1,447 Views
Hari ini tepat 40 hari kepergian cikna. Terlalu banyak kenangan indah nan manis yang tak mampu Molzania kenang. Setiap memori ini mengulang kisah-kisah itu, rasa duka menusuk batin. Andai bisa mengulang waktu, ingin sekali berada di dekatnya sesering mungkin. Karena apa yang sudah diambil-Nya, takkan mungkin bisa kembali lagi. 

Foto Almarhumah Cikna yang diambil tepat 10 hari sebelum berpulang
Foto di atas diambil tepat 10 hari sebelum kepergiannya. Tak tampak tanda apapun kalau-kalau maut sudah semakin dekat. Hari itu hari Minggu, sedang cikna berpulang hari Kamis depan. Cikna berfoto usai mengikuti senam sehat di area Politeknik Sriwijaya. Badan yang letih usai mengikuti PKL di Tanjung Enim tak dirasakannya. Semua karena kesenangannya berbagi ilmu sebagai dosen senior jurusan Administrasi Bisnis Polsri.

Masih terngiang dikala cikna tahun lalu menyemangatiku agar segera lulus kuliah. Saat itu cikna sedang mengikuti pendidikan S2 di Pascasarjana Universitas Sriwijaya jurusan Managemen. Dan Molzania sendiri juga sedang berjuang menamatkan pendidikan S1ku di Universitas Terbuka dengan susah payah. Cikna ialah partner sekaligus dosen pribadiku yang selalu menyemangati untuk lulus.
Tahun lalu juga, Cikna mendapat dua keberkahan sekaligus dalam hidupnya. FYI, Cikna diam-diam juga seorang kuter, meski jarang mengikuti kuis. Cikna beberapa kali beruntung memenangkan undian. Yang terbaru terjadi tahun lalu, dimana Cikna memenangkan kuis undian Srruputt Kopi ABC atas namanya sendiri. Hadiah motor itu memang hadiah yang paling diidamkan karena bisa digunakan oleh Aldi, anaknya, sekolah.

Foto Wisuda Almarhumah Cikna Akhir 2013

Kebiasaan orang Palembang, kalau memanggil nama perempuan yang lebih tua dengan sebutan cek. Maka Molzania pun juga dipanggil Cek Moi. Inget itu malah jadi inget orang Korea dan Jepang yang juga memiliki nama panggilan hormat kepada yang lebih tua. Oppa dan Eonni kalau di Bahasa Korea. Maka di keluarga Molzania, sepupu yang lebih tua dipanggil cecek dan aa’.

Satu-satunya orang yang memanggil Molzania dengan sebutan beda sendiri ya bibi Molzania ini. Cikna memanggil Molzania dengan sebutan tek Moyi. Dan panggilan itu sudah ada sejak Molzania kecil. Kadang Molzania suka protes dengan sebutan itu. Mirip anak kecil, padahal Molzania sudah gede. Sekarang malah jadi kangen. Kini tak ada lagi orang yang sering memanggil Molzania

Almarhumah Cikna dan anaknya Aldi
Saat mendengar kabar Cikna meninggal, Molzania tak kuasa menahan tangis. Semalaman Molzania air mata Molzania mengalir deras. Bukan karena tak ikhlas, tetapi membayangkan tidak bakalan bertemu sosok cikna lagi untuk selamanya. Ya, selamanya semenjak hari itu Molzania tidak bisa lagi bertemu dan mendengar renyah suara cikna. 

Keesokan harinya, Molzania baru dapat melihat cikna untuk yang terakhir kalinya. Baru kali ini Molzania melihat dan merasakan sendiri bagaimana menyentuh kulit orang meninggal. Rasanya itu bukan cikna, kulitnya dingin sekali. Molzania tak kuasa melihat wajah pucat cikna yang kini tak bisa lagi bersuara. Aduhai Ya Rabb, ampunilah kesalahan dan dosa-dosa cikna Aamiin…

Pukul dua siang sehabis shalat Jumat, cikna lantas dimandikan dan diwudu’kan. Usai dimandikan, lalu dikafankan. Ternyata proses pengkafanan jenazah terbilang cukup rumit. Setelah semua proses itu, lantas satu persatu keluarga muhrim cikna menciumi pipinya. Saat Molzania mencium pipi cikna untuk yang terakhir kalinya, Molzania sempat meminta maaf atas dosa dan kesalahan yang telah Molzania buat pada Cikna. Semoga Cikna mau memaafkan Molzania… :’)

Semua keluarga Molzania menangis. Untuk pertama kalinya, Molzania melihat uwak-uwak dan sepupu-sepupu Molzania menangis berbarengan. Tangis mereka mengeras manakala usai mencium pipi cikna. Andai cikna masih ada disini, Molzania tak sabar menunggu cerita cikna. Bibi Molzania yang satu itu suka sekali bercerita, kemarin waktu sakit saja, cikna bercerita banyak tentang apa yang dirasakannya.

Undangan 40 hari yaasin dan tahlil Cikna yang akan dilaksanakan 20 Desember 2014
Usai dimasukkan ke dalam keranda, cikna lalu dishalatkan di depan sepupu-sepupu laki-laki Molzania. Setelah itu keranda cikna dibawa ke masjid Tunggal Bakti yang tak jauh dari rumah duka untuk dishalatkan. Molzania tidak turut serta pergi ke pemakaman, dikarenakan adanya larangan kalau cewek tidak boleh ikut. 
Maka usai cikna dibawa pergi, rasanya kepala Molzania terasa berat. Badan Molzania kehilangan bobot. Mungkin karena kurang tidur. Perut Molzania juga terasa lapar akibat lupa makan siang. Sempat makan sih, tapi hanya beberapa suap. Bagaimana mau makan, sementara cikna di depan Molzania tidak bisa makan lagi.
Hidung Molzania tersumbat karena kebanyakan menangis. Mata Molzania terasa perih. Akhirnya Molzania jatuh tertidur di ruang tamu selama setengah jam. Usai tidur, badan Molzania jadi agak enakan. Sampai sekarang Molzania masih sering menangis teringat Cikna. Mengingat Cikna, menyadarkan diri Molzania sendiri. Bahwa suatu saat nanti Molzania juga akan ‘diurus’ seperti cikna, amka Molzania mulai sekarang harus banyak-banyak beramal untuk kehidupan setelah kematian nanti. :’)
Baca Juga:  Ngeksis Kuis dan Nulis Berkat Internet

Pin It on Pinterest

Share This