutan Kalimantan yang masih asri. Gak ada salahnya kok Sadam dan Sherina ngedate di salah satu tempat wisata yang ada di pulau terbesar se-Indonesia itu.
Melawan Jaringan Komplotan Penjahat Internasional
Jalan cerita film Petualangan Sherina terlalu simpel dan sederhana. Kurang cocok sebenarnya untuk penonton orang dewasa. Mungkin biar bocil-bocil juga bisa ikutan nonton dan paham sama ceritanya.
Akan tetapi kesan dibuat-buat pun muncul saat menontonnya. Apalagi pemilihan kasus kriminal yang diusung di dalamnya juga terbilang rumit.
Bukan kasus penculikan anak yang dilatarbelakangi persaingan usaha lagi. Tetapi sudah menghadapi kasus pencurian dan perdagangan satwa yang dilindungi.
Tentunya kasus seperti ini sudah berhadapan dengan jaringan komplotan penjahat berskala internasional. Taruhannya nyawa, man! Mungkin di kehidupan nyata, Sherina dan Sadam sudah tinggal nama.
Tambahan lagi, meskipun aksi Sherina dan Sadam tergolong heroik dalam menghadapi para penjahat, akan tetapi Molzania kehilangan unsur komedinya. Jadi kurang berasa nostalgia ala Petualangan Sherina pertama yang aksi kriminalitasnya lebih kocak.
Inget gak sih adegan pas dua orang penculik Sadam mau tidur, tapi hanya ada satu bantal. Mereka rebutan bantal, lalu salah satunya berceloteh “Kita setengah ewang. Aku setengah, kamu ewang,”. Ha ha ha.. Itu ikonik sekali. Bikin tergelak satu keluarga!
Jadi pada akhirnya, film Petualangan Sherina 2 memang ditujukan untuk nostalgia belaka kaum milenial. Mengenang kejayaan film perdananya dulu.
Mungkin ekspektasi Molzania sedikit ketinggian. Terlepas dari apapun, film ini cukup bikin senyam-senyum sendiri. Semoga ada Petualangan Sherina 3 yang jauh lebih keren. Rating dari Molzania 6/10.
Waktu sepertinya cepat sekali, gak berasa ini si Petualangan Sherina pun sudah menampilkan sosok Sherina dan Sadam. Aku belum nonton yang kedua, rencana mau nonton sama anakku weekend ini.
Aku lihat di medsos orang2 sangat antusias untuk menonton film Petualangan Sherina 2 ini. Mungkin bener ya kata kak Molzania, film ini lebih untuk nostalgia kaum milenial. Soalnya memang dulu bagus sekali yg Petualangan Sherina 1. Eh tapi aku jadi penasaran pengen nonton sendiri deh yg 2 ini. Hehe.
Makasih review-nya, Kak 🙂
Aku suka deh reviewnya, jujur dan berani menceritakan hal-hal janggal di dalamnya. Bener sih kalo aku bilang, ini tuh nanggung, buat dewasa kurang greget, buat anak2 kurang cocok, ya gimana, tp so far aku suka sih, menghibur lah ya
Waah ini kayak cerita Sherina yang kecil dulu di-mirroring ke sosok dewasa ya, mau gak mau kenangan dr film yang lama pasti masih kesimpen di kepala jadi klo mirip2 kita ga akan bs melepas dengan mudah
Wah, aku nih malah lupa2 ingat sama film Petualangan Sherina yang pertama. Maju mundur mau nonton yang kedua. Ajak Fakhri dia ogah, ga ada Rafa kan kuliah di Bandung wkwkwkwkw 😀 Sepertinya ini buat remaja menuju dewasa ya hahaha buat bocil2 kurang cocok. Lebih ke nostalgia zaman kita kecil dulu. Tapi okelah buat seru2an. Coba pedalaman Kalimantan lebih diekspos ya pasti mantap!