1,374 Views
“ Jika ini adalah hari terakhirku di dunia, aku akan menghabiskan waktu 24 jam hanya untuk meminta maaf kepada semua orang. Sebelum malaikat maut menjemputku, aku akan menghabiskan waktu 24 jam untuk meminta maaf kepada keluargaku. Terutama ibu dan bapakku. Dan jika esok nafasku akan terhenti, aku akan menghabiskan waktuku dirumah hanya untuk beribadah dan menyesali semua dosa yang telah kuperbuat selama hidupku ini. Kiranya Tuhan masih bersedia memaafkan dan tidak menyiksaku di alam kubur. “
Aku terlahir di keluarga berada. Ayahku seorang developer apartemen yang super sibuk. Sementara ibuku seorang wanita karier yang bekerja di sebuah bank swasta. Mereka semua hampir setiap hari bekerja dan bahkan di hari minggu. Pergi pagi dan pulang malam. Hampir hampir tak ada waktu untuk liburan barang seharipun.
Entah bagaimana perasaanku melihat kebiasaan kedua orangruaku itu. Yang jelas aku merasa nyaman nyaman saja. Mungkin aku memang sudah terbiasa hidup sendiri bersama pembantu rumah tangga. Lagi, semua kebutuhanku pun terpenuhi dirumah. Butuh uang tinggal gesek kartu kredit.
Terbiasa hidup sendirian tanpa bimbingan membuat hidupku jadi berantakan. Saat ada kedua orangtuaku, aku bisa bersikap manis dan jadi anak yang penurut meski sedikit manja. Tapi begitu kedua orangtuaku larut pada pekerjaannya, aku berubah menjadi anak yang liar dan kasar. Kerjaanku keluyuran di luar rumah. Bersama teman-temanku itu.
“Heh, Mira. Loe mala mini jadikan ???” ujar Thomas pacarku. Saat ini kami sedang menghabiskan waktu di kantin kampus. Rencananya nanti malam kami akan berpesta di klub malam. Aku mengangguk sambil tersenyum liar.
Suasana di klub malam sangat ramai. Aku dan Thomas serta teman-temanku yang lain hanyut dalam iringan music disko. Berulang kali aku menenggak cairan putih yang membuat kepalaku sedikit pusing. Aku tak peduli. Toh, tidak akan ada yang mengetahui perbuatanku ini.
Aku berjalan sempoyongan memasuki kamarku yang luas. Kepalaku terasa sangat, sangat berat. Aku hampir hampir tidak dapat mengingat berapa gelas cairan putih itu kuminum. Segera saja aku membaringkan diri di kasurku yang empuk dan besar.
Jam menunjukkan pukul sebelas saat aku terbangun. Kepalaku masih sedikit pusing. Dengan enggan aku melangkah ke kamar mandi. Penglihatanku masih sedikit kabur. Tiba-tiba aku merasa badanku melayang saat akan memasuki pintu kamar mandi disertai bunyi bedebum yang sangat keras. Lalu semuanya terasa gelap dan nyata buatku.
“Honey, maafkan ibu, nak. Maafkan ibu…” lamat-lamat aku mendengar suara rintihan seorang perempuan yang kukenal. Bagiku suaranya merdu dan hangat. Membuat perasaanku sedikit tenang. Tapi, siapa dia???
“Honey, sayang. Tolong buka matamu, nak. Ini bapak, nak…” suara laki-laki terdengar serak disebelahku. Aku berusaha untuk mengingat. Tapi kepalaku terasa sangat sakit. Tubuhku tak bisa kugerakkan. Mataku seolah enggan kubuka.
Apakah ini Tuhan???
Tuhan??? Aku tersentak sendiri saat aku menyebut nama itu kusebut dalam nuraniku. Nama itu terlalu asing buatku sekarang. Aku bahkan tidak dapat mengingat kapan terakhir aku menyebutnya. Tapi tunggu dulu…
Seberkas ingatan melayang dalam pikiranku. Ingatan itu dulu, dulu sekali. Pokoknya yang aku tahu aku masih kecil waktu itu. Kira-kira seusia SD. Ya, ya, ya… semuanya jelas sekarang.
“Ya Allah, Ibu dan Bapak bilang mereka sayang sama Honey. Tapi, kenapa mereka jarang dirumah??? Hari minggu kan libur… Ya Allah, tolong kabulkan doa Honey ya supaya ibu dan bapak gak kerja kerja terus…” doa seorang anak kecil berusia delapan tahun. Anak itu bernama Honey. Ia baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke delapan bersama kedua pembantunya.
Aku ingat semuanya. Aku ingat betapa banyak dosa-dosa yang telah kulakukan karena keegoisanku. Hanya karena orangtuaku sibuk bekerja dan tidak terlalu memedulikanku, aku berbuat seenaknya. Pergi ke klub malam bersama pacarku tanpa peduli waktu. Menenggak minuman keras kulakukan setiap malam minggu.
Oh, Allah… Maafkan aku. Aku memang sudah berubah seratus delapan puluh derajat dibandingkan dulu. Ibu, Bapak, masih pantaskah aku disebut sebagai anak setelah apa yang telah kulakukan terhadap kalian??? Menyia-nyiakan kebebasan yang telah diberikan??? Hanya menghambur-hamburkan harta dan larut dalam kesenangan yang semu.
Aku menyadari semuanya sekarang. Bahwa tidak ada kebahagiaan dalam hatiku saat aku melakukan perbuatan-perbuatan itu. Padahal aku adalah seorang perempuan yang suatu saat akan menjadi ibu. Mau ditaruh dimana mukaku saat anak-anakku kelak mengetahui perbuatanku dimasa muda ini???
Jika usiaku tinggal esok hari, kuharap Allah memberikan kesempatan buatku untuk bangun dari tidur panjangku ini. Aku mau berubah. Meski hanya tinggal satu hari. Dan mungkin semuanya akan berakhir bahagia untukku setidaknya.