TIPS MENJADI PERUSAHAAN INKLUSIF YANG RAMAH DISABILITAS – Stigma negatif yang melekat pada disabilitas dan orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) membuat banyak perusahaan enggan menerimanya sebagai pekerja. Ditambah banyak hambatan lainnya membuat mereka sulit dalam memenuhi kebutuhan dasar. Padahal potensi yang dimiliki oleh para disabilitas dan OYPMK lumayan besar. Berdasarkan data, jumlah penduduk Indonesia yang tergolong orang berkebutuhan khusus mencapai 21,84 juta atau sekitar 8,6 persen.
Menurut data Riskesdas 2018, kelompok penyandang disabilitas berusia muda (18-24 tahun) merupakan kelompok terbanyak ketiga setelah lansia dan dewasa akhir. Artinya mereka ini memiliki usia produktif untuk bekerja. Tetapi kesempatan yang ada sangat terbatas. Kelompok disabilitas dianggap selalu kurang mampu. Kelebihan dan karya yang mereka hasilkan dipandang sebelah mata. Akibatnya banyak yang menjadi takut dan minder.
Hal tersebut diungkap dalam siaran live streaming Youtube Channel Ruang Publik KBR. Acara tersebut berlangsung pada pagi hari tanggal 24 Agustus 2021. Menghadirkan beberapa narasumber kompeten yang berasal dari dua perusahaan ramah disabilitas, yaitu; Ibu Widya Prasetyanti, selaku Program Development & Quality Manager NLR Indonesia, dan Ibu Agustina Ciptarahayu, selaku CEO & Founder PT. Botanina Hijau Indonesia.
Perusahaan yang mereka gawangi di atas merupakan contoh perusahaan yang telah mempekerjakan disabilitas dan OYPMK. Seharusnya stigma negatif di atas bisa terpatahkan. Bukti bahwa disabilitas bisa bekerja dengan baik, bila diberikan kesempatan. Lantas Molzania bertanya-tanya, apa sih yang melatarbelakangi perusahaan tersebut di atas ramah inklusi? Soalnya nggak banyak perusahaan yang mau terbuka dengan kaum disabilitas.
Disabilitas Progresif Lewat Perusahaan Inklusif
Berkaca dari pengalaman Molzania sebagai seorang disabilitas, memang kerap menemukan lowongan pekerjaan yang terang-terangan menolak mempekerjakan kaum disabilitas. Contohnya saja dalam seleksi CPNS yang Molzania sedang jalani saat ini. Salah satu peraturannya mereka hanya mau menerima disabilitas daksa ringan. Atau dengan alat bantu selain kursi roda.
Banyak seleksi CPNS di banyak daerah terang-terangan tidak membuka lowongan khusus disabilitas. Rata-rata disabilitas diterima hanya di kota-kota besar. Itupun dibatasi dengan pelbagai syarat dan ketentuan. Padahal orang dengan disabilitas memiliki jenis dan tingkatan yang beragam. Sangat disayangkan jika seleksi penerimaan yang dilakukan oleh pemerintah saja masih terkotak-kotak. Bagaimana dengan perusahaan swasta? Nothing. Gak ada sama sekali.
Menurut Mbak Agustina, kaum disabilitas sebenarnya memiliki banyak kelebihan. Malah mungkin sangat dibutuhkan oleh perusahaan. Maka dari itu sebagai bagian dari perusahaan inklusif, mbak Agustina berani mempekerjakan kaum disabilitas. Dari pengalamannya selama ini, perusahaannya banyak terbantu dengan mempekerjakan disabilitas. Perusahaan mbak Agustina sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang kecantikan dan kesehatan untuk anak-anak dan bayi.
Contohnya ketika dia ingin membuat produk yang memiliki aroma menyenangkan, maka kriteria karyawan yang dibutuhkan ialah mereka yang peka indra penciumannya. Ternyata mbak Agustina menemukannya pada diri tangan kanannya yang seorang low vision. Makanya mbak Agustina tak ragu mempekerjakannya.
Begitupun dengan karyawannya yang lain yang memiliki disabilitas intelektual seperti autism dan down syndrome, ternyata bagus bekerja di bidang merchandising. Alasannya karena ternyata mereka lebih fokus daripada orang non disabilitas.
