1,552 Views
“Ayo,
Semua. Sarapan duluu…”

Begitulah pekikan Mama setiap pagi
kepada anak-anaknya. Sangat khas Mama. Padahal si anak masih ingin bermalas-malasan
beberapa saat lagi di tempat tidur. Kalau sudah begitu, Mama akan memaksa anak-anaknya
untuk bangun dengan cara mendatangi kamarnya satu persatu. Terkadang sambil
membawa lecutan, sekedar untuk menakut-nakuti agar lekas menuju meja makan.
Begitulah kebiasaan mama sejak jaman dahulu kala.
Masih setengah mengantuk, anak-anak
Mama lantas memaksakan diri duduk di kursi makan. Kalau sudah membicarakan soal
sarapan, Mama tak pernah main-main. Sarapan merupakan agenda wajib di rumahku.
Sudah menjadi rutinitas harian sebelum berangkat ke sekolah atau bekerja. Kalau
tak dilakukan pastilah ada yang kurang.
Kata Mama, sarapan itu penting buat
kesehatan. Terutama bagi seorang pelajar. Perut yang dibiarkan terlalu lama
kosong akan segera diisi angin. Akhirnya beragam penyakit pun bermunculan. Dari
mulai badan lemas, perut mulas, hingga mencret-mencret. Untuk membuktikan
keseriusannya, tak jarang Mama menggunting berbagai artikel tentang pentingnya
sarapan yang Beliau temui di Koran. Lalu, Mama pun menempelkannya di dinding
ruang makan.


Menu yang wajib ada di meja makan
tak lain tak bukan yaitu nasi. Entah nasi putih, nasi beras merah ataupun nasi
goreng. Untuk itu, Mama selalu bangun pagi-pagi sekali. Usai shalat tahajud Beliau
menanak nasi. Mama juga menyempatkan diri menghangatkan lauk pauk. Semua itu
demi anak-anaknya agar bisa mendapat sarapan. Dengan begitu, si anak tak perlu
kelaparan di sekolah.


Di meja makan, Mama sering
menasihati kami agar tak pernah melupakan sarapan. Kalau tak sarapan, badan
kamu tak akan bertambah tinggi. Tidak sarapan juga bisa memunculkan penyakit
yang berbahaya, semisal usus lengket sehingga harus dioperasi. Mendengar kata
operasi, nyali kami pun ciut. Kami cepat-cepat menghabiskan sarapan yang
tersedia.


Kadang Aku membandel. Melewatkan
sarapan karena lauknya tidak berselera. Kalau sudah seperti itu, Mama akan
mendiamkanku. Lalu, Aku pun kelaparan ketilka tiba di sekolah. Menghabiskan banyak
uang untuk jajan di kantin. Akhirnya bisa ditebak. Aku jatuh sakit akibat
jajanan yang tak higienis.
Kalau Aku sakit karena kebanyakan
jajan. Mama lantas menghukumku. Uang jajanku dihapus selama seminggu. Aku hanya
diberi uang seribu rupiah untuk membeli dua gelas air putih. Membuatku terpaksa
menghabiskan sarapan di rumah kalau tak mau kelaparan. Mengingat kembali hal
tersebut membuatku merasa geli. Mama menyayangiku. Aku tahu itu.


Seiring dengan perkembangan
informasi, Aku sering melihat tayangan di televisi tentang akibat buruk jajan
di sekolah. Banyak sekali pedagang nakal di luar sana. Sengaja membubuhkan
bahan-bahan berbahaya pada makanan yang dijualnya, semisal boraks dan pewarna
tekstil. Sasaran empuknya tentunya anak-anak sekolah karena mereka lebih suka
melewatkan sarapan di rumah.

