5,344 Views

Kota Palembang penduduknya mayoritas muslim. Tak heran jika ritual ibadah Islam yang dijalankan setiap tahunnya ini alias bulan Ramadan disambut dengan meriah. Di lingkungan keluarga besar Molzania sendiri termasuk lingkungan Palembang tempo dulu. Molzania memiliki nenek yang wong Palembang asli. Meskipun mimi dan ayah Molzania sendiri menerapkan gaya hidup Palembang yang lebih modern.

Adanya perbedaan di antara keluarga besar dan keluarga sendiri tak lantas menjadi suatu pertengkaran. Justru keduanya hidup dalam kebersamaan. Molzania sejak kecil jadi terbiasa menyaksikan tradisi asli wong kito. Kadang juga diceritakan sama mama kebiasaan lebaran yang dulu mama lewati. Penasaran? Berikut beberapa diantaranya:

1. Masak Bersama

Sehari sebelum lebaran tiba, masyarakat Palembang biasanya akan masak bersama untuk persiapan lebaran besok. Seluruh anggota keluarga yang berjenis kelamin perempuan bahu membahu memasak di dapur. Dulu nenek Molzania gengsi kalau menyertakan anggota keluarga yang laki-laki. Nenek Molzania memiliki prinsip kalau para lelaki tugasnya bekerja, bukan memasak di dapur. Sebuah pemikiran yang masih tradisional sekali.

2. Munjung

Setelah menu lebaran siap, saatnya diantar ke rumah para tetua. Tujuannya sebagai bentuk penghormatan. Ini merupakan tradisi Palembang zaman bari nian (bari nian: jadul banget). Mama Molzania pernah bercerita biasanya para menantu akan mengantarkan makanan ke rumah mertua. Masakan lebaran tersebut ditaruh di dalam rantang bertingkat. Jadi kalau yang sudah punya menantu banyak, asik deh di rumahnya banyak makanan.

3. Belanja Baju Baru di Malam Takbiran

Palembang tempo dulu kalau malam takbiran selalu ramai. Walaupun udah larut malam, toko-toko baju tetap buka. Alasannya banyak keluarga yang belanja baju baru untuk anak-anaknya. Dulu masa mama kecil belum ada mall. Jadi belanjanya masih di toko-toko baju area pusat Kota Palembang. Kalau zaman Molzania sih, paling ramai orang-orang belanjanya di mall.

4. Takbiran Keliling Kota

Baca Juga:  Tips dan Trik Google Adsense Terbaru Dijamin Berhasil

Nah kalau yang satu ini merupakan tradisi yang ditanamkan oleh orangtua Molzania sejak kecil. Alih-alih belanja di toko, Molzania paling suka diajakin takbiran sama ayah. Acara takbiran keliling digelar sesudah shalat Isya. Pada malam itu, pusat kota Palembang ramai dan macet sekali oleh orang-orang yang bertakbir. Anak-anak kecil ikut menumpang mobil bak sambil ikut memukul-mukul bedug yang ikut diangkut di atasnya.

Sebagai anak-anak, Molzania sangat excited sama kegiatan ini. Biarpun Molzania naik mobil pribadi, tapi melihat orang-orang ramai dan banyak anak-anak bertakbir, jadi ikut merasa senang. Makanya kalau ada pihak yang ingin menghentikan takbir keliling, Molzania suka sedih deh.

5. Menu Khas Lebaran Masyarakat Palembang

Kuliner lebaran khas wong kito galo umumnya sama saja dengan masyarakat Indonesia pada umumnya. Kita biasanya membuat sajian ketupat, opor, rendang, sambal goreng ati, dan sebagainya. Tapi yang membuat beda, wong kito galo juga menyajikan camilan dan kue-kue manis khas Palembang, seperti lapan jam, maksuba, engkak ketan, bolu lapis, bolu kojo, dan lain-lain. Tak ketinggalan pempek dan keturunannya yang selalu ada dalam setiap kesempatan. Baca Juga: Kuliner Khas Palembang ini Modifikasi dari Pempek

6. Sanjo

Kegiatan silaturahmi ala masyarakat Palembang saat lebaran dikenal dengan nama ‘sanjo’. Pada hari pertama lebaran, biasanya kumpul bareng keluarga besar lebih dulu. Kita kumpulnya di rumah nenek masing-masing. Di rumah nenek sudah disiapkan menu lebaran yang menggugah selera. Baru setelahnya pergi sanjo ke rumah para tetua, kerabat, dan para sahabat pada hari kedua lebaran.

Nah itulah tradisi lebaran khas kota Palembang yang menarik untuk diketahui. Budaya Indonesia memang sangatlah kaya. Hendaknya dapat kita lestarikan untuk anak cucu nanti. Semoga bisa menghibur dan mengedukasi sobat semua. Sampai jumpa di artikel berikutnya. Salam hangat dari Molzania.

Baca Juga:  Menghidupkan Sastra Palembang

Pin It on Pinterest

Share This