1,845 Views
Kisah ini
merupakan kisah masa kecilku. Terjadi
sekitar tahun 1999 saat aku masih kelas satu SD. Hari itu merupakan hari
ketigaku liburan cawu tiga di Jakarta. Pagi yang indah saat aku mengutarakan keinginanku
untuk membeli sebuah donat coklat. Sebagai anak perempuan satu-satunya,
permintaanku dikabulkan oleh Mama.
merupakan kisah masa kecilku. Terjadi
sekitar tahun 1999 saat aku masih kelas satu SD. Hari itu merupakan hari
ketigaku liburan cawu tiga di Jakarta. Pagi yang indah saat aku mengutarakan keinginanku
untuk membeli sebuah donat coklat. Sebagai anak perempuan satu-satunya,
permintaanku dikabulkan oleh Mama.
Siangnya,
aku pergi jalan-jalan ke Mall Hero di Kebun Jeruk, Jakarta untuk membeli donat
di Dunkin Donut. Letaknya yang ada di lantai satu mengharuskan Aku dan mama
menaiki eskalator. Setelah sekitar satu jam menikmati tiga buah donat coklat
kesayanganku ditambah segelas coklat panas, aku dan Mama akhirnya pulang. Entah
angin apa yang merasukiku, muncullah keinginanku untuk naik lift daripada turun
dengan eskalator.
aku pergi jalan-jalan ke Mall Hero di Kebun Jeruk, Jakarta untuk membeli donat
di Dunkin Donut. Letaknya yang ada di lantai satu mengharuskan Aku dan mama
menaiki eskalator. Setelah sekitar satu jam menikmati tiga buah donat coklat
kesayanganku ditambah segelas coklat panas, aku dan Mama akhirnya pulang. Entah
angin apa yang merasukiku, muncullah keinginanku untuk naik lift daripada turun
dengan eskalator.
Suasana
di dekat lift dalam keadaan lengang, hanya ada seorang pemuda berusia sekitar
tiga puluhan disana. Dia juga ingin masuk ke dalam lift bersama kami berdua.
Awalnya, pintu lit tidak kunjung terbuka, namun setelah pemuda itu memencet
tombol lift, lift itu mau terbuka. Kami pun masuk ke dalamnya.
di dekat lift dalam keadaan lengang, hanya ada seorang pemuda berusia sekitar
tiga puluhan disana. Dia juga ingin masuk ke dalam lift bersama kami berdua.
Awalnya, pintu lit tidak kunjung terbuka, namun setelah pemuda itu memencet
tombol lift, lift itu mau terbuka. Kami pun masuk ke dalamnya.
Di
dalam lift, Mama memerhatikan gerak-gerik pemuda itu. Dia tampak diam dan
melamun memandangi tembok. Terus seperti itu. Mamaku mulai curiga, tepat saat
itulah pintu lift terbuka. Dan tebak pemandangan apa yang di depan lift? Bukan
pintu keluar, melainkan tembok yang belum dicat. Saat itulah mama akhirnya
panik, sementara pemuda yang berada di belakang kami tersenyum-senyum sendiri.
dalam lift, Mama memerhatikan gerak-gerik pemuda itu. Dia tampak diam dan
melamun memandangi tembok. Terus seperti itu. Mamaku mulai curiga, tepat saat
itulah pintu lift terbuka. Dan tebak pemandangan apa yang di depan lift? Bukan
pintu keluar, melainkan tembok yang belum dicat. Saat itulah mama akhirnya
panik, sementara pemuda yang berada di belakang kami tersenyum-senyum sendiri.
Aku melihat sesuatu di atas lift, disana ada tombol
kecil bertuliskan FOR HELP. Kutanya pada Mama apa artinya. Tanpa menjawab
pertanyaanku, mama memencet tombol itu. Keluarlah suara seseorang dari pengeras
suara, rupanya itu adalah petugas keamanan. Mama mengatakan bahwa kami terkunci
di dalam lift. Tak lama kemudian lift pun bergerak lagi, pintu pun kembali
terbuka. Muncullah wajah lega dua orang satpam dari balik lift. Mereka semua
berkata bahwa lift dalam perbaikan, tapi Mama menyanggah tak ada pemberitahuan
sama sekali sebelumnya. Aku, mama, dan pemuda itu pun keluar dari lift.
kecil bertuliskan FOR HELP. Kutanya pada Mama apa artinya. Tanpa menjawab
pertanyaanku, mama memencet tombol itu. Keluarlah suara seseorang dari pengeras
suara, rupanya itu adalah petugas keamanan. Mama mengatakan bahwa kami terkunci
di dalam lift. Tak lama kemudian lift pun bergerak lagi, pintu pun kembali
terbuka. Muncullah wajah lega dua orang satpam dari balik lift. Mereka semua
berkata bahwa lift dalam perbaikan, tapi Mama menyanggah tak ada pemberitahuan
sama sekali sebelumnya. Aku, mama, dan pemuda itu pun keluar dari lift.