Dulu dikenal dengan nama sekolah YPAC yang merupakan singkatan dari Yayasan Pendidikan Anak Cacat. Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah yang diperuntukkan untuk anak-anak disabilitas atau berkebutuhan khusus.
Sebagaimana sekolah pada umumnya, SLB terdiri dari jenjang mulai dari TK-LB, SD-LB, SMP-LB hingga SMA-LB dan SMK-LB. Perbedaannya dengan sekolah umum, kurikulum SLB disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak disabilitas yang bersekolah di sana.
Lama pendidikan SLB mulai dari SD sampai SMA 12 tahun. Sementara jenjang TK-LB, lama pendidikannya mulai dari 1 – 3 tahun.
Pengertian SEkolah Luar Biasa
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1991, pendidikan luar biasa adalah pendidikan khusus untuk siswa yang mengalami kelainan fisik dan/atau mental.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, Sekolah Luar Biasa (SLB) masuk ke dalam golongan pendidikan khusus untuk siswa yang berkelainan, yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus tingkat dasar dan menengah.
Dasar peraturan pendirian SLB adalah Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 pasal 28 ayat C yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat atas ilmu pengetahuan, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
Tipe-TIPE SLB Di IndonesiA
Ada 6 jenis sekolah luar biasa yang ada di Indonesia. Diantaranya :
1. SLB Tipe A
SLB Tipe A ialah pendidikan khusus untuk anak-anak disabilitas netra, termasuk gangguan penglihatan low vision. Dalam pembelajaran di SLB, guru akan mengajarkan huruf braille dan merekam suara dengan alat perekam.
2. SLB Tipe B
SLB Tipe B ialah pendidikan khusus untuk anak-anak disabilitas rungu, atau yang memiliki hambatan pendengaran. Dalam pembelajarannya, guru-guru SLB akan mengajarkan bahasa isyarat dan mengenali gerakan bibir.
3. SLB Tipe C
SLB Tipe C adalah pendidikan khusus untuk anak-anak disabilitas intelektual, atau yang dikenal sebagai tuna grahita. Siswa yang berintelektual rendah akan diajari cara bersosialisasi dan merawat diri agar mudah bergaul dan diterima oleh masyarakat.
4. SLB Tipe D
SLB Tipe D adalah pendidikan khusus untuk anak-anak memiliki hambatan fisik atau disabilitas daksa. Para guru SLB akan mengajari mereka kemandirian meski dengan kemampuan fisik yang terbatas.
5. SLB Tipe E
SLB Tipe E adalah pendidikan khusus untuk anak-anak memiliki disabilitas mental atau memiliki gangguan emosional. Dalam KBBI, siswa SLB ini sering disebut pula sebagai tuna laras. Guru-guru SLB akan mengajari mereka cara mengatur emosi dan membaur dalam masyarakat.
6. SLB Tipe G
SLB Tipe G adalah pendidikan khusus untuk anak-anak memiliki disabilitas ganda atau lebih dari satu. Umumnya siswa mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan mengalami hambatan tumbuh kembang. Sehingga guru-guru SLB akan mengajari mereka kemandirian disesuaikan dengan jenis disabilitas yang mereka alami.
Namun dari keenam tipe sekolah SLB, tidak semuanya tersedia di masing-masing kota di Indonesia. Bahkan masih ada provinsi yang belum memiliki SLB swasta yaitu Papua Barat, Gorontalo dan Kalimantan Utara. Akibatnya sebanyak 26 persen anak disabilitas belum bisa bersekolah.
Menurut data Goodstats, tahun 2023 ada sekitar 2.329 sekolah SLB di Indonesia. Dari jumlah tersebut ada 595 SLB negeri, sisanya sebanyak 1655 sekolah merupakan SLB swasta.
Mata Pelajaran di Sekolah SLB
Umumnya pelajaran yang diajarkan berupa mata pelajaran umum ditambah dengan keterampilan dan kemandirian. Tujuannya untuk melatih siswa untuk memaksimalkan kemampuan dan fungsi inderanya agar bisa mandiri, meski mengalami keterbatasan.
Di sekolah SLB, mata pelajaran yang diajarkan antara lain; pelajaran dasar meliputi pendidikan agama dan budi pekerti, PPKn, Penjaskes Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, seni budaya dan keterampilan, muatan lokal seperti Bahasa dan Sastra Lokal.
Ditambah Program Kebutuhan Khusus untuk siswa SLB. Program ini menyasar untuk mengembangkan komunikasi, mobilitas dan sosial para siswa. Bertujuan untuk mengoptimalkan kemandirian dan membangun kepercayaan diri dalam sosialisasi dengan masyarakat.
Pengembangan mobilitas bertujuan agar siswa dapat berpindah tempat dengan aman dan selamat. Sementara itu melatih komunikasi agar siswa dapat mengungkapkan pikirannya dengan tepat dan efektif pada orang lain. Sedangkan membangun sosial berarti membangun hubungan antar manusia dan lingkungannya supaya bisa beraktivitas secara mandiri tanpa bantuan orang lain.
Perbedaan SLB dan Sekolah Inklusi
Mungkin ada sobat yang bertanya-tanya, apakah SLB dan sekolah inklusi itu sama? Well, pada dasarnya sama. Tapi secara pengertian, tentu ada sedikit perbedaan.
Pengertian sekolah inklusi adalah sekolah yang menerima semua kondisi siswa, tanpa kecuali. Sebagai sekolah inklusi, sekolah dituntut untuk menyediakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa.
Dari pengertiannya, SLB termasuk sebagai contoh sekolah inklusi di Indonesia. Hanya saja, sekolah SLB memang diperuntukkan untuk anak disabilitas.
Akan tetapi, sekolah umum pun bisa menjadi sekolah inklusi. Bila pihak sekolahnya menerima semua kondisi siswa, baik non disabilitas atau pun berkebutuhan khusus.
Nah, jadi sobat tak perlu bingung lagi mengenai apa itu sekolah luar biasa. Jika ada pertanyaan lanjutan, silakan ditulis di kolom komentar ya.. jangan lupa bagikan ke teman dan kerabat jika bermanfaat.
Kagum sih sama para guru di SLB – dan anak murid yang semangat menuntut ilmu dalam keterbatasan dan keunikan mereka masing-masing
Molly juga selalu rutin update tulisan tentang inklusi, jadi membuka wacana kita semua. semangat terus Molly menyuarakannya
Sekolah anak saya termasuknya sekolah inklusi, dalam satu kelas menerima sekitar 2 atau 3 anak berkebutuhan khusus dan didampingi oleh shadow teacher. Bagus juga sih model sekolah seperti ini karena mengenalkan sejak dini ke anak-anak soal keberagaman.
baru tahu ada shadow teacher. bagus bgt kalo gitu
Baru tahu ternyata ada 6 tipe SLB ini ya Mol. Aku pikir sama semua, dan yang aku penasaran dari semua tipe ini, mana aja yang terdapat di Palembang? setahuku juga SLB yang ada di Palembang ini adanya lumayan jauh, di seberang Ilir sana (jauh dari kacamata aku yang tinggal di seberang Ulu). Dan sekolahnya juga gak tiap hari, seminggu 3 kali kalau gak salah yang kudengar. Semoga keberadaan SLB ini lebih ditingkatkan lagi, dan tersebar merata sebab sangat memudahkan ortu yang ingin menyekolahkan anaknya.
baru tahu slb sekolah seminggu tiga kali saja.