Membayangkan boraks dan pewarna
tekstil masuk ke dalam tubuh membuatku menyadari kata-kata Mama agar tidak
melewatkan sarapan benar adanya. Pedagang-pedagang itu sungguh kejam. Aku pun
mendadak geram. Demi keuntungan yang tak seberapa, mereka menghalalkan segala
cara. Mereka menutup mata atas akibat dari perbuatan tersebut.
Bahan-bahan berbahaya tidak dapat dicerna
oleh tubuh. Mereka mengendap di dalamnya. Lama-lama akan menumpuk, terus
menumpuk. Paling parah seseorang akan terkena kanker. Tubuh mereka akan
mengering secara perlahan. Semua itu karena melewatkan sarapan dan lebih
memilih jajan di sekolah.
Seringkali Aku mendengar cerita
teman-temanku yang di rumahnya melewatkan sarapan. Bukannya mereka tak mau
sarapan, hanya saja Mama mereka tidak serajin Mamaku. Kegiatan memasak apalagi
di pagi-pagi buta cenderung membuat orang malas sekali melakukannya. Beruntungnya
Aku yang memiliki Mama yang hobi memasak. Tak jarang Mama mempersiapkan bahan
makanannya pada malam sebelumnya untuk dimasak pada pagi buta. Semua itu
dilakukan agar anak-anaknya yang termasuk pemilih makanan mau menghabiskan
sarapan mereka.


Bila Mama melihat anak-anaknya bosan
sarapan dengan nasi, maka Mama akan membuatkan sesuatu yang berbeda. Bisa mie
goreng sayuran, atau bahkan spageti. Jarang sekali Mama membuatkan mie instan
untuk sarapan kecuali kalau Mama sedang malas masak. Kata Mama mie instan tidak
boleh terlalu sering dikonsumsi karena lebih banyak merugikan, ketimbang
menyehatkan. Di dalam sebungkus mie instan terkandung pengawet dan karbohidrat
yang berlebihan. Kalau dimakan terlalu sering akan menyebabkan kegemukan atau
bahkan kanker.
Oleh karena itu, Mama lebih sering
membuat mie buatan sendiri. Untuk mewujudkannya, Mama membeli alat pemotong
mie. Mama suka membuat mie dari sayuran, seperti wortel atau brokoli. Meskipun
susah, tapi hasilnya tentu saja sehat. Racikan bumbunya tentu saja diolah
dengan tangan Mama sendiri. Tak jarang agar mie buatan mama bervariasi, Beliau
mengunduh resepnya dari internet.
Melihat anak-anaknya sudah
besar-besar, Mama lalu meminta kami untuk membantunya di dapur. Ternyata tidak
semudah yang kubayangkan. Mama juga memintaku untuk mulai belajar memasak.
Menurutnya penting sekali bagi seorang wanita untuk bisa memasak. Karena
kesehatan keluarga berawal dari masakan rumah yang dikonsumsi saat pagi hari
sebelum berkegiatan. Agar anak-anakku nanti bisa terus sehat dan tumbuh cerdas.


Sarapan dengan makanan sehat buatan
sendiri lebih menjamin kehidupan yang baik di masa depan. Semua itu dikarenakan
karena kita mengolahnya secara langsung dengan tangan kita sendiri. Kalau
tangan orang lain, kita tak tahu kandungan apa-apa saja yang dimasukkan ke
dalam makanan. Bisa-bisa ada bahan-bahan berbahaya atau membikin alergi saat
mengonsumsinya. Kebetulan Aku dan adik termasuk yang tidak tahan dengan
penyedap rasa. Memakannya terlalu sering bisa membuat kami jatuh sakit akibat
demam dan radang tenggorokan.


Percaya atau tidak? Sarapan bisa
membuat seseorang menjadi langsing. Makanya Mama lebih menginginkan aku sarapan
pagi, ketimbang melewatkannya. Sarapan pagi menyimpan energi sehingga pada
siang harinya kita tak makan secara berlebihan. Justru bila berlebihan hal itu
mengakibatkan kegemukan. Mama lebih suka anak-anaknya untuk tidak makan malam
daripada tidak sarapan.
Aku pernah punya pengalaman terkait
masalah itu. Beberapa waktu lalu, Aku melakukan diet OCD. Itu loh dietnya Om
Deddy Corbuzier yang beberapa waktu lalu sempat menjadi sensasional… Di OCD
itu kita mengenal empat macam puasa: puasa 16 jam, puasa 18 jam, puasa 20 jam
hingga puasa 24 jam. Disana kegiatan breakfast alias sarapan diganti pada siang
hari. Kita juga harus mematuhi jendela makan.
Misal kalau kita mau puasa 16 jam.
Maka kita boleh makan apa saja asal dibawah 2000 kalori selama delapan jam.
Dimulai dari pukul 12 siang, berakhir pukul 8 malam. Selebihnya kita hanya
diperbolehkan minum air putih atau air teh.
Nah, waktu itu Aku mencoba diet OCD
selama 16 jam. Pada pagi hari Aku tidak makan. Pertama kali mencoba biasa-biasa
saja. Tapi beberapa hari kemudian, badanku terasa lemas. Mama juga mulai
marah-marah. Katanya kalau Aku sakit karena masuk angin, Dia tidak mau
bertanggungjawab.
Alhasil diet OCDku gagal total. Aku
yang dari sejak jaman orok udah kebiasaan sarapan pada pagi hari, dipaksakan
OCD, malah berakhir dengan perut melilit. Mungkin karena tidak terbiasa kali
ya.
Padahal diet OCD hanya mengubah
waktu sarapan menjadi siang hari. Bukan tidak mewajibkan sarapan. Aku tidak
tahu kesalahannya dimana. Besok-besoknya Aku kapok menjalani OCD ala Deddy
Corbuzier.  Aku melakukan OCD dengan
caraku sendiri. Pada pagi hari, Aku menyempatkan diri sarapan salad apel dan
segelas susu coklat hangat. Setidaknya ada makanan yang masuk ke perutkulah.
Biar tidak masuk angin.


