1,270 Views

“Masa’ sih, Ma? Di sekolahku gak ada yang tahu sama telok ukan?”

Suatu hari sepulang sekolah, Molzania kecil yang baru berumur 9 tahun itu misuh-misuh. Dia menghentak-hentakkan tangannya pada pegangan kursi roda. Saat ini Molzania sedang duduk di bangku kelas 3 SLB-D Budi Perkasa.

Kalo lagi sebal, anak ini suka memajukan bibirnya lima senti ke depan. Molzania memang cenderung ekspresif dan tidak malu mengungkapkan perasaannya di depan orang banyak.

“Hampir semua teman dan guru nggak tahu apa itu telok ukan. Mereka malah menertawaiku karena bawa telur dinosaurus” celotehnya sebal dalam bahasa wong kito galo. Mukanya terlihat bertambah suntuk.

Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak gadis satu-satunya itu. Biarpun berwajah manis, tapi Molzania kalau sedang kesal bisa berubah menjadi macan. Persis seperti mamanya. Ha ha.

“Padahal telok ukan itu kuliner asli Palembang yang cuma ada pas hari kemerdekaan saja” kataku bijak. “Mungkin mereka memang belum tahu kali, Kak?” Aku meyakinkan.

Bagaimanapun telok ukan memang hanya populer di kalangan orang asli Palembang. Bentuknya memang sedikit aneh. Sekilas mirip seperti telur dinosaurus seperti kata teman Molzania.

Warna cangkang telor ukan berwarna hijau lembut karena terbuat dari telur bebek. Dagingnya pun juga berwarna hijau karena menggunakan campuran pandan atau air daun suji.

Telor ukan tentu tidak enak jika dimakan sendirian. Biasanya wong Palembang makan telok ukan bersama ketan kepit atau bongkol.

Ketan kepit, ketan berisi abon yang dipanggang dengan cara dijepit. Sementara itu bongkol jugaBentuknya mirip lemper karena dibungkus.

Bentuknya memang sedikit aneh. Tetapi bukan berarti rasanya tidak enak. Buktinya Molzania saja bisa habis berapa butir sekali hap.

Baca Juga:  Ketika Malam Menyeringai

“Kakak sudah coba tawarkan ke teman-teman untuk mencicipi?” tanyaku lembut pada Molzania. Ia menggeleng lemah. Wajar sih, aku hanya memberi bekal telok ukan dua butir saja untuk dimakan Molzania di sekolah. Pasti akan dihabiskannya semua.

“Nah lain kali kita buat lagi, ya. Nanti kita beri ke teman dan bu guru di sekolah.. ” Aku memberi solusi. Mata Molzania langsung membesar tanda senang. Badannya dimajukan. Tangannya memegangi pegangan tangan kursi roda kuat-kuat.

“Bagaimana kalau mereka masih tidak menyukainya?” Molzania bertanya balik. Nada bicaranya menyiratkan sedikit kekhawatiran.

“Maka tugas kakak untuk mempopulerkan kelezatannnya, ” sahutku kalem. Entah bagaimana caranya. Dasar anaknya memang kreatif. Pasti Molzania punya sejuta cara untuk mempopulerkan masakan Palembang.

Seminggu kemudian..

Molzania duduk di depan meja kerjanya. Biarpun masih kanak-kanak, tetapi dia sudah punya pekerjaan dari hobinya. Saat ini subscriber Youtubenya sudah mencapai 10 ribu.  Sudah lebih dari cukup untuk memperoleh Adsense.

Tadinya Molzania hanya iseng upload video di Youtube. Isinya kebanyakan kartun bikinannya sendiri. Penontonnya kebanyakan juga anak kecil seusianya. Teman-teman dan gurunya juga sudah berlangganan Youtube Molzania.

Hebatnya video Youtube Molzania juga menjangkau anak-anak dari luar negeri. Soalnya video buatannya juga diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris.

Tapi tampaknya semenjak kejadian telok ukan ini, Molzania mau bikin video yang berbeda dari biasanya.

“Jadi guys, ini namanya telok ukan. Kuliner asli Palembang. Rasanya enak banget, loh. Hmm, yummy.. ” seru Molzania sembari memeragakan adegan makan telok ukan. Aku sedikit terkikik melihatnya.

“Telok ukan ini warnanya menyerupai telur dinosaurus. Tapi rasanya gurih nikmat. ” Molzania lanjut berbicara sambil makan. “Hati-hati keselek, kak” ujarku memperingatkan dari arah samping.

Baca Juga:  Flash Fiction #SuperJunior Untitled Chapter 2

“Ihh, jangan diajakin ngomong tauk. Nanti masuk suara mama di video! ” Molzania kembali ngambek seraya mengusirku menjauh.

Idihh.. punya anak gadis doyan sekali ngambeknya. Aku pun terpaksa melipir agak jauhan.

Keahlian yang dimiliki oleh Molzania karena aku mendukungnya sepenuh hati. Sebagai orang tua, senang rasanya memiliki anak perempuan yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

Untuk itu, Aku memutuskan untuk berlangganan IndiHome dari Telkom Indonesia. Internetnya Indonesia itu jangkauannya sudah luas dan kualitas internetnya handal. Kecepatan IndiHome juga prima.

Biarpun berstatus disabilitas daksa, Molzania jadi punya kegiatan yang bermanfaat yang bisa mengasah kemampuannya. Anakku yang suka belajar bikin video dan animasi bisa mendapatkan manfaat internet dengan baik. ^^

Pin It on Pinterest

Share This