Tips Menjadi Perusahaan Inklusif yang Ramah Disabilitas
Lewat acara Ruang Publik KBR, Molzania belajar banyak bahwa perusahaan di Indonesia seharusnya bisa menjadi perusahaan yang inklusif. Lantas bagaimana caranya menjadi perusahaan yang ramah disabilitas? Salah satunya dengan membuka lowongan pekerjaan untuk disabilitas. Memberikan kita, kaum disabilitas, kesempatan untuk unjuk kemampuan.
Untuk itu, ibu Agustina menambahkan beberapa tips untuk menjadi perusahaan yang ramah disabilitas. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan:
1. Perusahaan hendaknya adaptif terhadap kaum disabilitas.
Tanya mereka tentang apa yang dibutuhkan agar bisa maksimal dalam bekerja. Contohnya ketika mempekerjakan seseorang dengan low vision, tanyakan mengenai lampunya harus seterang apa, atau font yang digunakan harus sebesar apa.
2. Penyesuaian jam istirahat dan waktu kerja.
Misalnya saat berhadapan dengan OYPMK yang mudah mengalami kelelahan yang luar biasa, beri mereka solusi penyesuaian jam istirahat dan waktu kerja.
3. Karyawan non disabilitas hendaknya diberikan pemahaman.
Tujuannya agar mereka dapat saling membaur dan bekerjasama. Saat jam makan siang, karyawan non disabilitas mengajak serta karyawan disabilitas dan tidak membeda-bedakan.
4. Mengadakan pelatihan atau pemagangan yang dapat disesuaikan dengan minat.
Dengan cara melakukan kegiatan training, pelatihan, dan konseling guna mempersiapkan soft skill. Kegiatan magang bisa diarahkan dengan mengerjakan suatu proyek berdasarkan kemampuan. Lalu hasil akhirnya nanti akan dinilai. Misalnya disabilitas yang bisa menggambar, tetapi kurang cakap digital dan bercerita dapat diberikan pelatihan membuat komik.
5. Setiap perusahaan punya peluang untuk mempekerjakan disabilitas.
Untuk itu, hendaknya perusahaan dapat memperluas networking. Bisa dengan bekerjasama dengan sejumlah lembaga penyaluran kerja atau organisasi khusus disabilitas. Atau mencari via sosial media atau komunitas.
Orang yang Pernah Mengalami Kusta Bagian dari Kaum Disabilitas
Orang yang pernah mengalami penyakit kusta juga merupakan bagian dari kaum disabilitas. Penyakit Kusta membuat mereka kehilangan sebagian fungsi syaraf pada organ tubuh. Seperti yang dialami Gaby, seorang perempuan muda asal NTT yang diwawancarai oleh KBR. Gaby mengalami lumpuh ringan usai terkena penyakit kusta. Dia terpaksa harus menjalani berbagai pengobatan demi kesembuhannya.
Beruntung Gaby bertemu organisasi NLR Indonesia yang concern terhadap isu kusta dan disabilitas. Lewat bantuan organisasinya Ibu Widya, Gaby bisa mendapatkan bantuan pengobatan dan terapi. Tidak hanya itu, Gaby juga bisa mendapat edukasi dan sosialisasi menyeluruh tentang penyakit kusta dan cara penanganannya. Lewat NLR Indonesia pula, Gaby bisa menekuni skill menenun sebagai upaya untuk mencari penghasilan dan berwirausaha.
Penyakit kusta setelah sembuh tidak bisa menularkan. Akan tetapi setiap tahunnya banyak muncul kasus baru, dimana persentase jumlah OYPMK yang berusia produktif juga mencapai ribuan. Itu artinya muncul orang-orang yang termarjinalkan baru setiap tahunnya. Maka dari itu, hendaknya kepada perusahaan agar mau menjadi bagian dari solusi untuk mewujudkan indonesia yang inklusif. Salah satu caranya ialah dengan tidak ragu mempekerjakan disabilitas dan OYPMK.
Untuk sobat yang ketinggalan, kalian bisa menonton ulang
tayangannya di channel Youtube Berita KBR di bawah ini:
selama orang itu punya kemmapuan kenapa tidak ya