Ternyata caraku tersebut lebih
efektif. Kalau dengan OCD ala Deddy Corbuzier, Aku seminggu turun sekilo. Tapi
dengan diet alaku sendiri tiga hari sudah turun sekilo. Tanpa meninggalkan
sarapan. Tentu saja semuanya harus ditambah dengan porsi olahraga yang banyak.
Setiap hari Aku jalan pagi dan sore satu jam biar cepat langsing. Benar juga
kata Mama, yang terpenting itu bukan meninggalkan sarapan tapi perbanyak
olahraga. Percuma kalau ikutan diet, naiknya bisa lebih banyak kalau
dihentikan. Sarapan penting buat stamina dan daya tahan tubuh.
Sarapan itu bisa membuat otak makin
cerdas juga loh. Sering sekali dulu semasa sekolah Aku mendapati temanku terlihat
lemas. Katanya semua itu gara-gara Dia tidak sarapan. Kebanyakan siswa yang
pingsan saat upacara berlangsung juga diakibatkan karena tidak sarapan pagi. Ternyata
sarapan itu bagus untuk memulai aktivitas. Perut yang keroncongan atau tidak
diisi makanan bisa menjadi penghambat dalam beraktivitas.
Memang banyak sekali kontroversi tentang
penting tidaknya sarapan. Ada yang bilang tidak masalah kalau tak sarapan.
Untuk orang sepertiku, sarapan penting sekali. Semuanya tergantung kondisi
kesehatan kita. Tapi tidak ada salahnya kalau kita membiasakan diri untuk
sarapan. Lebih baik mencegah hal-hal yang tidak diinginkan daripada mengobati,
Bukan?
Jika kita sudah mengonsumsi menu
sehat untuk sarapan, maka hasilnya tubuh kita akan sehat. Buah-buahan bisa juga
dijadikan pengganti nasi yang mengenyangkan. Mengingat kebutuhan harian kalori
kita yang tidak lebih dari 2000 kalori, sarapan dengan buah-buahan sangat
dianjurkan untuk dikonsumsi. Sepiring salad buah itu hanya sekitar 221 kalori
atau sepuluh persen dari jumlah kalori harian.
Segelas susu non fat hangat juga
baik diminum saat sarapan. Susu mengandung protein dan lebih mengenyangkan jika
diminum pada pagi hari. Tentunya baik sekali untuk orang yang mau diet. Orang
Palembang punya kebiasaan minum teh atau kopi sebagai menu sarapan. Tentunya
semua itu tidak masalah.



Makanya kita mesti bijak dalam
memilih menu sarapan yang sehat. Pilihlah makanan rendah kalori yang
mengenyangkan saat sarapan agar tak melebihi kebutuhan kalori harian. Dengan
selalu mengonsumsi sarapan yang baik, tentunya tubuh kita menjadi sehat. Kalau
sudah sehat, kita akan semakin cerdas. Yuk, kita mulai membiasakan diri sarapan
sehat agar tercipta generasi Indonesia cerdas di masa depan! 
Baca Juga:  Palembang 'Betangas' Gara-Gara Asap, Bisakah Ini Dihentikan?

Pin It on Pinterest

Share This